Profitabilitas Tinggi di Akhir Tahun, Broker Mulai Cicil Saham Telkom (TLKM)
- Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sepanjang tahun ini masih tertekan. Namun, menjelang akhir tahun, saham ini bisa jadi pilihan investasi, karena dalam sepuluh tahun terakhir, kinerjanya cenderung positif.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sepanjang tahun ini masih tertekan. Namun, menjelang akhir tahun, saham ini bisa jadi pilihan investasi, karena dalam sepuluh tahun terakhir, kinerjanya cenderung positif.
Berdasarkan data yang dihimpun TrenAsia dari Stockbit Sekuritas, sepanjang satu dekade terakhir di bulan Desember, saham TLKM hanya sekali ditutup di zona merah, yakni pada 2022 dengan pelemahan 7,18%.
Sebaliknya, di tahun-tahun lainnya, saham ini menunjukkan kinerja positif dengan tingkat profitabilitas 90%. Dengan penurunan 29,32% tahun ini, TLKM menawarkan peluang menarik bagi investor.
- Darurat Militer Korea Selatan Dicabut, Presiden di Ujung Pemakzulan
- 49 Persen Masyarakat Indonesia Sudah Gunakan Layanan Bank Digital
- Bitcoin yang Terkunci Belasan Tahun Dibuka Hacker, Apakah Pertanda Lemahnya Kemanan Blockchain?
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Selasa, 3 Desember 2024, saham TLKM terpantau melambung 5,22% ke level Rp2.820 per saham. Selama sesi perdagangan tersebut. Tercatat net foreign buy saham TLKM mencapai Rp345 miliar.
Beberapa broker juga mulai mencicil saham ini, antara lain PT Macquarie Sekuritas Indonesia yang memborong saham TLKM senilai Rp84,8 miliar. Selain itu, PT Mandiri Sekuritas dan PT Verdhana Sekuritas masing-masing tercatat membeli saham ini sebesar Rp59,7 miliar dan Rp45 miliar.
Di sisi lain, CGS International Sekuritas dalam ulasannya untuk perdagangan 4 Desember 2024 merekomendasikan saham TLKM untuk speculative buy, dengan support di level 2.760. CGS juga menyarankan untuk melakukan cut lossjika harga saham turun di bawah 2.700.
“Jika tidak turun di bawah 2.760, potensi kenaikan dalam jangka pendek dapat mencapai level 2.880-2.940,” ujar CGS International dalam riset yang dipublikasi hari ini.
Sebelumnya, analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis, mengatakan bahwa strategi FMC (fixed-mobile convergence) yang diterapkan TLKM diyakini dapat mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan.
Strategi ini berpotensi memberikan kenaikan signifikan dengan memanfaatkan pasar captive yang besar serta konsolidasi trafik jaringan. FMC merupakan layanan yang menggabungkan jaringan fixed broadband dan internet mobile.
“Kami mengantisipasi potensi cross-sellingyang kuat melalui penawaran FMC, yang akan semakin didukung oleh sistem penagihan tunggal pada kuartal IV-2024 atau kuartal I-2025,” ujar Niko dalam risetnya yang dikutip pada Selasa, 3 Desember 2024.
Niko juga menyebutkan bahwa Telkom, melalui anak usahanya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), telah meluncurkan beberapa inisiatif produk untuk memperluas dan memperdalam pasar.
Selain itu, ia menambahkan bahwa Telkom memiliki beberapa faktor katalis yang mendukung strategi FMC, yang diperkirakan akan mulai membuahkan hasil pada kuartal IV-2024. Beberapa faktor pendukungnya antara lain stabilisasi belanja konsumen pada Oktober 2024, kenaikan harga sejumlah paket layanan, serta musim yang kuat (pemilu, hari libur, dan Lebaran 2025).
Dari sisi kinerja kuartal III-2024, pendapatan TLKM tercatat sebesar Rp112,21 triliun, naik 0,88% (Year-on-Year/YoY). Namun, laba bersihnya mengalami penurunan 9,33% menjadi Rp7,03 triliun, akibat kenaikan beban operasional dan biaya lainnya.
Meskipun Telkomsel dan bisnis digital lainnya mencatatkan kinerja positif, beban pemeliharaan dan biaya karyawan telah mengurangi profitabilitas. BRI Danareksa Sekuritas, dalam riset yang dirilis pada Oktober lalu, memproyeksikan bahwa TLKM pada 2024 dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp152,2 triliun dan laba bersih sebesar Rp23,3 triliun.