<p>Ilustrasi pengisian daya mobil listrik. Sumber: Pinterest</p>
Industri

Produksi Menggeliat, Tren Mobil Listrik Tahun 2022 Diprediksi Meningkat

  • Sekjen Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Tenggono menyatakan bahwa tren mobil listrik di Tanah Air tahun depan diprediksi meningkat.
Industri
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - Tahun 2021 akan berakhir dan lembaran baru tahun 2022 akan segera dibuka. Industri otomotif sepanjang tahun ini terlihat cukup bergairah. Tren ini diharapkan bisa berlanjut agar terjadi pemulihan tahun depan.

Mengenai industri mobil listrik, saat ini sudah makin banyak industri yang memproduksi kendaraan masa depan tersebut. Baik yang berbentuk roda empat maupun roda dua.

Sekjen Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Tenggono menyatakan bahwa seiring dengan gairah pasar otomotif nasional, tren mobil listrik di Tanah Air tahun depan diprediksi meningkat.

Hal itu sejalan dengan inovasi sejumlah perusahaan yang mulai memproduksi dan merakit kendaraan listrik sehingga siap digunakan tahun depan. Selain itu juga didorong oleh perubahan perilaku masyarakat yang mulai sadar akan isu perubahan iklim.

"Tahun 2021 ini belum banyak kendaraan listrik roda empat tapi yang roda dua cukup banyak. Dan diprediksi akan banyak di Indonesia karena ada beberapa industri yang mulai melakukan produksi dan perakitan," katanya dalam wawancara, Kamis, 30 Desember 2021.

Dia menyebutkan salah satu produsen kendaraan listrik nasional saat ini adalah PT Mobil Anak Bangsa (MAB) berbasis Jakarta. Perusahaan ini dibentuk oleh Moeldoko tahun 2017 yang kini menjadi Kepala Staf Kepresidenan (KSP) di era pemerintahan Joko Widodo.

Kerja Sama

Saat ini, MAB menjalin kerja sama yang erat dengan sejumlah universitas dan Lembaga Penelitian Indonesia. Kerjasama tersebut dilakukan untuk memajukan industri mobil listrik yang dibuat oleh anak bangsa. Beberapa produk yang dihasilkan MAB seperti electric big bus, electric medium bus dan e-motor bike.

"Sebenarnya dari PT Mobil Anak Bangsa (MAB) ini sudah melakukan perakitan dan pembuatan bus listrik yang sudah mulai dipakai di Indonesia. Kita harapkan di 2022 akan lebih banyak," kata Tenggono.

Selain MAB, sebetulnya beberapa kampus yang memproduksi kendaraan listrik, seperti Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Diponegoro Semarang (Undip). Meski masih dalam jumlah kecil dan standar lokal tetapi telah disambut positif oleh pemerintah.

Di sisi lain, industri otomotif kakap asing juga sudah melirik pasar kendaraan listrik Indonesia ketika Presiden Jokowi mengatakan akan melakukan transisi menuju energi terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.

Beberapa Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang sudah mulai muncul saat ini seperti Hyundai KONA Electric, Hyundai IONI Electric, Nissan All New LEAF, Mitsubishi Minicab-MiEV, Mitsubishi Outlander PHEV, Toyota Prius PHEV, Lexus UX 300e, Morris Garages MG 5 EV, Morris Garages MG ZS EV, serta mobil listrik Wuling GSEV dan truk listrik Mitsubishi Fuso e-Canter.

Dengan kehadiran mobil listrik yang mulai menjamur di Tanah Air, Tenggono mendorong pemerintah memperbanyak stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) agar bisa lebih menjangkau kebutuhan pengguna.

Dia menyebut, saat ini di Pulau Jawa sudah hampir 204 tempat pengisian baterai untuk kendaraan listrik yang berada di 155 lokasi. Dia optimistis bahwa stasiun pengisian baterai listrik akan terus berkembang dan menyebar ke seluruh daerah di Indonesia.

"Saya yakin akan bertambah banyak untuk tempat-tempat chargingnya dan tentu semakin banyak yang mengalih ke kendaraan listrik karena secara cost-nya jauh lebih murah. Dan kita harapkan tidak perlu membuang devisa untuk mengimpor BBM," tandasnya.

Terkait biaya bahan bakar, beberapa waktu lalu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN telah melakukan uji coba penggunaan mobil listrik. Hasil uji coba membuktikan bahwa mobil listrik lebih irit ketimbang BBM.

Dalam jarak tempuh 72 kilometer (Km), misalnya, pengguna bisa menghemat hingga Rp50.000 karena daya yang terpakai hanya sekitar Rp10.000. Ini berbeda dengan BBM yang bisa mencapai Rp60.000 untuk jarak tempuh yang sama.

Tenggono pun berharap agar pemerintah melalui konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC) mempercepat produksi baterai listrik. IBC adalah perusahaan konsorsium holding industri baterai listrik yang dibentuk oleh 4 BUMN, yaitu PT Pertamina (Persero), MIND ID, PT PLN (Persero) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

"Kita harapkan baterai ini dalam 2 tahun akan bisa diproduksi. Sekarang ini engine yang bahan bakarnya kan masih impor," ungkapnya.