Prabowo Dikritik Tentang Laut China Selatan, Inilah Harta Karun Indonesia di Sana
- Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan.
Energi
JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan menjaga kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan hal ini menyusul polemik pernyataan bersamanya dengan Presiden China Xi Jinping yang ternyata menuai kritik.
Usai membuat pernyataan bersama dengan Presiden China, Prabowo juga akan membahas persoalan ini dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
"Laut China Selatan kita bahas. Saya katakan kita ingin kerja sama dengan semua pihak. Kita menghormati semua kekuatan, tapi kita juga akan tetap mempertahankan kedaulatan kita," kata Prabowo di Amerika Serikat, Kamis 14 November 2024.
- Inilah 5 Perusahaan Batu Bara Terbesar di Indonesia
- 10 Presiden AS Terkaya Sepanjang Masa
- Masih Melemah, LQ45 Hari Ini 07 November 2024 Turun 14,43 Poin
Prabowo beralasan pernyataan yang tersebut wujud dari keterbukaan Indonesia terhadap kerja sama yang masuk dari negara mana saja. Kolaborasi disebutnya tidak akan datang sendiri, oleh karena itu, Indonesia mengupayakan agar bisa bekerja sama dengan semua pihak.
Lalu sebenarnya apa saja harta Karun Indonesia yang berada di daerah Laut China selatan?
Kepulauan Natuna
Kabupaten Natuna, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.
Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil minyak dan gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel.
Pemerintah sejak dulu menyebut akan meningkatkan pengembangan ekonomi di wilayah Kepulauan Natuna, termasuk industri migas. Namun dalam pelaksanaannya, pengembangan migas di Natuna menghadapi sejumlah tantangan, antara lain dibutuhkan investasi yang sangat besar, terletak di remote area, kompleksitas subface dan kandungan CO2 yang mencapai 72% atau terbesar di dunia.
Kepulauan Natuna terdapat beberapa WK migas dan cadangan gas bumi terbesar diperkirakan berada di Blok East Natuna sebesar 46 TCF. Mengingat kandungan CO2 di Natuna sangat besar, dibutuhkan teknologi yang mampu memisahkan CO2 dengan harga yang relatif murah.
Tantangan lainnya adalah biaya investasi yang besar karena lokasinya yang di daerah terpencil. Konstruksinya juga harus dibuat terapung karena lokasinya yang jauh dari pulau-pulau lainnya.
WK East Natuna
Saat ini Pertamina East Natuna (PEN) melakukan survei seismik, sebagai bagian dari proyek eksplorasi migas lepas pantai di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Program kerja ini mencakup survei seismik tiga dimensi (3D) Arwana dengan teknik akuisisi 3D marine broadband guna memperoleh data seismik bawah permukaan yang lebih rinci dan komprehensif, serta dapat dipergunakan untuk pengembangan kegiatan eksplorasi di Wilayah Kerja (WK) East Natuna.
Survei seismik di WK East Natuna, yang berlangsung mulai kuartal ke-4 tahun 2024, mencakup kawasan seluas 1.166 km2 di Laut Natuna Utara, salah satu wilayah terluar dan terdepan Indonesia. Usai survei rampung, aktivitas dilanjutkan dengan pengolahan data seismik yang akan dikerjakan hingga 2025.
Seiring dengan kegiatan survei seismik dan rencana pengembangan eksplorasi ini, diharapkan sektor migas dapat menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di kawasan yang terletak di perbatasan tiga negara Asia tenggara, dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat setempat.
PT Pertamina (Persero) berencana akan melakukan kegiatan pengeboran eksplorasi perdana di Wilayah Kerja (WK) atau Blok East Natuna, Kepulauan Natuna, pada 2027 mendatang.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui PT Pertamina East Natuna sebagai pengelola Wilayah Kerja (WK) atau Blok East Natuna pada Mei 2023 lalu.
Penandatanganan kontrak bagi hasil untuk WK East Natuna dilakukan antara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dengan PT Pertamina Hulu Energi pada Selasa 30 Mei 2023, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji sat itu mengatakan, nilai investasi komitmen pasti Pertamina di blok tersebut mencapai US$12.500.000 atau Rp187 miliar dan bonus tanda tangan US$500.000 atau Rp7,4 miliar.
Kilang Gas Arun
Indonesia juga memiliki cadangan gas alam yang besar di luar Laut China Selatan, yaitu di ladang Arun di Aceh dan di ladang Bada di Kalimantan Timur.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membuka peluang untuk mengaktifkan kembali kilang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) Arun pada tahap dua pengembangan Blok Andaman.
Dilansir melalui situs resmi PT Pertamina (Persero), Kilang LNG Arun berakhir beroperasi pada Oktober 2014 setelah 37 tahun seiring dengan menyusutnya pasokan dari ladang gas di sekitar Aceh. Sementara itu, pada tahap pertama, potensi gas Andaman dialokasikan untuk dialirkan melalui pipa.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, saat itu mengatakan, rencana pengembangan (plan of development/PoD) Wilayah Kerja (WK) South Andaman bakal rampung pada Oktober 2024. Rencana pengembangan tersebut dibuat menyusul penemuan sumber gas jumbo yang terdiri dari Sumur Layanan-1 di WK South Andaman yang berjarak sekitar 100 kilometer dari lepas pantai Sumatera bagian utara.
Potensi gas lebih dari 6 triliun kaki kubik (TCF) gas-in-place sudah cukup menjadi alasan bagi lembaganya untuk membuat rencana pengembangan Blok South Andaman.