PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Selatan.
Nasional

Profil PLTA Batang Toru, Proyek Penghasil Listrik 510 Megawatt untuk Peningkatan Bauran EBT

  • PLTA Batang Toru memanfaatkan energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya air di Sungai Batang Toru.
Nasional
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA—Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru belakangan kembali dibicarakan menyusul pembubaran diskusi yang membahas proyek energi baru terbarukan (EBT) tersebut. 

PLTA yang terletak di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, itu juga disorot menyusul liputan kolaborasi lima media massa nasional yang mengangkat soal risiko PLTA pada bentang alam Batang Toru. 

PLTA Batang Toru sendiri merupakan salah satu progam pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik dan mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya di Sumatra. 

PLTA yang dikembangkan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) ini akan menjadi PLTA terbesar di sistem kelistrikan Sumatra dengan kapasitas mencapai 510 MW, seperti dikutip dari plta-batangtoru.com. PLTA Batang Toru memanfaatkan energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya air di Sungai Batang Toru. 

Bagian dari Program Peningkatan Bauran EBT

Proyek PLTA Batang Toru merupakan bagian program pemerintah untuk meningkatkan bauran EBT mencapai 23% tahun 2025. Bauran EBT di Indonesia per 2022 tercatat baru 14,11%. 

PLTA Batang Toru yang dibangun di lahan seluas 122 hektare ini juga diklaim dapat menghemat penggunaan BBM setara US$383 juta atau setara Rp5 triliun per tahun. Nantinya listrik yang dihasilkan PLTA Batang Toru akan disalurkan melalui jaringan transmisi 275 kV milik PT PLN (Persero).

Kehadiran PLTA Batang Toru sendiri diharapkan meningkatkan rasio elektrifikasi di Tapanuli Selatan yang saat ini mencapai 82,32%. Piranti EBT ini juga dapat menopang sekitar 15% dari beban puncak Sumatra Utara. 

Proyek kerja sama pemerintah Indonesia dan China itu diharapkan dapat beroperasi tahun 2025. Target itu mundur tiga tahun menyusul pandemi Covid-19 dan sejumlah isu lingkungan yang melingkari PLTA Batang Toru. Sebelumnya PLTA tersebut diharapkan dapat beroperasi Agustus 2022. 

Proyek yang mulai dikerjakan tahun 2016 itu sempat dianggap mengancam kawasan dan habitat orangutan. Salah satu proyek pecepatan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) itu juga dianggap dibangun di kawasan sesar bencana. Koalisi Masyarakat Sipil Lingkungan Hidup menyebut sudah banyak kejadian bencana longsor menewaskan korban jiwa manusia, termasuk para pekerja di kawasan tersebut. 

Namun demikian, sejumlah pembenahan dilakukan untuk menjaga habitat satwa sesuai rekomendasi kementerian terkait. Salah satunya membangun koridor lintasan satwa liar seperti Orangutan melalui connecting tree, dikutip dari esdm.go.id. 

Pelaksana proyek juga melakukan monitoring populasi dan habitat Orangutan di areal kerja dan sekitarnya dengan pemasangan 27 unit kamera. Rencananya kamera akan ditambah 30 unit lagi. Sosialisasi terkait perlindungan satwa juga terus dilakukan agar stakeholder terkait punya pemahaman yang sama terkait kelestarian alam.