<p>Pabrik rokok HM Sampoerna. / Facebook @InsideSampoerna</p>
Nasional

Produsen Rokok Philip Morris Akui Pentingnya Operasional Ramah Lingkungan

  • Pabrik Sampoerna di Sukorejo, Pasuruan Jawa Timur meraih sertifikasi AWS yang menunjukkan fasilitas produksinya menghasilkan praktik yang baik dalam industri.

Nasional
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Pandemi COVID-19 telah memberikan kesempatan bagi dunia untuk melihat hasil yang dapat dicapai dalam dekarbonisasi dan pengurangan polusi, terutama pada kualitas udara.

Ketika ekonomi secara bertahap dibuka kembali, ada banyak diskusi di seluruh dunia tentang cara beralih lebih cepat dari bahan bakar fosil, serta mengubah kebiasaan konsumsi energi.

Pada sebuah diskusi panel bertajuk “investing in blue skies” yang diselenggarakan oleh South China Morning Post membahas seputar dampak karbon hingga bagaimana sebuah perusahaan dan investor dapat mengubah bisnis mereka menuju perubahan iklim bumi yang lebih baik pascapandemi.

Kepala Kelestarian Lingkungan Philip Morris International, Jens Rupp mengatakan, sebagai pionir produsen rokok dan tembakau dunia, pihaknya sangat mendukung hal tersebut. Ia pun menunjukkan beberapa bukti keberpihakannya dalam mendukung operasional perusahaan yang ramah lingkungan.

Yang pertama, ia mengungkapkan bahwa perseroan telah berkomitmen dalam tata kelola air bersih. Pihaknya mendapatkan sertifikasi pemeliharaan air berkelanjutan atau alliance of water stewardship (AWS).

Salah satu sertifikasi diberikan pada unit bisnis Philip Morris di Indonesia, yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Pabrik Sampoerna di Sukorejo, Pasuruan Jawa Timur meraih sertifikasi AWS yang menunjukkan fasilitas produksinya menghasilkan praktik yang baik dalam industri.

Jens mengaku saat ini pihaknya telah mendapatkan enam sertfifikasi. Bahkan perusahaan menargetkan seluruh pabriknya akan mendapatkan sertifikasi AWS pada tahun 2025.

“Jadi ini bukan hanya tentang berapa banyak air yang kami gunakan, kami juga menghemat air di seluruh pabrik kami,” ujarnya dalam diskusi tersebut, Rabu 4 November 2020.

Tak hanya itu, ia mengaku perusahaan juga memiliki perhatian atas pembuangan limbah pabrik. Misalnya di Indonesia, pihaknya selalu memilah sampah pabrik dan memiliki komitmen yang kuat untuk tidak membuangnya ke tempat pembuangan sampah umum.

Dampak Positif Bagi Perusahaan Akan Kesadaran Lingkungan

Lebih lanjut, Jens menyebut Philip Morris juga berupaya mengintegrasikan prinsip desain ramah lingkungan untuk produk barunya. Dalam jangka panjang, pihaknya juga berupaya untuk meminimalisir dampak kerusakan lingkungan atas fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh perusahaan.

Dalam segi penggunaan kayu misalnya, Philip Morris memiliki program untuk memastikan ketertelusuran kayu. Tak sampai disitu, Jens juga memastikan kayu-kayu yang digunakan untuk mengawetkan tembakau tidak berasal dari daerah dengan deforestasi maupun hutan lindung.

“Jadi ini adalah masalah yang sangat penting, dan sangat penting juga untuk memiliki pandangan holistik untuk memastikan bahwa kita mengintegrasikan semua faktor ini. Jadi itulah yang kami lakukan,” imbuhnya.

Selain itu, dirinya juga melihat minat yang besar dari para investor global untuk mendukung kegiatan perusahaan yang lebih ramah lingkungan.

Ia mengacu pada laporan sebuah organisasi nirlaba di Inggris, Carbon Disclosure Project (CDP) yang menunjukkan peningkatan minat yang tinggi dari para investor untuk mendukung hal tersebut.

Jens bilang, laporan CDP sangat membantunya dalam menentukan program perusahaan yang relevan bagi investor saat ini. Laporan CDP juga dianggap membantu produsen rokok dan tembakau dunia ini untuk memilih pendekatan yang tepat kepada para investornya.

Minimalisir Produksi Emisi Karbon

Jens menuturkan, upaya mengurangi jumlah emisi karbon yang dikeluarkan dari aktivitas pabrik tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga kepada kinerja keuangan perusahaan.

Selama ini, lanjutnya, perusahaan mencoba menginternalisasi biaya karbon di neraca perusahaan. Dengan begitu, pihaknya akan benar-benar memahami permasalahan lingkungan tersebut dan bisa mengatasinya dengan baik.

“Kami telah memperkenalkan harga internal karbon. Hanya dengan itu kami benar-benar memahami dimana masalahnya dan kemudian bagaimana jenis proyek yang paling efisien untuk dilakukan dalam mengurangi dampak karbon kami,” ungkapnya.

Jens juga memberikan contoh pabrik pertama milik Philip Morris yang telah menerapkan prinsip netralitas karbon di Lituania, Eropa. Pada akhir tahun lalu, katanya, pabrik tersebut telah mengurangi penggunaan energi. Pabrik tersebut mengarah pada pemanasan retrofit dengan menggunakan biomassa (bahan bakar alami yang dapat diperbarui).

“Dan kemudian hanya ada 1 persen tersisa yang tidak bisa diperbarui yang akan kita offset. Jadi itu contoh netralitas karbon kami tahun ini,” tutur Jens.

Ia mengungkapkan, di Indonesia dan Filipina, perusahaan tersebut juga telah menggunakan panel surya yang dapat menghasilkan 3.000 megawatt.

Jens pun mengakui bahwa target-targetnya dalam mendukung keberlangsungan lingkungan cukup ambisius. Namun, baginya sikap ambisius juga diperlukan guna mendorong inovasi, kreativitas, serta menemukan solusi baru. (SKO)