Dongkrak pompa minyak mentah di Cekungan Permian di Loving County, Texas (Angus Mordant)
Energi

Produksi Minyak Bumi Indonesia Alami Tren Penurunan Sejak Kepemimpinan Jokowi

  • Bahkan jelang akhir masa jabatan presiden Jokowi yang pertama di 2018 penurunan lifting minyak semakin terasa hingga 2018 hanya tercapai 778.000 barel per hari  dari target yang seharusnya 800.000 barel per hari .

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, kondisi terkini industri minyak Indonesia. Sektor ini  mengalami tren penurunan, sementara konsumsi dalam negeri terus naik signifikan.

Bahlil mengatakan pada periode 1997, Indonesia mampu memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak per hari (BOPD) dan hanya mengonsumsi sekitar 600 hingga 700 ribu BOPD. Hal ini memungkinkan Indonesia mengekspor sekitar 1 juta BOPD, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara sebesar 40-50%.

"Tapi apa yang terjadi? 2022-2023 lifting kita menurun terus, bahkan sekarang tinggal hampir 600 ribu BOPD, konsumsi kita sekarang 1 juta. Jadi terbalik, 1996-1997 kita ekspor 1 juta, sekarang kita impor 1 juta bopd," ujar Bahlil dalam acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas dilansir Jumat, 11 Oktober 2024.

Mengutip capaian kinerja sektor ESDM Tahun 2023, sebenarnya lifting minyak bumi sudah mengalami tren penurunan sejak 2017 hingga 2023. Nampak penurunannya makin tajam tiap tahunnya bahkn tidak dapat menembus target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap tahunnya.

Contohnya saja, tahun 2017 realisasi produksi atau lifting minya RI mencapai 804.000 barel per hari (barrel oil per day/BOPD), sedangkan target APBN 2017 diangka 815.000 barel per hari .

Bahkan jelang akhir masa jabatan presiden Jokowi yang pertama di 2018 penurunan lifting minyak semakin terasa hingga 2018 hanya tercapai 778.000 barel per hari  dari target yang seharusnya 800.000 barel per hari . Tak tercapainya lifting Migas dari 2017 turut mempengaruhi target APBN yang ditetapkan pemerintah di tahun mendatang juga mengalami tren penurunan.

Produksi minyak pada periode kedua Jokowi

2019
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan, realisasi produksi minyak mencapai 746.000 barel per hari. Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2019 sebesar 775.000 BOPD atau 96,3% dari target.

2020
Pada tahun 2020, realisasi produksi minyak mencapai 707.000 barel per hari (barrel oil per day/BOPD). Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2020 sebesar 755.000 BOPD atau 93,6% dari target. Pemerintah tak menaikan atau menurunkan target lifting migas sejak 2019 hingga 2020.

2021
Kemerosotan tren produksi makin nampak di 2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi minyak mencapai 660.000 barel per hari. Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD atau 93,6% dari target.

2022
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi minyak mencapai 612.000 barel per hari terus merosot. Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2022 sebesar 703.000 BOPD atau hanya  tercapai 87,1% dari target.

2023
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi minyak mencapai 605.500 barel per hari. Capaian ini masih di bawah target APBN 2023 sebesar 660.000 BOPD atau 91,7% dari target.

2024

Sedangkan 2024 pemerintah masih realistis mengingat tren penurunan semakin tajam sehingga target lifting minyak pada APBN 2024 dipatok 635.000 barel per hari. Hingga 9 Oktober 2024 dari laman Kementerian ESDM produksi minyak bumi telah mencapai 564.819 BOPD.