Produksi D100 Sukses Jadi Kado Pertamina untuk HUT ke-75 RI
Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) atau sawit. Akan tetapi, Pertamina juga memanfaatkan dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.
Industri
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berhasil melakukan lompatan besar dengan sukses melakukan uji coba produksi Green Diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli lalu.
Produksi D100 menggunakan bahan baku 100% minyak sawit tersebut menjadi kado Pertamina menjelang HUT Ke-75 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2020.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan dalam pidato kenegaraan pada Jumat 15 Agustus 2020, bahwa upaya besar telah dan sedang dilakukan dalam membangun kemandirian energi.
“Tahun 2019, kita sudah berhasil memproduksi B20, dan tahun ini (2020) sudah mulai B30, sehingga bisa menekan impor minyak,” ujar Presiden.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Presiden mengapresiasi Pertamina yang telah bekerja sama dengan para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memproduksi katalis merah putih sebagai komponen utama dalam pembuatan D100 yang akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani per harinya.
“Hilirisasi bahan mentah yang lain juga terus dilakukan secara besar-besaran. Batu bara diolah menjadi metanol dan gas dan beberapa kilang dibangun untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi, dan sekaligus menjadi penggerak industri petrokimia yang memasok produk industri hilir bernilai tambah tinggi,” imbuhnya.
Menurut presiden, hal ini akan memperbaiki defisit transaksi berjalan, meningkatkan peluang lapangan kerja dan mulai mengurangi dominasi energi fosil.
Kemandirian Energi
Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) mengatakan Indonesia punya semua apa yang diperlukan, tinggal kemudian bagaimana anak bangsa secara smart mengolah sumber daya ini menjadi energi yang bisa menciptakan kemandirian dan kedaulatan energi nasional.
Menurut Nicke, bahan bakar ramah lingkungan D100 menjadi ikhtiar Pertamina mewujudkan Nawacita. Terutama mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.
Nicke menambahkan, Green Diesel D100 memanfaatkan sumber daya minyak sawit yang melimpah di dalam negeri sebagai bahan baku utamanya, sehingga bahan bakar tersebut memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang sangat tinggi.
“Dengan demikian, produksi D100 ini sekaligus juga akan menekan defisit impor bahan bakar minyak. Serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Nicke dalam keterangan resmi, Minggu, 16 Agustus 2020.
Uji coba produksi Green Diesel di Kilang Dumai sendiri, imbuh Nicke, sudah dimulai sejak 2014. Pertamina melakukan injeksi minyak sawit jenis Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO) secara bertahap.
Dimulai dari injeksi 7,5% RBDPO pada Desember 2014, kemudian 12,5% pada Maret 2019, dan terakhir 100% pada Juli 2020.
Uji Coba
Dalam uji coba performa melalui road test sepanjang 200 kilometer, D100 yang dicampur dengan Solar dan FAME, terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas. Angka cetane number lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah, serta lebih hemat penggunaan bahan bakar.
“Selain pengolahan minyak sawit di Kilang Dumai, Pertamina juga akan membangun dua standalone biorefinery lainnya yaitu di Cilacap Jawa Tengah, dan Plaju Sumatra Selatan,” terang Nicke.
Standalone biorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi green energy berkapasitas 6.000 barel per hari. Sedangkan, di Plaju berkapasitas 20.000 barel per hari.
Kedua standalone biorefinery itu akan memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan bahan baku 100% minyak nabati.
Selain Green Diesel, Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi Green Gasoline di Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2019. Pada 2020, Pertamina sudah mampu mengolah bahan baku minyak sawit hingga sebesar 20% injeksi.
“Mengolah minyak sawit menjadi Green Diesel sebenarnya sudah juga dilakukan oleh beberapa perusahaan lain di dunia. Namun mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline dalam skala operasional baru pertama kali dilakukan di dunia. Dan itu oleh Pertamina,” tambah Nikce.
Inovasi Anak Bangsa
Nicke menambahkan produksi Green Diesel D100 itu diproses dengan bantuan katalis yang dibuat oleh putra-putri bangsa. Terutama sebagai hasil kerja sama Research & Technology Center Pertamina dan ITB.
“Produksi D100 di kilang Pertamina dengan bahan baku minyak sawit yang melimpah di dalam negeri serta menggunakan katalis Merah Putih menjadi wujud inovasi anak bangsa. Menjadi kebanggaan bagi Pertamina dapat menciptakan solusi untuk Indonesia,” katanya.
Pertamina bersama ITB dan PT Pupuk Kujang juga telah menandatangani kerja sama perusahaan patungan. Joint venture tersebut dibentuk untuk membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia dengan target penyelesaian pada 2021.
Secara global, menurut Nicke, mulai 2030, pertumbuhan energi baru dan terbarukan diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan energi fosil.
Oleh karena itu, lanjutnya, sangat tepat, jika sejak saat ini atau 10 tahun sebelumnya, Pertamina telah mulai menyiapkan pabrik katalis Merah Putih ini untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.
Ke depan, ia mengatakan Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) atau sawit. Akan tetapi, Pertamina juga memanfaatkan dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.
“Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional,” tutup Nicke. (SKO)