Pendiri Agung Sedayu Group, Aguan (kiri), mendampingi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia saat mengunjungi proyek IKN Nusantara beberapa waktu lalu.
Nasional

Profil Aguan, Bos Agung Sedayu yang Pimpin Investor Lokal di IKN

  • Nama Sugianto Kusuma alias Aguan baru-baru ini menjadi sorotan usai memimpin Konsorsium Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Nasional
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA—Nama Sugianto Kusuma alias Aguan baru-baru ini menjadi sorotan usai memimpin Konsorsium Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara akhir pekan lalu. Pendiri Aung Sedayu Group itu tampak mendampingi Menteri Investasi/Kepala BKPK Bahlil Lahadalia di sepanjang perjalanan mengecek lokasi proyek.  

Bahlil mengonfirmasi kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut atas rencana investasi investor dalam negeri di IKN. Menurut Bahlil, nilai investasi pengusaha lokal sekitar Rp30-40 triliun yang proyeknya akan dimulai pada September 2023. 

Dalam kesempatan tersebut, Aguan mengatakan seluruh hambatan logistik di ibu kota baru bakal teratasi jika izin usaha di IKN dipermudah. Diketahui Presiden Joko Widodo berambisi merayakan HUT ke-79 RI di IKN pada 17 Agustus 2024. “Saya harap urusan logistik segera ditindaklanjuti. Izin usaha sudah mudah, sehingga peluang upacara 17 Agustus 2024 sangat besar,” ujarnya.

Profil Aguan 

Lalu, bagaimana profil Aguan dan sepak terjangnya di dunia bisnis? Sugianto Kusuma atau Aguan merupakan pebisnis kelahiran Palembang, 9 Januaru 1951. Di sana, Aguan belajar di sekolah menengah Tionghoa Jugang Zhongxue.

Aguan yang merupakan ikon Agung Sedayu itu memulai berkenalan dengan dunia properti ketika muda. Saat itu dia bertemu temannya yang seorang pemborong bangunan. Saat itu temannya kehabisan duit karena kalah judi. Aguan pun memberikan pinjaman sebagai modal untuk membangun ruko dengan sistem bagi hasil. 

Pengalaman itu menjadi awal dia mengenal bisnis bangunan dan kemudian mendalaminya. Dia pun akhirnya memiliki usaha sendiri di bidang konstruksi. Tak lama kemudian, Aguan merintis Agung Sedayu Group saat perekonomian Indonesia mulai bangkit usai tragedi 1965, tepatnya tahun 1971.

Dia mengawali bisnisnya dari sebuah perusahaan kontraktor rumah pertokoan sederhana yang didirikan pada tahun 1979. Agung Sedayu kemudian berkembang pesat menjadi perusahaan pengembang properti yang disegani. 

Pada 1991, kelompok usaha ini berhasil membangun Harco Mangga Dua, yang merupakan Mal Elektronik terintegrasi pertama di Indonesia. Kesuksesan tersebut segera diikuti kesuksesan lainnya dengan pengembangan kawasan residensial dan komersial berskala besar. 

Itu seperti Taman Palem seluas 200 hektare dan beberapa apartemen serta pencakar langit lainnya. Pengembangan bisnis Aguan terus menggurita di kota-kota besar seperti Jabodetabek. Dia sudah merambah bisnis apartemen, mal, hotel, township, office tower, industrial estate hingga superblok.

Selain memimpin Agung Sedayu Group, Aguan menjabat wakil komisaris utama PT Bank Artha Graha sejak tahun 1990-1999. Pada 2004, ia bergabung dengan PT Bank Inter-Pacific Tbk. Setelah merger PT Bank Inter-Pacific Tbk dan PT Bank Artha Graha Tbk, Aguan kembali dipercaya sebagai wakil komisaris utama PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. 

Aguan dan keluarga diketahui juga menguasai 50% saham PT Cahaya Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS). Pada 2016, Aguan sempat tersandung kasus raperda terkait reklamasi teluk Jakarta. Fakta persidangan menyebutkan ada fee sebesar Rp50 miliar dari Aguan kepada sejumlah anggota DPRD DKI. 

Fee tersebut untuk mempercepat pembahasan dan pengesahan Raperda yang menjadi pokok kasus suap tersebut. Aguan kemudian dicekal berkaitan dengan kasus dugaan suap Sanusi untuk mengubah kewajiban pengembang pulau reklamasi membayar 15% dari nilai jual obyek pajak total lahan. Pembayaran ini disebut kontribusi tambahan.

Namun pencekalan hanya berlangsung tujuh bulan. Setelah itu, Aguan kembali bebas beraktivitas dan lolos dari jeratan kasus suap proyek reklamasi.