Prospek 3 Emiten Menara di Tengah Konsolidasi Perusahaan Provider
- Prospek 3 Emiten Menara di Tengah Konsolidasi Perusahaan ProviderJAKARTA - Emiten-eminten di bisnis menara telekomunikasi menghadapi persaingan sengit dalam jan
Korporasi
JAKARTA - Emiten-emiten di bisnis menara telekomunikasi menghadapi persaingan sengit dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari tiga emiten menara yaitu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Menurut analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi, mayoritas pertumbuhan tenant dari emiten-emiten menara dalam coverage-nya didukung oleh pertumbuhan anorganik.
Bila melihat MTEL telah mendapat tambahan 6.000 menara setelah akuisisi punya Telkomsel pada kuartal III-2022. Sementara itu, TOWR telah mengakuisisi PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dan PT Global Indonesia Kudus Komunikatama (GIK) pada kuartal IV-2021 dan kuartal I-2022 yang memiliki sekitar 12.500 tenant.
- Lakukan Penyertaan Modal, Bank BJB Guyur Bank Bengkulu Rp100 Miliar
- Daftar 10 Ruas Jalan Tol Baru yang Siap Beroperasi saat Libur Natal dan Tahun Baru
- Anak Usaha BUMN Akan IPO Tahun Depan, Berikut Bocorannya!
"Performa penambahan tenant secara organik cukup rendah akibat masih adanya efek dari konsolidasi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) yang diperkirakan baru akan selesai pada Semester II-2023 mendatang," ujarnya dalam riset, Kamis, 8 Desember 2022.
Hal ini terlihat dari MTEL hingga Kuartal III-2022 berhasil menambah 3% ytd menara 845 unit dan 4,2% ytd tenant 1.796 unit secara organik. Menara TOWR juga naik 3,1% ytd namun tenant hanya tumbuh 929 unit atai 1,7% ytd.
Pertumbuhan organik tertinggi berada pada TBIG dimana menara B2S tumbuh 5,3% ytd 1.087 unit dan tenant naik 4,1% ytd sekira 1.602 unit. Pertumbuhan TBIG didukung oleh pertumbuhan penyewaan dari Telco Provider non-Big 3 (TSel, ISAT dan EXCL) yang membuat pendapatan dari pelanggan non-Big 3 tumbuh 30,9% yoy pada 9M22.
"Para emiten menara terus menambah kepemilikan fiber optik (FO) yang sangat penting dalam menunjang teknologi 5G dan dapat menjadi diversifikasi bisnis," ujarnya.
Bila melihat MTEL memiliki 14.200 km fiber optik dan TOWR memiliki 121 ribu km fiber optik yang telah menghasilkan pendapatan. Secara umum, konsolidasi yang terjadi pada telco provider memang membuat
pertumbuhan penyewaan menara stagnan dalam jangka pendek.
Jika kita berkaca pada tahun 2014 dimana EXCL (XL) mengakuisisi Axis, konsolidasi yang terjadi
membuat permintaan penyewaan stagnan. Hal tersebut tercermin pada pertumbuhan pendapatan TBIG dari EXCL dan Axis serta pertumbuhan tenant TOWR dari XL dan AXIS terlihat flat selama 3 tahun setelah konsolidasi terjadi.
Namun, setelah 3 tahun tersebut, pertambahan penyewaan dari EXCL setelah konsolidasi naikdi atas 50% dalam 2 tahun setelahnya.
"Oleh sebab itu, kami mempercayai industri menara telekomunikasi masih memiliki prospek pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang, didukung selesainya konsolidasi ISAT-H3I, serta naiknya kebutuhan menara di era 5G yang memerlukan kepadatan menara yang lebih tinggi," ujarnya.
Samuel Sekuritas memperkirakan penyewaan menara MTEL, TBIG, dan TOWR masing-masing mencapai 14,9%,3,6%, dan 3,8% dalam 3 tahun.
"Kami meyakini bahwa prospek jangka panjang industri menara telco masih cukup solid, meskipun mungkin ada terjadi perlambatan dalam jangka pendek akibat konsolidasi beberpa operator telekomunikasi," ujarnya.
Sementara itu, datangnya era 5G dan kesiapan emiten menara telco untuk membangun jaringan fiber optik akan semakin mendongkrak permintaan.
Oleh sebab itu, Samuel Sekuritas memberikan rating overweight untuk sektor menara telekomunikasi dengan top pick MTEL rekomendasi Beli dengan take profit Rp965 dan TOWR rekomendasi beli dengan take profit Rp1.535.
"Risiko utama, turunnya permintaan, harga sewa menara, serta perubahan kebijakan pemerintah terhadap industri menara telco," tegasnya.