Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva
Dunia

Presiden Brasil Ingatkan Ancaman Kudeta di Guatemala

  • Hal itu sejalan dengan kekhawatiran Amerika Serikat (AS) tentang risiko terhadap demokrasi di negara Amerika Tengah tersebut setelah pemilihan bulan lalu.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengingatkan para pemimpin dunia tentang kemungkinan terjadinya kudeta di Guatemala dalam forum PBB, Selasa 19 September 2023. 

Hal itu sejalan dengan kekhawatiran Amerika Serikat (AS) tentang risiko terhadap demokrasi di negara Amerika Tengah tersebut setelah pemilihan bulan lalu. “Di Guatemala, ada risiko kudeta yang akan menghambat pelantikan pemenang pemilu demokratis,” kata Lula kepada Majelis Umum PBB.

Pekan lalu lalu, kantor jaksa tinggi di Guatemala menggerebek fasilitas pemilihan dan membuka surat suara yang sudah disegel dari pemilihan, di mana Presiden terpilih yang anti-korupsi, Bernardo Arevalo, dan Partai Semilla-nya secara luar biasa unggul.

Jaksa menduga adanya ketidakberesan dalam pendaftaran anggota Semilla sebelum pemungutan suara, yang telah dibantah oleh partai tersebut. Dilansir dari Reuters, Rabu 20 September 2023, Duta Besar AS untuk Organisasi Negara-Negara Amerika, Francisco Mora, mendesak otoritas Guatemala menghentikan “upaya intimidasi” mereka yang menargetkan pejabat pemilu dan anggota partai Arevalo.

Mora menyebut penggerebekan itu sebagai serangan terhadap supremasi hukum. Dalam pidatonya di PBB, Presiden Guatemala Alejandro Giammattei mengkritik campur tangan asing yang tidak perlu dalam proses pemilihan. Dia kembali menegaskan komitmennya terhadap pergantian kekuasaan.

“Bertentangan dengan ketidakbenaran yang kita dengar hari ini dari podium ini, saya akan menyerahkan kekuasaan kepada (orang) yang terpilih oleh kehendak mayoritas rakyat Guatemala pada tanggal 14 Januari, ketika mandat konstitusional saya berakhir,” kata Giammattei.

Tangguhkan Transisi Kekuasaan

Arevalo pekan lalu menangguhkan partisipasinya dalam transisi kekuasaan sampai kondisi kelembagaan dan politik yang diperlukan dibangun kembali. Pernyataan Lula tentang Guatemala secara mengejutkan sejalan dengan Washington, meskipun sebelumnya ia tidak selalu memiliki pandangan yang sama dengan Amerika Serikat.

Dalam pidatonya di PBB, Lula menyatakan pemerintahannya akan terus menentang embargo perdagangan AS terhadap Kuba. Dia juga mengajukan panggilan untuk penyelesaian damai perang di Ukraina melalui dialog dan mengkritik pengeluaran militer.

Lula menyatakan konflik yang berlanjut di Ukraina adalah bukti hilangnya kredibilitas Dewan Keamanan PBB,. Dia juga mengkritik lembaga multilateral karena gagal dalam memajukan perdamaian global dan mengurangi kemiskinan.