PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ)
Bursa Saham

Prospek dan Kinerja DAAZ yang Mau IPO, Siap Ekspansi Bisnis Tambang Terintegrasi

  • PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), perusahaan tambang logam, akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – JAKARTA – PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), perusahaan tambang logam, akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). 

Berdasarkan prospektusnya yang dikutip pada Rabu, 30 Oktober 2024, emiten dengan kode saham DAAZ menawarkan 300 juta saham atau mewakili 15,02% dari modal ditempatkan dan disetor, dengan nilai nominal Rp100 per saham.

Sementara itu, pada masa book building DAAZ menetapkan rentang harga penawaran awal antara Rp835 hingga Rp900 per saham, dengan target perolehan dana segar hingga Rp 270 miliar dari aksi korporasi ini.

Masa penawaran umum DAAZ dijadwalkan pada 1 November hingga 7 November 2024, dengan perkiraan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 11 November 2024. Adapun PT Henan Putihrai Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek sekaligus penjamin emisi efek IPO ini.

Diketahui, Dana yang diperoleh dari IPO akan dialokasikan sebagai berikut: sebanyak 33,34% akan digunakan oleh DAAZ untuk pembelian bijih nikel, dengan komposisi 98,6% untuk perjanjian dengan pemasok seperti PT GAG Nikel dan PT Nusajaya Persadatama Mandiri, serta 1,4% untuk modal kerja yang meliputi biaya tenaga kerja dan logistik. 

Sisanya, yaitu 66,66%, akan disalurkan sebagai pinjaman kepada anak perusahaan. Dari alokasi tersebut, 50% akan diberikan kepada PT Bara Makmur Dwitama (BMD), dengan perincian 98% untuk pembelian batubara berdasarkan perjanjian dengan PT Titan Infra Energy dan 2% untuk modal kerja, termasuk biaya tenaga kerja dan logistik. 

Kinerja dan Prospek

Dari sisi kinerja, DAAZ mencatatkan peningkatan pendapatan yang stabil, mencapai Rp2,59 triliun dalam empat bulan pertama tahun 2024, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Sementara itu, sepanjang tahun 2023, pendapatan DAAZ tercatat sebesar Rp7,66 triliun, meningkat signifikan dari Rp6,48 triliun pada tahun 2022. Adapun pendapatan ini berasal dari jasa perdagangan bijih logam, penjualan batubara, jasa angkutan laut, dan perdagangan bahan bakar solar.

Di sisi laba bersih, DAAZ memperoleh Rp84,9 miliar pada periode empat bulan pertama 2024, sedikit lebih rendah dari Rp98,02 miliar pada periode yang sama di tahun 2023. Sementara itu, pada akhir tahun 2023, laba bersih mencapai Rp356,4 miliar, sedikit menurun dari Rp382,9 miliar di tahun 2022.

Dari segi prospek ke depan, DAAZ masih berfokus pada perdagangan bijih nikel, batubara, dan bahan bakar solar, yang sangat dibutuhkan baik di pasar domestik maupun global, terutama dalam mendukung transisi energi dan pengembangan infrastruktur industri. 

Tidak hanya itu, DAAZ menjalankan model bisnis terintegrasi dari tambang hingga distribusi, mencakup layanan angkutan laut dan jasa pertambangan, yang memperkuat posisinya untuk menangkap peluang pasar dengan efisien. 

Selain itu, seiring meningkatnya permintaan akan bijih nikel dan batubara di sektor energi dan industri logam, DAAZ menargetkan ekspansi dan peningkatan kapasitas guna memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

Adapun dari sisi neraca keuangan per 30 April 2024, total aset DAAZ tercatat Rp3,43 triliun, sementara total liabilitas mencapai Rp2,16 triliun dengan porsi liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,05 triliun, serta total ekuitas sebesar Rp1,27 triliun.

Profil DAAZ

DAAZ sendiri didirikan pada 12 November 2009 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan logam dan jasa terkait tambang. Fokus utama perusahaan adalah perdagangan besar logam dan bijih logam, dengan aktivitas pendukung seperti jasa angkutan dan pengelolaan perusahaan holding.

DAAZ memiliki beberapa anak perusahaan yang beroperasi di sektor pertambangan, perdagangan komoditas seperti bijih nikel dan batubara, serta jasa transportasi laut. Dengan strategi bisnis yang terintegrasi secara vertikal, DAAZ bertujuan memanfaatkan momentum pertumbuhan industri mineral di Indonesia, didukung oleh sistem logistik dan operasional yang kuat.

Sebelum IPO, struktur pemegang saham DAAZ terdiri dari Zainal Abidinsyah dengan 20% (339,4 juta lembar saham), Irawan Sastrotanojo dengan 15% (254,55 juta lembar), Erwin Sutanto dengan 15% (254,55 juta lembar), dan PT Daaz Nusantara Abadi sebagai pemegang saham mayoritas dengan 50% (848,5 juta lembar), sehingga total modal ditempatkan dan disetor penuh sebelum IPO adalah 1,697 miliar lembar saham atau 100%.

Setelah IPO, struktur kepemilikan berubah menjadi Zainal Abidinsyah dengan 17% (339,4 juta lembar), Irawan Sastrotanojo dan Erwin Sutanto masing-masing dengan 12,75% (254,55 juta lembar), PT Daaz Nusantara Abadi dengan 42,49% (848,5 juta lembar), dan kepemilikan publik sebesar 15,02% atau 300 juta lembar saham.