Presiden Joko Widodo meresmikan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) milik Kalla Group di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah dan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Jumat, 25 Februari 2022.
Nasional

Presiden Jokowi Resmikan 2 PLTA Milik Kalla Group di Poso dan Toraja

  • Presiden Joko Widodo meresmikan dua PLTA milik Kalla Group di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah dan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan pada hari ini, Jumat, 25 Februari 2022.

Nasional

Daniel Deha

JAKARTA - Presiden Joko Widodo meresmikan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) milik Kalla Group di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah dan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan pada hari ini, Jumat, 25 Februari 2022.

PLTA Poso Energy di Poso diketahui memiliki kapasitas 515 megawatt (MW) sedangkan PLTA Malea di Toraja berkapasitas 90 MW.

Jokowi mengapresiasi kontribusi Kalla Group milik mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Grup perusahaan ini diketahui telah menghasilkan total 1.980 MW listrik di seluruh tanah air.

Kalla Group tercatat mengelola beberapa PLTA seperti PLTA Poso 1, PLTA Poso 2, PLTA Poso 3, PLTA Kerinci (Jambi), PLTA Malea (Toraja), dan PLTA Mamuju.

Jokowi mengatakan bahwa pengembangan PLTA oleh Kalla Group merupakan bagian dari upaya meningkatkan kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT) guna mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

"Saya sangat senang sekali, kenapa? karena kita semuanya akan meresmikan sebuah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang berarti itu energi hijau. Kita tahu, global mendesak, mengajak, memberikan support kepada semua negara menggeser pemakaian energi fosil utamanya batu bara untuk masuk semuanya ke energi hijau," katanya seperti dilihat di Youtube Sekretariat Kabinet.

Adapun, Kalla Group didirikan pada tahun 1952 oleh Haji Kalla. Grup ini merupakan satu kelompok usaha yang terbesar di kawasan timur Indonesia dengan kendali usaha berpusat di Makassar, Sulawesi Selatan. Saat ini, Kalla Group memiliki delapan bidang usaha dengan 24 sub-unit bisnis.

Jokowi kembali menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat luar biasa. Diperkirakan sumber EBT Indonesia bisa mencapai 418 gigawatt (GW) yang bersumber dari air, angin, matahari, panas bumi, panas permukaan laut, dll.

Meski demikian, tidak mudah bagi Indonesia untuk menggeser penggunaan energi terbarukan dari energoi fosil batu bara yang kontribusinya mencapai sekitar 60% terhadap sumber energi listrik nasional.

"Ini bukan pekerjaan mudah karena sudah banyak PLTU-PLTU kita," tukas Jokowi.

Dalam rangka mempercepat pengembangan EBT, Jokowi mendorong produsen dan penyedia jasa kelistrikan nasional, PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) mempercepat investasi energi terbarukan.

Salah satu indikator percepatan investasi adalah proses perizinan. Karena itu, dia meminta PLN mempermudah perizinan usaha investor swasta yang ingin membenamkan uangnya di sektor energi hijau.

"Yang ingin saya tekankan pada pagi hari ini adalah agar birokrasi di PLN itu betul-betul Pak Dirut (PLN) diperhatikan. Jangan sampai ada keluhan lagi, seperti disampaikan Bapak Jusuf Kalla, negosiasi perizinan itu sampai lebih dari lima tahun. Itu baru ngurus izinnya, belum lagi mendapatkan pendanaan dari konsorsium perbankan," tandasnya.

Jokowi pun berharap grup perusahaan dengan aset mencapai Rp11,35 triliun pada 2018 ini terus berkontribusi bagi pengembangan EBT di Indonesia di masa depan.

"Semoga nanti yang berikutnya bisa dilancarkan semuanya sehingga target kita bisa tercapai," ungkapya.

Sementara itu, Jusuf Kalla menjelaskan bahwa kebutuhan listrik akan terus meningkat meski selama masa pandemi COVID-19 dua tahun terakhir mengalami penurunan permintaan. Hal itu karena perusahaan atau industri yang banyak menutup usahanya.

"Kebutuhan listrik akan selalu naik terus tidak pernah turun terkecuali pada saat kemarin ada COVID-19 karena orang tidak berkantor, pabrik tidak berjalan, tapi segera akan naik kembali sehingga dibutuhkan pembangunan terus-menerus," katanya.

Terkait pembangunan PLTA Poso dan PLTA Toraja, lanjut dia, membutuhkan investasi sebesar US$1,2 miliar setara Rp17 triliun dengan total kapasitas keduanya 615 MW.

Menurut Jusuf Kalla, investasi di sektor EBT memang lebih besar dua kali lipat dari sektor batu bara atau PLTU. Namun untuk menjaga kelestarian lingkungan, PLTA dinilai lebih ramah dan berkelanjutan.

"PLTA investasi mahal, dua kali lipat dari PLTU tapi operasionalnya murah," katanya.