Prospek NCKL, ANTM, dan INCO di Tengah Melimpahnya Suplai Nikel
- Sucor Sekuritas memproyeksikan harga jual nikel di London Metal Exchange (LME) diharapkan mencapai US$18.000 ribu per ton tahun 2024.
Bursa Saham
JAKARTA - Emiten produsen nikel terintegrasi diprediksi akan menjadi pihak yang paling diuntungkan setelah terbitnya Permen ESDM No 10 tahun 2023, yang mengubah ketentuan pengajuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari satu tahun menjadi tiga tahun.
Pasalnya, emiten pertambangan terintegrasi dengan fasilitas smelter akan lebih mudah menetapkan target produksi, dibandingkan dengan emiten yang belum memiliki smelter. Terlebih lagi, peraturan baru ini muncul setelah adanya kasus penambangan ilegal timah.
Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan mengungkapkan emiten nikel yang berpotensi diuntungkan atas kebijakan tersebut antara lain PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
- Astra Otoparts (AUTO) Siap Ketiban Berkah GIIAS 2024, Cek Target Sahamnya
- Hidangan Iduladha Khas Nusantara Berbahan Dasar Daging
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 18 Juni 2024 untuk Wilayah DKI Jakarta
Berkaitan dengan harga jual nikel yang masih belum stabil, lanjut Andreas, saat ini belum ada faktor yang mendukung kenaikan harga nikel. Sebelumnya, harga nikel sempat melonjak akibat larangan ekspor nikel dari Rusia dan kerusuhan di Kaledonia Baru.
Arah Harga Nikel
“Belum pulihnya harga nikel juga sejalan dengan M2/GDP ratio, rasio jumlah uang beredar yang berada di perbankan terhadap GDP, masih ketat. Berdasarkan data 10 tahun terakhir, harga jual komoditas berkorelasi besar terhadap kenaikan harga komoditas,” jelasnya dalam riset dikutip pada Selasa, 18 Juni 2024.
Andreas menyatakan bahwa pergerakan harga nikel dunia juga akan dipengaruhi oleh kondisi produksi dari Kaledonia Baru, negara penambang nikel terbesar keempat dengan pangsa pasar 7% dunia.
Di samping itu, emiten nikel di negara yang terletak di Samudra Pasifik ini telah mengalami kerugian dalam satu dekade terakhir, yang berdampak pada penurunan produksi hingga 4% pada tahun 2020 lalu.
Andreas memperkirakan produksi nikel masih oversuplai, meski terjadi penurunan dalam beberapa tahun ke depan. “Kami memperkirakan kegagalan Kaledonia memulihkan produksi nikelnya diharapkan menjadi faktor pendukung kenaikan harga jual produk ini ke depan,” tambahnya.
Berdasarkan perkiraan Sucor Sekuritas bahwa harga jual nikel di London Metal Exchange (LME) diharapkan mencapai US$18.000 ribu per ton tahun 2024. Sedangkan harga nickel pig iron (NPI) diharapkan berksiar US$12.500-13.000 per ton dalam dua tahun ke depan.
Target Saham
Andreas menyatakan NCKL menjadi pilihan utama karena keberhasilannya sebagai emiten nikel dengan Return on Equity ROE tertinggi dan margin terbesar di industrinya. Selain itu, Harita Nickel telah berhasil mengamankan RKAB untuk peningkatan produksi.
Oleh sebab itu, Andres merekomendasikan beli saham NCKL dengan target harga Rp1.250 per saham. Begitu juga dengan saham ANTM, MBMA, MDKA, dan INCO direkomendasikan beli dengan target harga bervariasi Rp1600 per saham, Rp660 per saham, Rp3.000 per saham, dan Rp3.800 per saham.
Dari lantai bursa, pada perdagangan Jumat, 14 Juni 2024, saham NCKL ditutup stagnan di level Rp980 per saham. Sepanjang tiga bulan terakhir, saham ini tercatat menguat 12,64%. Namun, sejak awal tahun, saham ini mengalami penurunan tipis sebesar 2,00%.
Sementara itu, saham ANTM, MBMA, MDKA, dan INCO pada perdagangan tersebut ditutup di level masing-masing Rp1.210 per saham, Rp565 per saham, Rp2.270 per saham, dan Rp4.050 per saham.