Produksi Vaksin Sinovac China, Bio Farma Sanggup Penuhi 17 Juta Dosis Per Bulan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sudah mengamankan pengadaan vaksin COVID-19 untuk 135 juta warga. Total vaksin yang sudah dipesan mencapai 270 juta dosis.
Nasional & Dunia
JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi, PT Bio Farma (Persero) sanggup memproduksi 16 juta-17 juta dosis vaksin COVID-19.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan vaksin itu dari kerja sama pengadaan dan pengembangan vaksin dengan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech Ltd.
“Kira-kira sekitar 16 juta sampai 17 juta dosis per bulan yang bisa kita produksi tapi ini juga nanti tergantung dari ketersediaan atau waktu suplai dari Sinovac,” kata dia dalam gelar wicara yang diadakan virtual dari Media Center Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Senin, 19 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Bambang menuturkan Bio Farma memiliki kapasitas untuk memproduksi sebanyak 250 juta dosis vaksin per tahun. Komitmen sementara saat ini vaksin yang disuplai dari Sinovac adalah sebanyak 260 juta dosis.
Produksi Bertahap
Bio Farma akan memulai produksi vaksin tersebut secara bertahap jika sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Namun, Bambang menuturkan persiapan-persiapan bisa dilakukan oleh Bio Farma sejak awal yakni pada November dan Desember 2020 untuk mendatangkan vaksin. Sebab, perseroan masih perlu dilakukan sejumlah pengujian berikutnya sebelum melakukan produksi vaksin di Bio Farma dalam rangka memastikan mutu, keamanan dan efikasi atau kemanjuran vaksin.
“Persiapan-persiapan mungkin bisa kita lakukan dari awal dari November dan Desember vaksin sudah coba kita datangkan karena akan ada uji-uji dulu sebelum dilakukan produksi ada stability (stabilitas), quality control (pengendalian mutu). Karena semuanya ini harus dilakukan secara hati-hati untuk menjaga mutu, keamanan maupun efikasi dari vaksinnya,” tuturnya.
Bambang mengatakan seluruh bahan untuk produksi vaksin tersebut tidak mungkin datang sekaligus, lalu diproses dan diproduksi dalam satu waktu seluruhnya. Tapi vaksin akan diproses dan diproduksi secara bertahap di mana kapasitas produksi vaksin Bio Farma adalah 250 juta dosis per tahun.
“Ini datang secara bertahap dan kemudian kami lakukan juga produksi secara bertahap,” ujar Bambang.
Indonesia sendiri memerlukan vaksin COVID-19 sebanyak 340 juta dosis dalam kurun waktu setahun atau sekitar 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Presiden Jokowi pada 5 Oktober 2020 telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) No 99 tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Pasal 1 ayat 2 disebutkan cakupan pelaksanaan pengadaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 meliputi pengadaan vaksin COVID-19. Kemudian, pelaksanaan vaksinasi COVID-19, pendanaan pengadaan vaksin COVID- 19 dan pelaksanaan vaksinasi COVID- 19. Terakhir, dukungan dan fasilitas kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Hingga saat ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sudah mengamankan pengadaan vaksin COVID-19 untuk 135 juta warga. Total vaksin yang sudah dipesan mencapai 270 juta dosis. (SKO)