<p>Prospek ekonomi Indonesia 2021. Ilustrasi Grafis: Azka Yusra/TrenAsia</p>
Industri

Prospek Ekonomi Usai Pandemi 2021 (Serial 4): Properti Rumah Murah dan Kawasan Industri Bakal Bangkit

  • Para pelaku bisnis properti meyakini kondisi pasar akan berangsur pulih pada 2021. Hal ini sejalan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun ini. Optimisme tersebut juga diperkuat dengan vaksinasi COVID-19 yang segera berjalan.

Industri
Laila Ramdhini

Laila Ramdhini

Author

JAKARTA – Para pelaku bisnis properti meyakini kondisi pasar akan berangsur pulih pada 2021. Hal ini sejalan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun ini. Optimisme tersebut juga diperkuat dengan vaksinasi COVID-19 yang segera berjalan.

Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan, pengembang memprediksi bisnis properti membaik mulai pertengahan 2021. Ferry menilai keyakinan itu harus tetap dijaga meskipun kasus harian COVID-19 terus meningkat.

“Syaratnya memang perekonomian secara umum harus terus tumbuh. Selain itu, vaksin kalau sudah ada, aktivitas bisa kembali normal. Sehingga transaksi properti bisa lebih mudah,” kata Ferry dalam Colliers Media Briefing, Rabu, 6 Januari 2021.

Sementara, Director Head of Research & Consultancy Savills Anton Sitorus mengatakan pasar properti belum akan pulih sepenuhnya pada 2021. Namun, dia yakin tahun ini bakal lebih baik daripada 2020 saat pandemi baru masuk Indonesia.

“Sektor residensial paling optimistis karena semester II-2020 saja kenaikan permintaan sudah terlihat,” kata Anton, kepada TrenAsia.com, baru-baru ini.

Director Capital Markets & Investment Services Colliers Steve Atherton mengungkapkan investor asing masih melirik Indonesia. Para investor melihat permintaan (demand) properti masih tinggi. Khususnya di sektor hunian dengan harga terjangkau (affordable housing).

Meski demikian, lanjut Steve, investor masih selektif untuk mengucurkan modal bagi proyek properti di Tanah Air. “Untuk perhotelan kami lihat masih banyak proyek di kawasan resort. Namun ke depan, semua akan tergantung regulasi dari pemerintah dalam penanganan COVID-19,” kata dia.

Assistant Vice President Kota Podomoro Zaldy Wihardja (kiri) berdiskusi dengan calon pembeli Kota Podomoro Tenjo saat meninjau lokasi Rumah Contoh Kota Podomoro Tenjo yang berada di kawasan Central Park Podomoro City, Jakarta Barat, Senin, 7 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Shifting Market: Hunian Terjangkau Merajai Pasar

Di tengah pandemi COVID-19, serktor properti yang masih kuat yakni perumahan. Khususnya rumah tapak yang menyasar kelas menengah dan menengah bawah dengan kisaran harga Rp500 juta – Rp2 miliar per unit.

Ferry mengungkapkan permintaan hunian terjangkau ini bakal terus meningkat pada 2021. Bahkan, tipe konsumen saat ini yakni end user, dengan karakteristik usia belia, pekerja baru, atau keluarga muda.

Karenanya, Ferry mengatakan, pengembang harus mulai mengalihkan fokus untuk menggarap proyek hunian murah.

“Pengembang harus berpikir realistis, karena rumah yang diserap pasar ada di harga itu. Beberapa developer asing kelas atas pun, sekarang mulai sadar dan tidak peduli kalau harus menurunkan standar. Mereka beralih menggarap proyek yang banyak dibeli,” kata dia.

Dari catatan TrenAsia.com, pengembang properti pada 2020 juga sudah mengakui kekuatan pasar rumah murah selama pandemi COVID-19.

Emiten properti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) fokus membidik pembeli rumah di kelas menengah dan menengah ke bawah selama 2020.

Direktur Ciputra Development Budiarsa Sastrawinata mengungkapkan hunian yang paling banyak diserap pasar saat ini berada di bawah harga Rp2 miliar.

“Memang kita sudah mempunyai tipe produk yang tepat dengan kondisi saat pandemi, yaitu produk di bawah Rp2 miliar. Ternyata saat pandemi kekuatan pasarnya di situ,” kata Budiarsa saat paparan publik rapat umum pemegang saham CTRA, Rabu, 3 Desember 2020.

Senada, Agung Podomoro Land tengah getol memasarkan proyek Kota Podomoro Tenjo. Di tengah situasi pandemi, APLN menggebrak pasar dengan menjual rumah di harga mulai dari Rp200 juta per unit. Podomoro Tenjo pun kebanjiran pesanan hingga lebih dari 1.200 unit.

