Program Bagi-Bagi Rice Cooker Gratis, Akankah Mengulang Kegagalan Kompor Listrik?
- Kementerian ESDM akan membagikan 680.000 unit rice cooker untuk mendukung pemanfaatan energi bersih.
Nasional
JAKARTA - Setelah program konversi kompor listrik yang heboh mulai mereda, wacana baru kembali digaungkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kementerian ESDM menyatakan bakal membagikan 680.000 unit penanak nasi listrik alias rice cooker untuk mendukung optimalisasi penggunaan listrik dan pemanfaatan energi bersih. Adapun rice cooker yang akan dibagi-bagikan bernilai Rp500.000 per keluarga penerima manfaat (KPM). Penerima bantuan ini akan mengacu data dari Kementerian Sosial (Kemensos).
Subkoordinator Fasilitasi Hubungan Komersial Usaha Ketenagalistrikan, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Edy Pratiknyo mengatakan, berdasarkan hitungan Kementerian ESDM, program dengan total biaya pengadaan Rp340 miliar tersebut dapat menghemat subsidi LPG 3 kilogram hingga Rp52,2 miliar.
Selain itu, mampu mengurangi volume LPG 3 kilogram hingga 19.600 ton dan penghematan devisa sebesar US$26,88 juta setara Rp422,7 miliar (asumsi kurs Rp15.729 perdolar AS).
Lantas seberapa efektifkah program pembagian rice cooker ini terhadap penggunaan gas LPG dan elektrifikasi listrik? Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan, program tersebut bisa mengurangi penggunaan gas LPG, namun pengurangannya tidak signifikan.
"Saya kira bisa mengurangi namun angka pengurangannya tidak akan signifikan, karena penggunaan gas untuk memasak nasi tidak terlalu besar," ujar dia saat dihubungi pada Kamis, 1 Desember 2022.
Menurut Mamit, pembagian rice cooker gratis adalah upaya pemerintah untuk melakukan modernisasi alat masak, terutama bagi golongan ke bawah. Sehingga baik dari sisi dampak, kenaikan pemakaian listrik juga tidak akan terlampau signifikan.
Mamit meyakini tetap terjadi peningkatan konsumsi listrik, namun terkait seberapa besar kenaikan konsumsi listriknya, ia meminta untuk pemerintah mengkajianya lagi sembari menunggu anggaran yang ada.
Menurut Mamit, selain pembagian rice cooker nampaknya ada opsi lain terkait mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan konsumsi listrik. Salah satunya, kata Mamit, pemerintah, harus bisa menciptakan kawasan industri dan bisnis baru untuk mendongkrak konsumsi terhadap listrik.
Sebelumnya, heboh rencana program konversi LPG 3 kg ke kompor listrik yang menuai pro kontra di kalangan masyarakat. Hal ini membuat PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memutuskan untuk membatalkan program tersebut per September 2022 dengan alasan demi menjaga kenyamanan masyarakat dalam pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, awalnya PLN menargetkan pengadaan kompor induksi pada 2022 sebanyak 300.000 unit. Hal ini sejalan dengan rencana PLN dalam mendorong program konversi LPG ke kompor induksi sebanyak 15,3 juta pelanggan.
Bahkan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan produksi kompor listrik dalam negeri bisa mencapai 5 juta unit pada 2023. Hingga bocoran nama-nama produsen kompor listrik telah diberikan pemerintah yaitu PT Adyawinsa Electrical and Power, PT Maspion Elektronik, PT Hartono Istana Teknologi, PT Selaras Citra Nusantara dan Sutrado.
Namun pada akhirnya program ini tidak berjalan dan resmi dibatalkan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan memang ada rencana konversi ini hanya saja bukan sekarang atau pada 2022. Kepala Negara ini meminta jajarannya untuk berhati-hati mengambil kebijakan.