tank rusia.jpg
Dunia

Produksi Senjata Rusia untuk Perang di Ukraina Ungguli NATO

  • Dengan anggaran sebesar US$1.341 miliar, anggaran pertahanan NATO jauh lebih besar daripada anggaran pertahanan Rusia.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Meskipun memiliki anggaran pertahanan 10 kali lipat Rusia, laporan baru mengungkap bagaimana NATO tidak mampu mengubah daya beli menjadi senjata ampuh dalam suatu krisis.

Penelitian baru menunjukkan pendapatan kontraktor pertahanan utama Rusia melampaui pendapatan pesaing mereka di Amerika Serikat dan Eropa tahun 2023 lalu. Ini karena Moskow meningkatkan produksi senjata secara lebih efektif daripada Barat.

Angka-angka tersebut diungkap  Stockholm International Peace Reaserch Institute (SIPRI)  dalam laporan tahunannya mengenai 100 perusahaan pertahanan teratas dunia. Laporan yang dirilis 2 Desember 2023 tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Barat  memasok Ukraina dengan senjata untuk melawan Rusia.

Perusahaan pertahanan terkemuka Rusia menikmati pertumbuhan pendapatan sebesar 40 persen hingga mencapai sekitar $25,5 miliar atau sekitar Rp405 triliun (kurs Rp15.900).

Sedangkan pendapatan kontraktor pertahanan utama AS dan Eropa hanya tumbuh masing-masing sebesar 2,5 persen dan 0,2 persen. Angka ini juga ada di bawah rata-rata global pertumbuhan sebesar 4,2 persen.

Omzet nominal kontraktor pertahanan utama Amerika dan Eropa lebih besar beberapa kali lipat. Yakni US$317 miliar atau sekitar Rp 5.043 triliun.  Sementara Eropa US$133 miliar atau sekitar Rp2.116 triliun. Tetapi  temuan SIPRI menunjukkan  Rusia telah mempersenjatai ekonominya secara lebih efektif di masa perang untuk memenuhi tantangan pasokan di garis depan.

Laporan itu menunjukkan hanya dua perusahaan Rusia yang berhasil masuk 100 teratas. Yang pertama adalah Rostec. Perusahaan induk milik negara yang anak perusahaannya memproduksi pesawat terbang, persenjataan dan elektronik. Sementara yang kedua adalah United Shipbuilding Corporation. Tetapi kesimpulan ini menurut SIPRI karena hanya keduanya yang menerbitkan informasi keuangan.

SIPRI menyebut transparansi produksi senjata Rusia mulai menurun drastis setelah Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014. Dan sebagian besar perusahaan senjata berhenti menerbitkan laporan keuangan setelah invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022.

Joseph Fitsanakis, profesor studi intelijen dan keamanan di Coastal Carolina University mengatakan, produksi militer Rusia saat ini melampaui Amerika dan seluruh negara anggota NATO secara keseluruhan. “Ini mungkin sulit dipercaya. Tetapi  Rusia berkewajiban melakukannya jika ingin melampaui dukungan yang diberikan kepada Ukraina,” katanya kepada Al Jazeera Senin 2 Desember 2024.

Pengeluaran besar-besaran seperti itu pada dasarnya telah menciptakan ekonomi perang. Langkah  yang telah mencegah terjadinya resesi ekonomi besar. Selain itu, pertahanan merupakan sumber hampir setengah pertumbuhan ekonomi Rusia.

Bank Finlandia tahun ini memperkirakan bahwa perusahaan pertahanan menyumbang 40 persen dari pertumbuhan Rusia pada paruh pertama tahun 2023. Ini menjadikannya sektor dengan kinerja tertinggi sejauh ini.