Tahun ini, APLN akan terus meluncurkan produk terjangkau, baik di Podomoro Tenjo maupun di wilayah lain.

“Kita menyesuaikan ke depan kondisi pasar yang belum tentu. Tapi kalau 2021 sudah recovery akan sangat luar biasa untuk kenaikan harga properti,” kata AVP Marketing PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Zaldy Widjaya.

Suasana bangunan apartemen di kawasan Jakarta Pusat/ Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Market’s Buyer: Keseimbangan Harga dan Keuntungan Konsumen

Pada 2020, suplai properti meningkat signifikan dengan tingkat serapan yang rendah.

Country Manager Rumah.com Marine Novita menjelaskan suplai properti selama kuartal II-2020 menjadi tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) menyatakan indeks suplai properti berada pada angka 144,7 atau meningkat sebesar 10% dari kuartal sebelumnya dan 25% secara tahunan.

Marine menyebutkan peningkatan indeks suplai properti yang drastis ini menjadi keuntungan bagi konsumen. Sebab, kondisi pasar properti saat ini mengalami siklus buyer’s market, atau saat jumlah penawaran lebih tinggi daripada permintaan.

Pada situasi ini, konsumen punya kesempatan untuk memilih properti yang diinginkan karena banyaknya produk yang tersedia. Konsumen juga memiliki ruang yang lebih leluasa untuk menentukan harga properti yang cocok dari persaingan para penjual. Dalam kondisi ini, kenaikan harga properti juga akan melambat.

“Keputusan membeli properti di saat buyer’s market seperti ini sangat tepat diambil. Khususnya bagi pasangan muda,” kata Marine dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 1 Desember 2020.

Adapun suplai properti residensial terbesar berdasarkan data Rumah.com datang dari DKI Jakarta, yakni sebesar 32% dari total suplai nasional. Sementara itu, Jawa Barat menyumbang suplai sebesar 28%, diikuti Banten (17%), dan Jawa Timur (14%).

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menyebut kondisi kelebihan suplai hunian ini bakal menciptakan keseimbangan harga baru di pasar.

Selama ini, kata dia, harga properti yang tercipta sudah sangat tinggi. Begitu pula pasokan hunian dari pengembang yang hanya berkisar pada kelas atas (high end).

“Perlambatan pada 2020 atau saat pandemi ini bukan karena daya beli. Tapi orang menahan transaksi. Artinya kalau pandemi sudah lewat pengembang harus bisa mengantisipasi dengan produk yang sesuai pasar,” kata dia.

Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur. / jiep.co.id
New Normal: Kawasan Industri Picu Pemulihan Pasar

Sementara itu, Colliers memprediksi kawasan industri akan menjadi sektor pertama yang bangkit pada 2021. Sebab, saat kondisi ekonomi nasional membaik, kawasan industri bakal langsung melejit.

“Bangkitnya kawasan industri juga sangat penting karena akan menghidupkan ekonomi di sekitarnya. Kawasan ini akan mengungkit residensial, perkantoran, dan ruang komersial lain,” kata Ferry.

Selama ini, sektor yang menopang kawasan industri yakni makanan, consumer goods, bahan kimia, cold storage, dan kesehatan. Saat pandemi, muncul permintaan yang pesat dari sektor baru seperti teknologi dan informasi, otomotif berbasis listrik, hingga e-commerce.

“Dengan berkembangnya e-commerce, kebutuhan fulfillment centre yang dekat dengan kawasan perumahan akan meningkat,” ujar Ferry.

Ke depan, pengembangan kawasan industri akan terus melebar hingga keluar greater area Jakarta. Sebab, kawasan Bekasi hingga Cikarang sudah tidak memungkinkan untuk ekspansi.

Subang akan menjadi kawasan industri baru dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban. Seperti diketahui, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) lewat anak usahanya tengah mengembangkan Subang Smartpolitan di Subang, Jawa Barat. Selain Subang, pengembang juga akan menyasar ke arah selatan yakni Sukabumi.

Sementara itu, dalam catatan Savills Indonesia, ada 13 kawasan industri baru yang bakal beroperasi pada tahun ini. (SKO)

Artikel ini merupakan sambungan dari serial Prospek Ekonomi Usai Pandemi 2021 sebelumnya:

  1. Prospek Ekonomi Usai Pandemi 2021 (Serial 1): Kilau Investasi RI di Tahun Kerbau Logam
  2. Prospek Ekonomi Usai Pandemi 2021 (Serial 2): Panen Cuan di Pasar Modal, Tren Bullish Bikin IHSG Diramal Tembus 7.250
  3. Prospek Ekonomi Usai Pandemi 2021 (Serial 3): Neo Bank hingga NPL Jadi Tantangan Perbankan