Salah Satu Proyek BUKAKA dalam penggantian Jembatan Bengawan Solo
Nasional

Profil Bukaka Teknik Utama, Perusahaan Multinasional Milik Keluarga Jusuf Kalla

  • Perusahaan ini berdiri pada 25 Oktober 1978 dimana usaha awalnya sebagai salah satu perbengkelan yang menghasilkan produk Mobil Pemadam Kebakaran.

Nasional

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - Perusahaan entitas Kalla Grup, PT Bukaka Teknik Utama (BUKK), tengah hangat diperbincangkan. Itu setelah Direktur Operasional mereka, Sofiah Balfas (SB) ditetapkan menjadi tersangka dalam dugaan korupsi proyek Tol Jakarta Cikampek II (Japek) elevated atau yang dikenal dengan Tol MBZ. 

Sofiah disebut turut melakukan permufakatan jahat dengan mengubah spesifikasi barang-barang tertentu. Bukaka Teknik Utama  Perusahaan manufaktur dan konstruksi yang berdiri 25 Oktober 1978 ini merupakan perusahaan multinasional dengan empat anak perusahaan.

Mereka adalah PT Bukaka Mega Investama, PT Bukaka Energi, PT Bukaka Forging Industries, dan PT Bukaka Mandiri Sejahtera. Perusahaan milik keluarga Jusuf Kalla ini memulai usahanya sebagai salah satu perbengkelan yang menghasilkan produk mobil pemadam kebakaran. 

Memasuki tahun 1990 hingga 2000, Bukaka mulai melakukan pencatatan saham pada BEI hingga memperkenalkan produk barunya yang meliputi garbarata, steel bridges, steam power plant, transmisi listrik, dan proyek migas. Pada periode itu Bukaka meraih Sertifikasi dari American Petroleum Institute untuk kegiatan jasa terkait minyak dan gas bumi dan Sertifikasi ISO dan AP.  

Memasuki periode tahun 2000 – 2010, Bukaka kembali memperoleh sertifikat di bidang Quality Assurance & OHSAS. Emiten berkode BUKK tersebut juga sempat keluar dari bursa (delisting) mulai tanggal 9 Agustus 2006 hingga kemudian melakukan relisting pada 29 Juni 2015.

Pada periode 2000 – 2010 Bukaka melakukan langkah reorganisasi untuk menciptakan struktur permodalan dan posisi keuangan perusahaan yang lebih sehat dan akuntabel pasca berhasil mengkonversi hutangnya menjadi setoran modal perusahaan.

Dalam periode yang sama, Bukaka mendirikan anak usahanya bernama PT Bukaka Mandiri Sejahtera yang bergerak di bidang yang bergerak di bidang pertambangan, pengolahan dan perdagangan nikel. Anak usaha tersebut kemudian mengakuisisi PT Mitra Karya Agung dalam rangka pengembangan bisnis di bidang smelter pada tahun 2016.

Entitas anak usaha Bukaka kembali bertambah saat perusahaan ini mendirikan PT Bukaka Energi guna mengakomodasi bisnis di sektor usaha Pembangkit Tenaga Listrik Air (PLTA) di tahun 2013. 

Melalui entitas anak usaha baru tersebut Bukaka mengakuisisi beberapa perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTM) meliputi PT Mappung Hydro Power, PT Sakita Hydro Power, PT Anoa Hydro Power dan PT Usu Hydro Power

Terkait proyek MBZ, pada tahun 2017 Bukaka Menandatangani perjanjian material dengan KSO Bukaka-KS yang terdiri dari 4 kontrak senilai Rp2,95 triliun untuk melakukan pekerjaan Suplai Material, Pabrikasi dan Ereksi, Galvanizing, dan Transportasi Material untuk Proyek Pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated STA 9+500 STA 47+500.

Tidak hanya proyek jalan tol, Bukaka melalui anak usahanya Baja Titian Utama menandatangani dan melaksanakan Perjanjian Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan Kementerian PUPR untuk Proyek Penggantian dan/atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton pada 37 lokasi di Pulau Jawa tahun 2021

Produk Garbarata

Bukaka dikenal sebagai produsen Garbarata (jembatan penumpang) terkemuka di Indonesia dan dunia. Perusahaan tersebut sempat mencatatkan telah memproduksi sebanyak 566 unit garbarata. 

Dari keseluruhan tersebut 402 unit diantaranya dipesan oleh beberapa negara yaitu Jepang, Thailand, Hong Kong, Cina, India, Malaysia, Chile, Bangladesh, Myanmar, Brunei, dan Singapura pada tahun 2013 lalu

Emiten berkode BUKK ini melakukan penandatanganan kontrak penjualan 33 unit garbarata dengan M-Solutions Co., Ltd. - Airport of Thailand dengan nilai transaksi US$7,5 juta (setara Rp105 miliar) pada tahun 2019.

Setahun kemudian Bukaka juga penandatanganan kerja sama terkait pengadaan 36 unit garbarata kaca termasuk instalasi dan perawatan dengan Airports Authority of India (AAI) senilai US$5,1 juta (setara Rp78.376.800.000).