Produksi Nikel Vale Indonesia Melonjak 35%
Emiten pertambangan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) berhasil mencatat kenaikan produksi nikel matte pada kuartal I-2020 mencapai 35% dibandingkan dengan kuartal I-2019.
Industri
Emiten pertambangan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) berhasil mencatat kenaikan produksi nikel matte pada kuartal I-2020 mencapai 35% dibandingkan dengan kuartal I-2019.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan perusahaan pertambangan ini telah memproduksi sebanyak 17.614 ton pada periode Januari-Maret 2020. Jumlah ini meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya 13.080 ton.
Akan tetapi, Nico menyebutkan produksi itu lebih rendah 14% jika dibandingkan dengan kuartal VI-2019 yang mencapai 20.494 ton. Hal tersebut disebabkan karena adanya aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan oleh perseroan.
“Dengan pencapaian ini kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020,” kata Nico dalam siaran pers yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jumat, 17 April 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Kenaikan produksi ini didukung oleh kontrak penjualan jangka panjang perseroan. Dalam kontrak tersebut mengikat konsumen untuk wajib membeli produksi nikel matte milik Vale.
Lebih jelas dipaparkan dalam keterbukaan informasi di BEI yang dirilisnya pada 30 Maret lalu, perusahaan berkode saham INCO itu menyebutkan meski merebaknya wabah COVID-19 melemahkan harga nikel, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi perseroan.
“Hal ini memberikan kepastian bahwa semua hasil produksi nikel matte akan dikirimkan kepada konsumen,” tulisnya.
Perusahaan yang didirikan pada 1968 itu juga menyiapkan business continuity plan untuk mengantisipasi dampak yang lebih serius terhadap kegiatan operasional perseroan.
“Skenario produksi kami kembangkan berdasarkan tingkat penyebaran, ketersediaan tenaga kerja, dan juga faktor teknis dan non-teknis lainnya. Perseroan akan senantiasa mengedepankan kesehatan dan keselamatan pekerja dalam pengambilan keputusan terkait kegiatan operasional,” tambahnya.
Pada akhir Maret 2020, Vale Indonesia dengan para pemegang sahamnya, Vale Canada Limited (VCL), Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., (SMM), dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum, telah menyetujui perpanjangan tenggat waktu penandatanganan pernjanjian defisinitip hingga akhir Mei 2020.
Sepanjang periode 2019, pendapatan INCO naik tipis 0,7% menjadi US$782,01 juta dari sebelumnya US$776,9 juta. Laba tahun berjalan turun 5,14% menjadi US$57,4 juta dari sebelumnya US$60,51 juta.
Pada perdagangan Jumat, 17 April 2020, saham INCO ditutup melejit 9,17% sebesar 210 poin ke level Rp2.500 per lembar. Kapitalisasi pasar saham INCO mencapai Rp24,84 triliun dengan imbal hasil negatif 23,78% dalam setahun terakhir. (SKO)