Produksi Migas Indonesia Makin Loyo, Berikut Sederet Strategi Pemerintah Genjot Produksi
- "Dari tahun 2020 memang produksi minyak bumi terus turun karena kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya,"
Energi
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menghadapi tantangan besar untuk mencapai target produksi minyak dan gas (migas) sebanyak12 Miliar kaki kubik standar per hari (BSCFD) pada tahun 2030.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, telah menyusun serangkaian strategi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mewujudkan visi ini, meskipun kondisi saat ini menunjukkan adanya penurunan produksi minyak yang signifikan.
Produksi minyak Indonesia diketahui terus anjlok, dari yang tadinya 708 Juta barel minyak perhari (MBOPD) pada tahun 2020 menjadi 578 MBOPD pada tahun 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh pengelolaan lapangan tua yang kurang efektif dan tak lagi produktif, serta berkurangnya prospek lapangan baru.
"Dari tahun 2020 memang produksi minyak bumi terus turun karena kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya," terang Arifin, di Jakarta.
- Ekonomi Indonesia Kuartal II-2024 Tumbuh 5,05 Persen
- Target Selasai 2026, Proyek Cisem II Senilai Rp2,8 Triliun Akhirnya Dimulai
- CLEO dan ZONE Beda Arah, Begini Kinerja Emiten Hermanto Tanoko di Semester I-2024
Strategi Genjot Produksi Minyak
Untuk meningkatkan produksi migas, Kementerian ESDM melakukan pengeboran lebih dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, yang diharapkan dapat meningkatkan produksi lapangan-lapangan eksisting.
Selain itu, reaktivasi 1.000-1.500 sumur idle per tahun telah diupayakan untuk mengoptimalkan produksi dari sumur yang sudah ada namun belum dimanfaatkan.
Kementrian ESDM juga berupaya mercepat eksekusi CEOR Minar Area 2, Steamflood Rantau Bais, dan Simple Surfactant Balam South, dengan menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di berbagai lapangan untuk meningkatkan perolehan minyak.
Kementerian ESDM juga fokus pada transformasi R-to-P dan Full Scale EOR serta Waterflood, yang mencakup percepatan proyek-proyek seperti 125 POD/OPL/OPLL baru, 58 undeveloped discoveries, dan 55 lapangan CEOR dan WF melalui strategic alliance.
Pengembangan skala penuh di lapangan Minas akan dipercepat, salah satunya melalui langkah investasi hulu migas dari China yang sedang digenjot pemerintah untuk meningkatkan pemasukan sektor migas di Indonesia.
- Ekonomi Indonesia Kuartal II-2024 Tumbuh 5,05 Persen
- Target Selasai 2026, Proyek Cisem II Senilai Rp2,8 Triliun Akhirnya Dimulai
- CLEO dan ZONE Beda Arah, Begini Kinerja Emiten Hermanto Tanoko di Semester I-2024
Kementerian ESDM juga akan mengeksplorasi dan mengembangkan migas nonkonvensional dengan target pengeboran eksplorasi sekitar 54 sumur per tahun. Pemerintah juga berupaya menggandeng pemain besar dunia seperti EOG Resources dan CNPC guna mengembangkan produksi migas nonkonvensional.
Arifin Tasrif, optimis dengan adanya temuan sumber gas baru seperti temuan gas di wilayah Andaman, South Andaman, dan Selat Makassar, target produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada tahun 2030 dapat tercapai.
Pemerintah juga terus berupaya menemukan dan mengembangkan prospek lapangan minyak baru untuk meningkatkan produksi minyak bumi.
"Gas memang sempat turun, tapi sekarang ada tren kenaikan, kalau target gas 12 BSCFD ini, insya Allah bisa ketemu, dengan adanya temuan-temuan sumber gas baru, prospek di Andaman, South Andaman, dan juga di Selat Makassar," tambah Arifin.
Semua langkah diatas merupakan bagian dari strategi besar guna memastikan ketahanan energi nasional dan meningkatkan kontribusi sektor migas terhadap perekonomian Indonesia.