Pengunjung melihat maket rumah sebuah perumahan mewah ramah lingkungan di Ammaia Ecoforest Cikupa, Kabupaten Tangerang. Rabu 24 April 2024. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Perbankan

Prabowo Targetkan Bangun 3 Juta Rumah, BTN Usulkan Skema ini Untuk Permudah Pembiayaan

  • Usulan ini berfokus pada integrasi antara FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) dengan subsidi selisih bunga. Tujuan utama dari usulan ini adalah mengurangi beban anggaran pemerintah sekaligus memperluas aksesibilitas rumah subsidi bagi masyarakat.

Perbankan

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Untuk mendukung program pembangunan 3 juta rumah dalam lima tahun masa pemerintahan baru, BTN (Bank Tabungan Negara) telah mengusulkan sebuah skema dana abadi sebagai wadah program pembiayaan. 

Usulan ini berfokus pada integrasi antara FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) dengan subsidi selisih bunga. 

Tujuan utama dari usulan ini adalah mengurangi beban anggaran pemerintah sekaligus memperluas aksesibilitas rumah subsidi bagi masyarakat.

Dalam skema ini, FLPP akan digunakan sebagai sumber pembiayaan utama untuk membangun rumah subsidi. 

FLPP sendiri adalah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah untuk mendukung perbankan dalam memberikan kredit perumahan dengan suku bunga rendah kepada masyarakat berpenghasilan rendah. 

Subsidi selisih bunga kemudian akan digunakan untuk menutupi selisih bunga antara tingkat bunga yang dikenakan kepada penerima kredit dan tingkat bunga pasar.

"Kami mengusulkan skema, ini sudah dibahas dengan pemerintah, kombinasi antara FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) dan subsidi selisih bunga, yaitu kalau pemerintah dalam tiap tahun kasih FLPP sekitar Rp19-25 triliun, dengan uang yang sama dijadikan dana abadi," terangDirektur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, di Jakarta.

Integrasi FLPP dengan subsidi selisih bunga ini memiliki dua manfaat utama. Pertama, penggunaan FLPP memungkinkan BTN dan bank-bank mitra untuk memberikan pembiayaan perumahan dengan suku bunga yang lebih rendah kepada masyarakat berpenghasilan rendah. 

Kedua, subsidi selisih bunga akan membantu menurunkan beban subsidi langsung dari anggaran pemerintah.

Dana FLPP akan dialokasikan ke dalam instrumen keuangan seperti surat utang negara (SUN) dengan harapan menghasilkan imbal hasil yang cukup untuk menutupi subsidi bunga KPR. 

"Misalnya, kita taruh (dana FLPP) ke surat utang negara (SUN) dengan return 6 persen. Dengan return 6 persen saja, maka dia akan bisa menutupi KPR dengan pola subsidi selisih bunga," tambah Nixon.

Dengan demikian, sumber daya yang tersedia dapat dioptimalkan untuk mendukung keberlanjutan program pembangunan rumah subsidi.

Menurut Napitupulu, untuk mencapai target pembangunan 3 juta rumah dalam masa pemerintahan Prabowo-Gibran akan menjadi sulit dengan menggunakan skema FLPP lama.  

Hal ini dikarenakan skema FLPP disediakan anggarannya oleh APBN, sehingga seluruh kebutuhan likuiditasnya berasal dari anggaran pemerintah. 

Sebagai perbandingan, program pembangunan 1 juta rumah pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menggunakan skema FLPP.

Skema Pembiayaan

Untuk mencapai target 3 juta rumah, Napitupulu menyarankan diperlukan skema pembiayaan baru yang tidak membebani APBN. 

Salah satu usulan yang diajukan adalah skema dana abadi tersebut. Dana abadi ini kemudian dapat diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk subsidi KPR (Kredit Pemilikan Rumah).

Napitupulu menekankan pentingnya mengadopsi skema pembiayaan yang lebih berkelanjutan, seperti dana abadi, sebagai alternatif untuk melanjutkan dan memperluas program pembangunan rumah subsidi agar mencapai target ambisius 3 juta rumah dalam lima tahun masa pemerintahan baru. 

Upaya ini bertujuan untuk mengurangi beban anggaran pemerintah dan menciptakan sumber pembiayaan yang lebih mandiri dan berkelanjutan.