<p>Ilustrasi industri pertambangan. / Pixabay</p>
Industri

Produksi Batu Bara Tembus 6,9 Juta Ton, Penjualan Bumi Resources Malah Turun Jadi 6,2 Juta Ton

  • Sayangnya, meski mengalami peningkatan produksi, penjualan batu bara BUMI justru mengalami penurunan. Tercatat, penjualan batu bara pada Agustus 2020 hanya menyentuh angka 6,2 juta ton. Terkoreksi dari penjualan bulan sebelumnya, Juli sebanyak 6,4 juta ton.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Emiten tambang milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil membukukan 6,9 juta ton produksi batu bara pada Agustus 2020. Angka ini naik dibandingkan dengan produksi bulan sebelumnya yang hanya 5,9 juta ton. Dengan capaian itu, sepanjang 8 bulan 2020 produksi batu bara BUMI telah mencapai 53,8 juta ton.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahan Bumi Resources Dileep Srivastava mengungkapkan, peningkatan produksi ini disumbang oleh anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) dengan total 5,3 juta ton. Capain KPC itu meningkat dari volume produksi bulan sebelumnya 4,9 juta ton.

Sementara anak usaha BUMI lainnya, yakni PT Arutmin, hanya menyumbang sebanyak 1,6 juta ton. Angka ini naik dari perolehan bulan sebelumnya yang hanya 1 juta ton.

Sayangnya, meski mengalami peningkatan produksi, penjualan batu bara BUMI justru mengalami penurunan. Tercatat, penjualan batu bara pada Agustus 2020 hanya menyentuh angka 6,2 juta ton. Terkoreksi dari penjualan bulan sebelumnya, Juli sebanyak 6,4 juta ton.

“Ini karena curah hujan rendah di dua lokasi pada bulan Juli. Penjualan jadi lebih rendah (pada Agustus 2020). KPC hanya 5 juta ton dibandingkan 5,2 ton pada Juli. (Penjualan) PT Arutmin masih sama seperti Juli di 1,2 juta ton,” kata Dileep dalam keterengan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Kamis 1 Oktober 2020.

RUPST Bumi Resources / Dok. Bumi Resources
Harga Batu Bara

Di luar itu, Dileep menjelaskan bahwa sebetulnya harga batu bara sepanjang Agustus-September 2020 masih dalam tren pelemahan. Tercatat hingga tengah awal September, harga batu bara di Indeks Newcastle masih berada di bawah US$50 per ton. Harganya baru naik ketika memasuki tengah akhir September menjadi US$59,9 per ton.

Bersamaan dengan itu, harga penawaran dari China untuk batu bara Indonesia juga masih berada di bawah rata-rata. Untuk batu bara berkadar 5.000 gross air-received (GAR) harganya dibanderol US$37-US$38 per ton.

Selanjutnya untuk batu bara 4.700 GAR dipatok seharga US$34,5-US$35,5 per ton. Terakhir, untuk batu bara 4.200 GAR masih berada di kisaran US$23,5-US$24,5 per ton.

“Tingginya harga internal China RMB (di atas 600 RMB) menggiring para pedangan untuk membeli kargo dari Australia dan Indonesia. Meskipun risikonya mereka tidak bisa mengimpor sampai Januari 2021,” pungkas dia.

Sementara pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis 10 September 2020, saham BUMI masih berada di level Rp50 per lembar. Saham BUMI terpantau tidak bergerak sejak perdangan 8 September 2020, usai mengalami votalitas tinggi di hari sebelumnya. (SKO)