<p>Model berpose di dekat Mobil yang dipajang pada pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Jum&#8217;at, 16 April 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Produksi Mobil Terhambat Pasokan Chip Semikonduktor, Insentif PPnBM Sia-Sia?

  • Angka produksi mobil anjlok pada April 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Krisis chip semikonduktor mengancam produksi mobil.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Krisis chip semikonduktor global mengancam produksi dan penjualan mobil yang sedang digenjot pemerintah. Di tengah insentif Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) yang ditebar pemerintah, volume produksi mobil pada April 2021 justru merosot.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume produksi mobil pada April merosot 11,7% month to month (mtm) dibandingkan Maret 2021. Gaikindo mencatat produksi mobil anjlok dari 101.220 unit pada Maret menjadi 90.618 unit pada April 2021.

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan pemerintah perlu mencermati krisis chip semikonduktor ini. Pasalnya, kondisi ini berpotensi melemahkan insentif PPnBM penjualan mobil yang diterapkan hingga akhir tahun nanti.

Menurut dia, krisis Chip global yang akan berlangsung hingga tahun 2022 ini memicu naiknya harga semikonduktor dan terganggunya rantai pasok komponen chip semikonduktor.

“Beberapa industri otomotif multinasional besar yang sudah memiliki cadangan stok semikonduktor tentunya tetap dapat berproduksi sambil mencoba mencari vendor lainnya,” kata Yannes kepada TrenAsia.com, Selasa 18 Mei 2021.

Apalagi, Gaikindo melaporkan sebanyak 80% volume penurunan berasal dari merek yang menerima insetif PPnBM. Hal ini, kata Yannes, bisa membuat adanya ketimpangan supply dan demand di sektor otomotif ini.

“Industri otomotif dunia kelimpungan karena terputusnya proses line production mereka. Sebab, pasokan semikonduktor sebagai perangkat penghantar arus listrik untuk berbagai komponen penting di mobil yang akan dibuat tersendat,” ujar Yannes.

Yannes pun mendorong pelaku industri otomotif untuk mengalihkan penggunaan chip semikonduktor dari segmen yang kurang laku ke segmen dengan demand tinggi pada tahun ini. Dengan begitu, strategi itu bisa meminimalisir terganggunya supply dan demand penjualan mobil.

“Langkah strategisnya adalah mulai segera mengalihkan penggunaan chip dari kendaraan yang kurang laku ke segmen kendaraan yang lebih tinggi demand pasarnya,” ucap Yannes.

Lebih jauh lagi, kelimpungan industri otomotif karena krisis chip semikonduktor bermimplikasi terhadap geliat industri manufaktur komponen otomotif yang mulai tumbuh kembali pada tahun ini. 

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyebut, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tengah menggeliat kembali usai diguyur diskon PPnBM.

“Diskon PPnBM membuat penjualan naik serta efeknya positif ke industri komponen otomotif,” kata Gati sepeti dikutip laman resmi Gaikindo, Selasa 18 Mei 2021.

Industri otomotif menjadi salah satu ujung tombak pemulihan ekonomi nasional. Meski pandemi, industri ini mampu berkontribusi 4,24% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2020.

Nilai ekspor otomotif kendaraan roda empat empat dan komponennya mencapai Rp65,99 triliun pada 2020. Sementara nilai investasi industri otomotif mencapai Rp 71,35 triliun dan mampu menyumbang tambahan tenaga kerja sebanyak 38.000 orang. (LRD)