Ilustrasi bank digital di Indonesia. Infografis: Deva Satria/TrenAsia
Perbankan

Profitabilitas Bank Digital Lebih Kencang Dibanding Konvensional, Ini Penyebabnya

  • Misalnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC/BBYB) berhasil membalikkan kerugian menjadi laba bersih pada kuartal pertama tahun ini. BBYB membukukan laba bersih Rp14,23 miliar setelah pada periode yang sama tahun sebelumnya masih mencatat kerugian sebesar Rp68,4 miliar.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Sebagian besar bank digital yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pertumbuhan  yang mengesankan dan bahkan melampaui perbankan konvensional pada kuartal pertama tahun ini. 

Misalnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC/BBYB) berhasil membalikkan kerugian menjadi laba bersih pada kuartal pertama tahun ini. BBYB membukukan laba bersih Rp14,23 miliar setelah pada periode yang sama tahun sebelumnya masih mencatat kerugian sebesar Rp68,4 miliar. 

Kemudian, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) mencatat lonjakan laba bersih hingga 109,5% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada tiga bulan pertama tahun ke angka Rp9,16 miliar. 

PT Bank Jago Tbk (ARTO) pun mencatat lonjakan laba bersih dengan pertumbuhan 24% yoy dari Rp17,5 miliar yang dibukukan pada kuartal pertama tahun lalu menjadi Rp21,71 miliar pada periode yang sama tahun ini. Laba bersih PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) pun melesat 38,4% yoy ke angka Rp75,43 miliar. 

Sementara bank-bank digital di atas bisa mencatat pertumbuhan laba bersih hingga di atas 20% dan bahkan bisa membalikkan kerugian seperti BBYB, bank-bank konvensional lainnya mencatat pertumbuhan laba bersih yang lebih tipis.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) membukukan laba bersih Rp15,88 triliun atau tumbuh 2,5% yoy. Laba bersih PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pun hanya tumbuh 1,13% yoy menjadi Rp12,7 triliun. 

Baca Juga: Menggali Peluang dan Tantangan Masa Depan Rupiah Digital

Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI/BBNI) hanya mencatat kenaikan laba bersih sebesar 2% yoy menjadi Rp5,32 triliun. Hanya PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA) di jajaran Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 yang mencatat pertumbuhan laba bersih double digit, tepatnya sebesar 11,7% yoy ke angka Rp12,87 triliun.

Pertumbuhan laba bersih bank KBMI 4 cenderung mini jika dibandingkan dengan kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Pada kuartal I-2023, BRI mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 27,4% yoy, Bank Mandiri 25,2% yoy, BNI 31,8% yoy, dan BCA 43% yoy. 

Dari rincian yang didapatkan di atas, dapat diketahui bahwa perbankan digital pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan performa positif dari segi pertumbuhan laba. 

Faktor Pendukung

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret Surakarta, Etikah Karyani Suwondo, berpendapat bahwa bank digital saat ini memang memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh bank konvensional. 

Dikatakan olehnya, bank digital dapat mengadaptasi teknologi digital dan meningkatkan kualitas layanan dengan lebih cepat dan efektif. Bank digital pun dinilai Etika memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola risiko dan mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah saat ini. 

“Bank digital lebih diminati karena penawaran layanan digital yang lebih mudah, nyaman, dan aman dalam beberapa hal,” ujar Etika kepada TrenAsia, dikutip Selasa, 4 Juni 2024.

Tidak hanya dari segi perbankan, minat masyarakat terhadap platform financial technology (fintech) pun menunjukkan bahwa layanan keuangan digital dapat mengundang animo yang positif. 

“BRImo menjadi aplikasi mobile banking paling diminati masyarakat, berada di urutan ke-2 yg di-download terbanyak selama 2023. DANA, EasyCash, dan Gopay juga sangat poppuler dan masuk ke top 10 di Indonesia,” pungkas Etika.