Konglomerat Low Tuck Kwong, Dirut PT Bayan Resources Tbk (BYAN) / Forbes
Nasional

Profil Low Tuck Kwong, yang Warisi Anaknya Saham Rp124 T

  • Taipan batu bara Low Tuck Kwong, mengalihkan 22% sahamnya kepada putrinya, Elaine Low. Elaine digadangkan akan menjadi penerus LTK di Bayan Group.

Nasional

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Taipan batu bara Low Tuck Kwong, mengalihkan 22% sahamnya kepada putrinya, Elaine Low. Elaine digadangkan akan menjadi penerus LTK di Bayan Group.

Kini Elaine memiliki 7,33 miliar saham Bayan Resources dengan nilai pasar mencapai Rp124 triliun. Hibah saham ini merupakan bagian dari rencana suksesi kepemimpinan di BYAN.

“Dato Low Tuck Kwong sebagai ayah berkeinginan untuk mengalihkan atau menghibahkan sebagian saham-sahamnya kepada anaknya yang bernama Elaine Low dengan tujuan perencanaan suksesi jangka panjang keluarga,” kata Direktur & Sekretaris Perusahaan BYAN, Jenny Quantero, Kamis, 29 Agustus 2024.

Dengan pengalihan saham tersebut, jumlah saham yang dimiliki Low Tuck Kwong berkurang dari 20.716.816.570 menjadi 13.383.482.870 saham.

Namun, Low Tuck Kwong tetap menjadi pemegang saham utama dan pengendali perusahaan. Elaine akan menggunakan seluruh hak suaranya atas saham yang dimilikinya sesuai dengan kehendak Low Tuck Kwong.

Lalu, seperti apa sepak terjang Low Tuck Kwong?

Profil Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong merupakan orang terkaya nomor 3 di Indonesia. Menurut Forbes, kekayaannya menyentuh US$24,3 miliar atau setara Rp376 triliun.

Dikenal sebagai raja batu bara, Low Tuck Kwong lahir di Singapura yang mencoba peruntungan di Indonesia pada tahun 1972. Sebelumnya, ia bekerja di perusahaan konstruksi milik ayahnya di Singapura saat remaja. Sekitar 20 tahun kemudian, ia beralih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). 

Tahun 1997, Kwong memutuskan untuk membeli perusahaan tambang batu bara pertamanya, PT Gunungbayan Pratamacoal, yang kini dikenal sebagai Bayan Resources, yang menjadi titik awal lonjakan kekayaannya.

Setahun setelahnya, melalui PT Dermaga Perkasapratama, ia mulai mengoperasikan terminal batu bara di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ketika harga saham dan batu bara mengalami penurunan, ia bertindak dengan membeli saham perusahaan miliknya sendiri, BYAN, sebagai investasi dengan kepemilikan langsung.

Dia juga memimpin perusahaan energi terbarukan di Singapura, Metis Energy, yang sebelumnya dikenal sebagai Manhattan Resources, serta memiliki saham di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.

Bisnisnya terus berkembang, dan kini ia mendukung SEAX Global, yang membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.