Pengeluaran pertahanan dan keamanan gabungan Rusia pada tahun 2024 meningkat 70 persen tahun ini dan diperkirakan mencapai US$157 miliar.  Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui anggaran pertahanan yang memecahkan rekor pada 2025. Negara ini menyisihkan sepertiga dari total pengeluaran pemerintah karena perang di Ukraina menguras sumber daya dari kedua belah pihak hampir tiga tahun kemudian.

Anggaran untuk tahun 2025 yang diterbitkan  Minggu 1 Desember 2024 mengalokasikan sekitar $126 miliar atau sekitar Rp2.004 triliun. Sekitar $28 miliar lebih tinggi dari rekor sebelumnya yang ditetapkan tahun 2024 ini. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memperkirakan bahwa Rusia telah menghabiskan total $200 miliar untuk perang Ukraina saja. Ini sekitar Rp3.182 triliun.

Namun Fitsanakis meragukan apakah ekonomi perang Rusia dapat berkelanjutan. Karena kekurangan dan sanksi yang melumpuhkan, kontraktor pertahanan Rusia menghadapi suku bunga yang terkadang melebihi 20 persen. 

Meskipun pendapatan mereka meningkat, sebagian besar kesulitan untuk mendapatkan keuntungan. Bahkan ada kekhawatiran bahwa sebagian besar sektor pertahanan Rusia akan bangkrut dalam waktu kurang dari dua tahun. Ini akan memaksa negara Rusia untuk menasionalisasikannya atau menyelamatkannya.

Masalah NATO

Dengan anggaran sebesar US$1.341 miliar, anggaran pertahanan NATO jauh lebih besar daripada anggaran pertahanan Rusia. Namun, anggaran tersebut tampaknya tidak efektif untuk mengubah daya beli menjadi kekuatan tempur dalam krisis. Ke-27 kontraktor Eropa yang masuk dalam 100 teratas berkinerja buruk karena alasan struktural.

Penelitian terkini oleh Parlemen Eropa menunjukkan bahwa anggota Uni Eropa mengalihkan 78 persen pengeluaran pengadaan mereka ke negara ketiga. Termasuk 63 persen ke AS. Persentase yang telah tumbuh selama perang Rusia di Ukraina.

Kontraktor Eropa tidak mendapat keuntungan dari peningkatan anggaran pertahanan nasional. Berbeda dengan Rusia yang memproduksi peralatan militernya di dalam negeri dan berupaya memindahkan rantai pasokannya ke dalam negeri.

Prancis adalah contohnya. Perusahaan pertahanan terbaiknya mengalami penurunan 8,5 persen yang dipimpin oleh penurunan 60 persen dalam buku pesanan Dassault Aviation untuk jet tempur multiperan Rafale. Ini  karena militer Eropa mengabaikannya demi F-35 buatan Lockheed Martin sebagai jet generasi berikutnya.

Namun keunggulan teknologi AS atas Rusia dan Eropa tidak memberinya pertumbuhan yang luar biasa. Ini karena masalah rantai pasokan mencegahnya mengubah buku pesanan yang semakin panjang menjadi produksi dan pendapatan.

SIPRI menyebut produksi dan pengiriman rudal serta peralatan kedirgantaraan untuk ekspor sangat terpengaruh oleh masalah rantai pasokan pada tahun 2023. Pendapatan senjata dari ekspor turun hingga 5,4 persen.

Dalam kasus Lockheed Martin tumpukan pesanan rudal dan sistem pengendalian tembakan bertambah sebesar 12 persen. Sementara pendapatan turun sebesar 0,6 persen. Faktanya, kata SIPRI, pendapatan Lockheed Martin, produsen peralatan pertahanan terbesar di dunia turun untuk tahun ketiga berturut-turut karena masalah tersebut, menjadi $60,8 miliar tahun lalu. RTX, sebelumnya Raytheon, kontraktor pertahanan terbesar kedua di dunia, juga mengalami penurunan pendapatan karena alasan serupa.

