Potret KA Turangga di tahun 2019
Nasional

Profil KA Turangga, Kuda Malam Pelari Surabaya-Bandung

  • KA Turangga mulai dioperasikan oleh PERUMKA (kini PT KAI) sejak 1 September tahun 1995.

Nasional

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - Insiden “adu banteng” antara Kereta Api (KA) Turangga dengan KA Commuterline Bandung Raya terjadi pada Jumat, 5 Januari 2024. Insiden naas yang merenggut empat korban jiwa itu terjadi di km 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur – Stasiun Cicalengka. 

Tabrakan juga mengkibatkan kerusakan pada sarana dimana lokomotif KA Commuterline Bandung Raya ringsek berat.angin Terlepas dari musibah yang menimpa kedua kereta tersebut, bagaimana profil dari KA Turangga itu sendiri? KA Turangga mulai dioperasikan oleh PERUMKA (kini PT KAI) sejak 1 September tahun 1995.

Kereta yang diresmikan Menteri Perhubungan Haryanto Danutirto ini mulanya membawa kelas eksekutif dan bisnis plus. Kelas bisnis plus ini hampir mirip dengan kelas eksekutif namun tidak memiliki AC dan hanya ada kipas angin. Turangga menempuh rute perjalanan dari Bandung hingga Surabaya Gubeng PP sepanjang hampir 699 kilometer. 

Kala itu, waktu tempuh KA Turangga mencapai 12 jam. Perjalanan itu ditempuh pada malam hari dan tiba di stasiun tujuan saat fajar menyingsing. KA Turangga naik kelas menjadi full eksekutif pada tahun 1999 seiring kereta ini mendapatkan rangkaian baru. Rangkaian KA Turangga ini memiliki ciri khas berwarna dominan putih dengan garis tosca pada tiap ujung kereta.

Tahun demi tahun berlalu, KA Turangga kembali mendapatkan kesempatan untuk penyegaran dengan mendapatkan rangkaian baru. Kali ini bukan baru dari pabrik melainkan hasil retrofit dari balai yasa milik PT KAI pada tahun 2009. Rangkaian baru ini berkonsep jendela ala pesawat yang belum pernah ditemui sebelumnya pada kereta milik PT KAI.

Hampir satu dasawarsa berjalan dengan rangkaian retrofit, KA Turangga kembali mendapatkan peruntungannya. KA ini mendapat jatah rangkaian kereta stainless steel buatan PT INKA pada tahun 2018. Adanya rangkaian baru kian memantapkan dan menambah kenyamanan bagi penumpang yang menggunakan jasa KA Turangga untuk bepergian.

Seiring adanya berbagai perbaikan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh PT KAI, waktu tempuh KA Turangga semakin cepat daripada masa-masa sebelumnya. Dalam operasionalnya kereta ini bisa dipacu hingga 120 km/jam. Berdasarkan Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) tahun 2023, jarak Surabaya-Bandung bisa dilahap kereta ini hanya dalam waktu 10 jam 17 menit. 

Pada tahun 2019 lalu, perjalanan KA Turangga sempat diperpanjang hingga Stasiun Gambir sehingga rutenya menjadi Gambir-Bandung-Surabaya Gubeng PP. Namun rute tersebut tidak bertahan lama seiring wabah Covid19 yang menyerang Indonesia saat itu. KA Turangga kemudian dikembalikan ke rute asalnya yaitu Bandung-Surabaya Gubeng PP per 1 September 2020.

Mulanya pada awal masa operasional rangkaian KA Turangga berada dalam naungan Depo Kereta Bandung. Namun saat berganti rangkain menjadi full eksekutif, KA Turangga beralih di bawah naungan Depo Kereta Sidotopo di Surabaya. Kereta ini juga kerap dijuluki sebagai Kuda Malam Sidotopo. Namun saat perubahan GAPEKA 2023, rangkaian KA Turangga kembali diasuh oleh Depo Kereta Bandung dan saling berbagi rangkaian dengan KA Argo Wilis dalam operasionalnya.

Adapun nama Turangga sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti kuda. Nama ini kerap diidentikan dengan kuda yang ditunggangi oleh para bangsawan. Pada masa itu, PERUMKA memang membranding beberapa nama keretanya dengan nama satwa/hewan seperti Gajayana, Taksaka, Sembrani, dan lain sebagainya. Kereta dengan nama satwa kastanya tepat berada di bawah kereta berkelas Argo yang dibranding sebagai KA unggulan pada masa itu.

KA Turangga tercatat beberapa kali terlibat dalam insiden baik dengan sesama kereta ataupun kendaraan lain. KA ini pernah ditabrak oleh kereta pengangkut rel di petak antara Stasiun Leles-Stasiun Karangsari pada 8 Juni 2006. Selang lama kemudian, KA Turangga terlibat insiden menabrak truk di Jombang yang menyebabkan lokomotif penariknya anjlok pada 30 Maret 2023. Insiden terakhir yaitu kala bertabrakan dengan KA Commuterline Bandung Raya pada 5 Januari 2024.