Produk Tembakau Alternatif Efektif Turunkan Prevalensi Merokok
- Upaya pemerintah dalam menurunkan bahaya rokok di Indonesia dinilai belum efektif.
Industri
JAKARTA – Upaya pemerintah dalam menurunkan bahaya rokok di Indonesia dinilai belum efektif. Strategi yang dilakukan sejauh ini dilakukan pemerintah, salah satunya melalui pendekatan ekonomi dengan menaikkan tarif cukai.
Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Satria Aji Imawan, mengungkapkan pemerintah berharap konsumsi rokok menjadi turun lewat penetapan tarif cukai. Namun kebijakan tersebut tidak cukup efektif. Sebab, daya beli terhadap produk tersebut masih tetap tinggi.
“Perlu adanya intervensi sosial yang dapat merubah kebiasaan para perokok ini dengan sebuah insentif sosial ketimbang ekonomi,” kata Satria saat dihubungi wartawan.
- Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis, Segram Dibanderol Rp965.000
- 218 Saham Menguat, IHSG Dibuka Menghijau ke Level 7.144
- Dapat Proyek Jalan Tol IKN, WIKA Kantongi Kontrak Baru Rp14,67 Triliun hingga Juli 2022
Pemerintah, menurut Satria, perlu melakukan riset untuk memperoleh bukti-bukti penyebab kenapa perokok tetap membeli rokok meski harga dan cukainya tinggi. Hasil riset kemudian selanjutnya diadvokasikan kepada para pemangku kepentingan.
“Pendekatan-pendekatan sosial ini penting sebagai pelengkap pendekatan ekonomi yang sering dilakukan pemerintah selama ini,” kata dia.
Strategi pengurangan jumlah perokok dapat dilakukan dengan masif dan persuasif. Masif, kata Satria, menggunakan media konvensional dan media online. Sementara persuasif lebih bersifat ringan.
“Tidak mendikte dan melibatkan banyak kreator agar kampanye bersifat mengimbau ketimbang melarang,” ucapnya.
Dalam kegiatan Global Forum on Nicotine (GFN) 2022 yang belum lama ini diselenggarakan secara daring dari Warsawa, Polandia, membahas tentang produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, sebagai opsi bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti dari kebiasaan merokok. Isu tersebut menjadi pembahasan dalam tema “Misinformation: who can we trust?”
Salah satu narasumber dalam diskusi tersebut, Cother Hajat, Dokter Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi sekaligus Anggota Royal College of Physicians dan Fakultas Kesehatan Masyarakat di Inggris, menyampaikan produk tembakau alternatif efektif dalam menurunkan prevalensi merokok. Contohnya adalah Swedia.
Negara Skandinavia ini mendukung penggunaan kantong nikotin sehingga memiliki prevalensi perokok pria yang terendah di Uni Eropa dengan besaran 5%.
Rendahnya angka tersebut juga berkorelasi dengan sedikitnya jumlah kematian yang diakibatkan oleh konsumsi rokok pada pria usia 30 tahun atau lebih.
“Swedia telah menunjukkan bahwa melalui regulasi, produk tembakau alternatif telah meminimalkan bahaya,” kata Cother.
Atas dasar itu, Cother mendorong penggunaan produk tembakau alternatif untuk membantu negara-negara yang selama ini kesulitan dalam menurunkan prevalensi merokok.
“Bersama dengan bukti ilmiah yang telah berkembang dari peran mereka dalam mengurangi tingkat merokok dan tidak adanya pelarangan, kanton nikotin dan produk tembakau alternatif lainnya sebagai opsi yang lebih baik, produk ini harus diizinkan di Asia Tenggara,” kata Cother.