<p>Perusahaan tambang BUMN PT Timah Tbk. menderita rugi bersih pada 2019. / Timah.com</p>
Korporasi

Produksi dan Penjualan Anjlok, Timah (TINS) Lakukan Efisiensi Bisnis

  • PT Timah Tbk (TINS) mencatat penurunan produktivitas dan penjualan sepanjang semester I-2021.
Korporasi
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) mencatat penurunan produktivitas dan penjualan sepanjang semester I-2021. Untuk menjaga profitabilitas keuangan, ke depan perusahaan akan melakukan efisiensi bisnis.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Wibisono memaparkan produksi bijih timah tercatat sebanyak 11.467 ton, turun 54% dari 25.081 ton pada periode yang sama tahun lalu. Demikian halnya dengan produksi logam timah menurun 57% dari 27.833 ton menjadi 11.915 ton.

Dari sisi pemasaran, penjualan logam timah tercatat turun sebesar 60% dari 31.508 ton menjadi 12.523 ton. Meski demikian, TINS terbantu dengan harga timah global yang naik sebesar 69% dari US$16.461 per metrik ton menjadi US$27.858 per metrik ton.

“Penurunan penjualan ini menyebabkan pendapatan perusahaan turun 27 persen dari Rp8,03 triliun menjadi Rp5,87 triliun tahun ini,” kata dia dalam Public Expose Live 2021, Rabu, 8 September 2021.

Meski penjualan komoditas turun, laba perusahaan sebelum bunga, pajak, dan amortasi melesat menjadi Rp1,04 triliun, tumbuh 298,8% dari periode tahun lalu sebesar Rp348 miliar.

Kemudian laba operasi tumbuh 378% dari minus Rp227 miliar tahun lalu menjadi Rp630 miliar pada semester I-2021. Sementara, laba bersih tercatat naik 169% dari minus Rp390 miliar menjadi Rp270 miliar.

Demikian halnya dengan arus kas operasi naik signifikan menjadi Rp2,58 triliun dari Rp620 miliar periode tahun lalu.

Efisiensi Bisnis dan Operasional

Wibisono menjelaskan ada beberapa strategi yang sudah disiapkan perusahaan untuk menjaga pertumbuhan keuangan tetapsehat di waktu mendatang.

Pertama, efisiensi di seluruh lini operasional anak perusahaan. Kemudian, melakukan peningkatan kinerja operasional anak perusahaan dan menekan beban keuangan yang dimiliki perusahaan.

Wibisono menambahkan kenaikan harga logam timah di pasar internasional turut mengerek pencapaian keuangan TINS di waktu yang akan datang.

"Kita melakukan pengelolaan tambang yang efisien dan yang bisa memberikan kontrbusi terhadap Gross Profit Margin (GPM) perseroan," ujar Wibisono.

Saat ini, TINS memiliki rasio profitabilitas yang sehat. Ini terlihat dari rasio GPM sebesar 19%, meningkat dari triwulan II-2020 sebesar 3% dan rasio Net Profit Margin sebesar 5%, naik dari triwulan II-2020 yang terkontraksi 5%.

Adapun rasio DER (Debt to Equity Ratio) triwulan II-2021 TINS sebesar 103%. Rasion ini berhasil menyusut dibandingkan periode akhir tahun 2020 sebesar 142%.

Sementara, utang bank jangka pendek berhasil diturunkan dari Rp3,8 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp2,2 triliun.

Jumlah utang bank dan obligasi TINS pada semester satu tercatat menurun sebesar 27% menjadi Rp4,33 triliun dari Rp5,89 triliun pada periode tahun lalu.