PT Astra International Tbk (ASII)
Bursa Saham

Prediksi Laba Astra (ASII) Semester I-2024 di Tengah Lesunya Penjualan Mobil Nasional

  • Di tengah penjualan otomotif nasional yang melesu, PT Astra International Tbk (ASII) diprediksi masih mampu mencetak pertumbuhan laba bersih sekitar 25% dari kuartal sebelumnya.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Di tengah penjualan otomotif nasional yang melesu, PT Astra International Tbk (ASII) diprediksi masih mampu mencetak pertumbuhan laba bersih sekitar 25% dari kuartal sebelumnya. Alhasil, pencapaian ini mampu melewati target konsensus. 

BRI Danareksa Sekuritas pun mempertahankan rekomendasi beli saham ASII dengan target harga Rp5.100 per saham. Saham ASII sendiri saat ini diperdagangkan di harga Rp4.530 per saham, atau melemah 20,53% secara year-to-date. 

Analis BRI Danareksa Sekuritas Chritian Sitorus dan Richard Jerry dalam risetnya yang terbit baru-baru ini memperkirakan pertumbuhan pendapatan dan laba operasional segmen financial masing-masing 12% dan 18% pada enam bulan pertama tahun ini. 

Sementara itu, lanjut mereka, pertumbuhan penjualan dan laba operasional alat berat masing-masing -0,5% dan 25% pada kuatal II-2024.  Penjualan dan laba operasional segmen otomotif diprediksi turun 13% dan 45%.

“Kami memperkirakan penjualan segmen bisnis keaungan dan alat berat lanjutkan pertumbuhan kuat pada kuartal II yang diharapkan menjadi bantalan penurunan laba dari segmen otomotif, sehingga perseroan bisa mencapai laba lebih besar dari perkiraan,” tulisnya dikutip pada Senin, 22 Juli 2024. 

BRI Danareksa Sekuritas melaporkan bahwa penurunan terbesar dalam segmen otomotif berasal dari melemahnya penjualan mobil. Sementara itu, penjualan sepeda motor diprediksi hanya turun tipis sebesar 1% pada semester pertama tahun ini.

"Kami berharap segmen otomotif mulai bangkit pada paruh kedua tahun ini, khususnya dari peningkatan penjualan mobil. Adapun penjualan sepeda motor diperkirakan cenderung melambat," tulis laporan tersebut.

Pemulihan penjualan otomotif didukung oleh hadirnya model mobil baru, termasuk facelift. Selain itu, volume penjualan otomotif pada paruh kedua tahun ini diharapkan memberikan kontribusi lebih besar terhadap total penjualan tahunan.

Terkait penjualan alat berat, analis BRI Danareksa Sekuritas, Christian Sitorus dan Richard Jerry, menyatakan bahwa peningkatan kontribusi PT United Tractors Tbk (UNTR) akan berdampak positif terhadap pendapatan dan laba perusahaan tahun ini.

Dalam hal kinerja keuangan, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan laba bersih ASII sepanjang tahun ini mencapai level Rp30,06 triliun, yang turun ke level Rp33,83 triliun dibandingkan dengan tahun lalu. Pendapatan perusahaan diprediksi turun dari Rp316,56 triliun menjadi Rp293,84 triliun. 

Sebagai informasi, saham ASII saat ini telah terlempar dari jajaran sepuluh besar perusaahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini karena selama tiga bulan terakhir dan sepanjang tahun ini saham emiten konglomerasi otomotif ini telah melemah puluhan persen. 

Kendati begitu, analis dari Bahana Sekuritas, Christine Natasya, sebelumnya menyatakan bahwa pergerakan harga saham ASII akan didukung oleh peluncuran model-model baru mobil yang diprediksi akan dilakukan di GIIAS yang tengah berlangsung. “Dua model baru yang kemungkinan akan diluncurkan adalah kendaraan hybrid All New Prius dan Yaris GR,” jelasnya. 

Terkait pasar penjualan mobil nasional, Christine mengatakan diperkirakan hanya akan mencapai 824 ribu unit sepanjang tahun ini, menunjukkan penurunan sekitar 18% dari tahun lalu dan sekitar 19,8% dari penjualan mobil sebelum pandemi Covid-19.

Chrystine juga bilang termasuk dalam kontraksi tersebut penjualan mobil ASII yang diprediksi turun sekitar 9,3% tahun ini, berpotensi menurunkan pendapatan divisi otomotif perusahaan. Namun, produk mobil hybrid diharapkan tetap menjadi produk dengan pertumbuhan penjualan tercepat bagi Astra.

Berbagai faktor ini mendorong Bahana Sekuritas untuk menurunkan target harga saham ASII dari Rp5.700 per saham menjadi Rp5.600 per saham, namun tetap merekomendasikan saham ASII sebagai beli. Rekomendasi ini juga mempertimbangkan bahwa seluruh sentimen negatif telah tercermin dalam harga saham ASII.