Meskipun permintaan untuk persenjataan dan peralatan militer meningkat, mereka tidak mampu meningkatkan kapasitas produksi secara memadai. Ini  karena tantangan rantai pasokan yang sangat kompleks. Terutama di segmen pertahanan udara dan rudal.

Fitsanakis mengaku tidak ada satu pun pakar yang yang percaya Amerika memiliki cukup amunisi berpemandu presisi atau jarak jauh untuk mempertahankan pertahanan Taiwan selama lebih dari 10 hari. “Saya juga tidak mengetahui adanya rencana konkret untuk memperluas cakupan dan kecepatan produksi basis industri pertahanan Amerika.”

Selain dua perusahaan teratas Rusia pada daftar 100 teratas, pertumbuhan tertinggi dialami oleh empat perusahaan teratas Korea Selatan yaitu sebesar 39 persen. Selain itu  lima perusahaan teratas Jepang, yaitu sebesar 35 persen. Keduanya mempersiapkan diri menghadapi skenario seperti yang dijelaskan Fitsanakis.

Berbeda dengan perusahaan Amerika  peningkatan tajam pendapatan perusahaan Rusia justru disebabkan oleh peningkatan produksi senjata seperti rudal, pesawat terbang, dan UAV.

Perang Panjang

Perang Rusia di Ukraina merupakan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Moskow saat ini tengah menguasai sejumlah lokasi penting di sepanjang garis depan dan melancarkan serangan balasan di wilayah Kursk. Lokasi satu-satunya keberhasilan militer besar Kyiv tahun ini.

Namun perang yang lambat dan melelahkan  serta telah menguras sumber daya kedua negara. Ciri dari apa yang disebut sebagai perang gesekan

Ukraina selalu berada dalam posisi tertinggal dalam hal material dan tenaga kerja. meskipun telah menerima bantuan miliaran dolar dari sekutu Baratnya, termasuk lebih dari setengah miliar dolar dalam bentuk peralatan militer baru yang dijanjikan oleh Jerman pada hari Senin.

Berapa banyak bantuan yang akan terus datang dari Amerika Serikat setelah Presiden terpilih Donald Trump menjabat masih harus dilihat.

Sementara itu, Rusia memiliki lebih banyak senjata, lebih banyak amunisi, dan lebih banyak personel – tetapi tekanan terhadap ekonomi dan populasinya terus meningkat.

Rusia telah meningkatkan anggaran militernya secara besar-besaran selama dua tahun terakhir dan ekonominya menunjukkan tanda-tanda kepanasan: inflasi meningkat tinggi, dan perusahaan-perusahaan menghadapi kekurangan tenaga kerja. Dalam upaya mengendalikan situasi, Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga menjadi 21% pada bulan Oktober, yang merupakan tingkat tertinggi dalam beberapa dekade.

Sementara itu, Ukraina terus menerima bantuan militer yang signifikan dari sekutunya. Pada hari Senin, Kanselir Jerman Olaf Scholz tiba di Kyiv untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, di mana ia menjanjikan lebih dari US684 juta (sekitar Rp10 triliun) dalam bentuk peralatan militer ke Ukraina. “Jerman akan tetap menjadi pendukung terkuat Ukraina di Eropa,” kata Scholz.

Kunjungan Scholz dilakukan setelah ia membuat marah pejabat Ukraina bulan lalu dengan menelepon Vladimir Putin. Langkah  yang mengakhiri upaya Eropa selama bertahun-tahun untuk mengisolasi Presiden Rusia tersebut menyusul invasi besar-besarannya ke Ukraina.

Pada hari Senin Presiden Amerika Joe Biden juga mengumumkan paket bantuan keamanan baru senilai US$725 juta atau sekitar Rp11 triliun. Paket bantuan mencakup lebih banyak ranjau darat dan amunisi untuk Himars. Berapa banyak bantuan yang akan terus datang dari amerika serikat setelah presiden terpilih donald trump menjabat masih harus dilihat.