Pabrik Baladna di Qatar (Doha News).
Nasional

Profil Baladna, Perusahaan Qatar yang Sokong Program Makan Gratis

  • Perusahaan asal Qatar, Baladna, bersiap menyokong program makan bergizi gratis di era pemerintahan Prabowo Subianto. Korporasi yang bergerak di pertanian dan peternakan ini diplot untuk memenuhi kebutuhan susu gratis dalam program ambisius tersebut.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Perusahaan asal Qatar, Baladna, bersiap menyokong program makan bergizi gratis di era pemerintahan Prabowo Subianto. Korporasi yang bergerak di pertanian dan peternakan ini diplot untuk memenuhi kebutuhan susu gratis dalam program ambisius tersebut.

Hal tersebut diknfirmasi Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, Kamis, 12 September 2024. Mentan menyebut investasi Baladna di Indonesia bakal berfokus pada sektor peternakan sapi perah. 

“Baladna siap membantu program makan bergizi gratis dengan berinvestasi untuk peternakan sapi perah guna menyuplai kebutuhan susu di Indonesia,” ujar Amran, dikutip dari Antara. 

Rencana investasi itu mencuat usai diskusi Amran dengan Duta Besar Indonesia untuk Qatar Ridwan Hassan. Amran menyampaikan cita-cita mendorong kembali swasembada pangan saat berdiskusi dengan Hasan. Mentan pun menantang Baladna memproduksi dua juta ton susu, yang disanggupi perusahaan tersebut. 

Kemampuan produksi tersebut digadang-gadang dapat menurunkan kebutuhan impor susu setiap tahun. Hal itu sesuai cetak biru Kementan yang memproyeksi Indonesia dapat swasembada susu pada 2029. 

Profil Baladna

Lalu bagaimana sepak terjang Baladna selama ini? Dikutip dari baladna.com, Baladna dikenal sebagai perusahaan yang telah mencapai 100% swasembada susu dan poduk susu. Perusahaan yang berdiri tahun 2014 itu menyediakan peternakan domba dan kambing berskala besar di Timur Tengah. 

Peternakan mereka berlokasi di di Al Khor, Qatar, dengan luas lahan mencapai 2,6 juta meter persegi. Peternakan tersebut terbuka untuk umum dan memiliki fasilitas pemerah susu tercanggih.  Pada Mei 2017, Baladna mulai memproduksi susu untuk pasar Qatar. Produksi itu mengawali pembangunan perusahaan ke cakupan yang lebih besar. 

Peternakan sapi perah Baladna (The Western Producer).

Proyek pembangunan Baladna dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai pada Juni 2017. Perusahaan memproduksi produk susu satu bulan setelah pembangunan dimulai. Saat itu, keberlanjutan pangan di Qatar tengah terancam yang membuat mereka harus mendatangkan 4.000 ekor sapi perah dari Amerika Serikat dan Eropa. 

Baladna kemudian membangun lima lumbung yang berisi 800 ekor sapi di setiap lumbungnya. Setelah itu, dimulailah pembangunan tempat pemerahan susu sapi. Setelah beroperasi, tempat itu mampu memerah 80 hingga 100 ekor sapi secara bersamaan. Pembangunan tahap I di Baladna selesai pada akhir 2017 atau hanya sekitar enam bulan. 

Pembangunan peternakan tahap II direalisasikan dengan mendirikan 40 kandang sapi. Baladna juga menambah jumlah sapi yang didatangkan melalui kapal ke Qatar untuk mengisi peternakan mereka. Dalam tahap II, peternakan Baladna menampung 24.000 ekor sapi yang mampu menghasilkan 300 ribu liter susu per hari. 

Baca Juga: Indef Nilai Anggaran Rp71 Triliun untuk Makan Bergizi Gratis Masih Kurang

Produksi tersebut dibarengi kenaikan kebutuhan susu dan produk susu di Qatar hingga 71%. Sementara pada tahap III pembangunan peternakan, Baladna meluncurkan jenis produk baru seperti susu UHT tahan lama serta jus segar. 

Hadirnya produk baru tersebut membuat Baladna menambah 24 jalur produksi tambahan yang dialokasikan 14 jalur untuk susu dan jus, dan 10 jalur untuk produksi botol. Dalam tahap III, produksi susu Baladna meningkat dari 300 ton menjadi 800 ton per hari. 

Hingga kini, Baladna telah memiliki 22,7 ribu ekor Sapi Holstein yang diperah dengan mesin canggih yang mampu memerah 100 ekor sapi sekaligus. Baladna juga memiliki enam tempat pemerahan susu yang dilengkapi tiga pabrik berteknologi tinggi untuk produk susu, jus, dan pembotolan plastik.

Lewat metode pemerahan susu dengan mesin, Baladna memastikan tingkat kebersihan yang lebih tinggi dan kemungkinan infeksi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pemerahan manual tradisional. 

“Mesin-mesin dilengkapi dengan sensor khusus yang mendeteksi kapan harus berhenti memerah, sehingga membuat proses pemerahan menjadi nyaman bagi sapi,” klaim Baladna.