Waskita Karya
BUMN

PR Prabowo: Dua BUMN Karya Masih Sakit, Utang Menggunung

  • Kementerian BUMN merencanakan konsolidasi tujuh BUMN Karya menjadi tiga entitas besar. Konsolidasi ini diharapkan dapat menyederhanakan struktur perusahaan, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat daya saing di pasar konstruksi, baik domestik maupun internasional.

BUMN

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Pada awal masa pemerintahan Prabowo Subianto , beberapa sektor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya menghadapi tantangan warisan utang yang cukup besar. 

Dua perusahaan konstruksi milik negara yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengalami kerugian yang cukup besar.

PT Wijaya Karya (WIKA) Masih Sakit

Diolah dari berbagai sumber, pada tahun 2023, PT Wijaya Karya (WIKA) mengalami kerugian bersih mencapai Rp 7,12 triliun, meningkat drastis dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 59,59 miliar. 

Penyebab utama lonjakan kerugian ini adalah peningkatan beban keuangan sebesar Rp 3,2 triliun dan kerugian penurunan nilai yang mencapai Rp 3,26 triliun. 

Meskipun perusahaan membukukan pendapatan Rp 22,53 triliun atau naik 4,9 persen dari 2022 beban yang terlalu tinggi membuat WIKA kesulitan mempertahankan keuntungan. 

Segmen infrastruktur dan gedung menyumbang sebagian besar pendapatan sebesar Rp 11,85 triliun, tetapi peningkatan liabilitas atau utang perusahaan hingga Rp56,4 triliun terus membayangi perusahaan di akhir 2023.

PT Waskita Karya (WSKT) Tak Kunjung Sembuh

Sementara itu, PT Waskita Karya (WSKT) juga menghadapi tantangan serupa. Pada tahun 2023, Waskita mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp3,77 triliun, naik 98,46 persen dibandingkan dengan kerugian Rp1,89 triliun pada tahun sebelumnya. 

Pendapatan Waskita menurun tajam sebesar 28,41 persen menjadi Rp10,95 triliun dari Rp 15,3 triliun pada 2022. Bisnis jasa konstruksi masih menjadi penyumbang utama pendapatan, mencapai Rp 8,72 triliun. Namun, beban utang Waskita yang mencapai Rp83,9 triliun di akhir tahun 2023 membuat perusahaan terus bergulat dengan tantangan keuangan yang berat.

Holding BUMN Karya

Kementerian BUMN merencanakan konsolidasi tujuh BUMN Karya menjadi tiga entitas besar. Konsolidasi ini diharapkan dapat menyederhanakan struktur perusahaan, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat daya saing di pasar konstruksi, baik domestik maupun internasional. 

BUMN Karya lain yang akan digabungkan antara lain PT Hutama Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).

Nantinya Adhi akan menjadi induk holding untuk Brantas Abipraya dan Nindya Karya, selain itu Waskita Karya akan digabungkan ke dalam Hutama Karya. Sementara itu, PT Pembangunan Perumahan (PTPP) akan dipasangkan dengan Wijaya Karya (WIKA).

“Jadi, antar-BUMN itu tidak akan tanding tender lagi, tidak banting-bantingan harga lagi. Selama ini kan setiap proyek antar-BUMN saja, swasta tidak ada,” ujar , Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Mahendra Sinulingga, di Jakarta, dilansir Selasa, 22 Oktober 2024.

Holding BUMN tersebut nantinya akan dikelompokkan berdasarkan spesialisasi masing-masing. Hutama Karya dan Waskita Karya akan memusatkan perhatian pada sektor jalan tol serta proyek non-tol seperti gedung institusional dan residensial komersial. 

Sementara itu, Wijaya Karya (WIKA) dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP) akan fokus pada proyek pelabuhan, bandara, EPC (Engineering, Procurement, Construction), dan residensial. 

Sementara itu Adhi, Nindya Karya, dan Brantas Abipraya akan fokus pada sektor konstruksi air, kereta api, rel, serta beberapa sektor lainnya. Langkah ini diambil untuk memastikan perusahaan konstruksi BUMN dapat beroperasi sesuai dengan spesialisasi masing-masing, guna meningkatkan efisiensi dan daya saing.