Prospek Cerah Bitcoin di Tengah Gonjang-ganjing Timur Tengah
- Peristiwa-peristiwa tersebut meningkatkan kekhawatiran mengenai inflasi di Amerika Serikat, yang sebelumnya diproyeksikan akan segera mencapai target.
Fintech
JAKARTA – Bitcoin menghadapi tantangan baru setelah berhasil mencatatkan kenaikan harga sebesar 7,3% selama bulan September. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, pemogokan pekerja pelabuhan di Amerika Serikat, dan dampak dari badai Helene, turut meningkatkan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi AS.
Peristiwa-peristiwa tersebut meningkatkan kekhawatiran mengenai inflasi di Amerika Serikat, yang sebelumnya diproyeksikan akan segera mencapai target.
Fahmi Almuttaqin, analis kripto dari Reku, menjelaskan bahwa situasi tersebut menyebabkan kegelisahan di kalangan investor setelah tren positif Bitcoin yang tercatat pada bulan September.
Tren positif ini didorong oleh keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneternya guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Mentok jadi Karyawan? Ini Tips Memulai Usaha Warung Sembako
- 6 Rekomendasi Makanan Khas Malang yang Bikin Nagih
- Alasan Utama Gen Z Lebih Suka Work From Anywhere
Inflasi dan Kebijakan The Fed Jadi Fokus Utama
"Kemungkinan terjadinya lonjakan inflasi kembali menjadi perhatian utama para investor. Hal ini dapat membuat The Fed menahan penurunan suku bunga yang mulai diterapkan pada September lalu," ujar Fahmi melalui riset yang diterima TrenAsia, dikutip Senin, 7 Oktober 2024.
Dalam pertemuan tahunan National Association for Business Economics (NABE) di Nashville pada Senin (30/09), Jerome Powell, Ketua The Fed, menyampaikan pandangannya mengenai kondisi ekonomi AS yang masih cukup kuat.
“Sektor tenaga kerja, termasuk indikator seperti tingkat pengangguran dan partisipasi angkatan kerja, menunjukkan tren yang stabil, meskipun ada sedikit perlambatan dalam pertumbuhan lapangan kerja. Inflasi juga telah mereda secara signifikan, dengan inflasi inti kini berada di angka 2,7%,” ungkap Powell.
Namun, Fahmi menambahkan bahwa pandangan positif Powell mengenai ekonomi AS kini dihadapkan pada tantangan baru.
"Konflik di Timur Tengah bisa memicu kenaikan harga minyak, yang pada gilirannya dapat memperburuk kekhawatiran terhadap inflasi.
Selain itu, kerusakan yang diakibatkan oleh badai Helene, yang diperkirakan mencapai US$160 miliar, juga dapat mempengaruhi belanja konsumen di wilayah Tenggara AS. Belum lagi, pemogokan sementara di pelabuhan juga menimbulkan kekhawatiran tentang gangguan rantai pasokan,” tambah Fahmi.
Peluang Penurunan Suku Bunga Tetap Terbuka
Meski banyak tantangan, The Fed masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin pada pertemuan mendatang yang dijadwalkan berlangsung pada 6-7 November.
“Hal ini disebabkan oleh peluang untuk meminimalkan dampak negatif dari perkembangan terbaru, termasuk ketegangan di Timur Tengah,” jelas Fahmi.
Menurutnya, meski ada kekhawatiran global, The Fed masih mungkin mengambil langkah yang positif bagi perekonomian.
Baca Juga: Meskipun Pasar Global Berfluktuasi, Transaksi Kripto tetap Tumbuh Double Digit
Pasar Kripto Menyambut Pemilu AS
Secara historis, pasar kripto cenderung bergerak positif setelah pemilihan presiden AS. “Setelah pemilu AS pada 3 November 2020 lalu, harga Bitcoin melonjak dari level US$13 ribu dan mencapai hampir US$30 ribu pada akhir Desember 2020, sebelum melanjutkan reli hingga mendekati US$70 ribu pada 2021. Kami melihat pola yang serupa bisa terjadi pada pasar kripto tahun ini,” jelas Fahmi.
Pemilihan presiden AS tahun ini, yang akan berlangsung pada 5 November, bersamaan dengan pertemuan pejabat The Fed pada 6-7 November, akan menjadi momen penting yang bisa memengaruhi arah pasar kripto hingga akhir tahun dan bahkan pada 2025.
“Jika pemilu berjalan lancar dan The Fed kembali menurunkan suku bunga, kemungkinan besar reli besar Bitcoin bisa terjadi setelah peristiwa tersebut,” tambah Fahmi.
- Bank Mandiri Gandeng KAI Group Perluas Ekosistem Digital di Sektor Transportasi
- Kereta Cepat Jakarta-Surabaya segera Dibangun, Berikut Sejumlah Data Menarik
- Menilik Potensi VERN, Saham IPO Calon Pesaing RAAM dan FILM
Strategi Investasi di Tengah Potensi Bullish
Di tengah prospek bullish ini, Fahmi mengingatkan agar investor tetap bijaksana dalam mengambil keputusan.
“Investor bisa mempertimbangkan untuk melakukan investasi secara rutin dan memantau kondisi pasar secara berkala. Saat ini, investor juga lebih mudah untuk berinvestasi di beberapa aset kripto blue chip sekaligus melalui fitur Packs di Reku. Fitur ini memungkinkan investasi pada aset-aset kripto berkapitalisasi besar, seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana, dalam satu klik," jelas Fahmi.
Menurutnya, fitur ini sangat bermanfaat bagi investor jangka panjang yang ingin mendiversifikasi portofolio ke aset kripto dengan likuiditas tinggi dan reputasi yang baik. “Dengan begitu, investor dapat mengurangi risiko sekaligus tetap mendapatkan potensi keuntungan dari aset kripto,” tutup Fahmi.
Dengan demikian, meskipun situasi ekonomi global penuh dengan tantangan, pasar kripto, khususnya Bitcoin, masih memiliki prospek yang cukup cerah. Pertumbuhan sektor kripto, terutama pasca peristiwa penting seperti pemilihan presiden AS dan pertemuan The Fed, bisa membuka peluang untuk fase bullish yang lebih kuat di akhir tahun ini.