logo
Waspada! Teknologi AI Dapat Memudahkan Peretas Mencuri Password Anda
Rekomendasi

Prospek Saham AMD di Tengah Booming AI, Siap Saingi Nvidia?

  • Harga saham AMD telah stagnan di level US$100–110 sejak Juni 2021, sementara Nvidia terus melesat. Namun, jika AMD berhasil mencetak laba bersih yang lebih tinggi pada 2025, sahamnya berpotensi menyusul kenaikan seperti yang dialami Nvidia sebelumnya.

Rekomendasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Saham Advanced Micro Devices, Inc. (AMD) menjadi perhatian para investor di tengah tren kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang terus berkembang pesat. Pengamat pasar modal, Teguh Hidayat, menilai bahwa meskipun saham Nvidia Corp. (NVDA) mengalami kenaikan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, ada peluang menarik di saham kompetitor seperti AMD.

Dalam lima tahun terakhir, harga saham Nvidia melonjak lebih dari 20 kali lipat, didorong oleh permintaan tinggi atas chip AI. Namun, valuasi NVDA yang tinggi, dengan price-to-earnings ratio (PER) mencapai 60-70x, membuatnya kurang menarik bagi investor yang mengincar saham dengan valuasi lebih murah. Sebaliknya, AMD dan Intel Corp. (INTC) mengalami penurunan harga saham yang cukup signifikan, menjadikan valuasi mereka lebih menarik.

“Saya sudah mempertimbangkan untuk membeli saham AMD atau Intel sejak Juni 2024 karena valuasi Nvidia sudah sangat mahal. Sekarang, AMD dengan price-to-book value (PBV) kurang dari 3x menjadi lebih menarik dibandingkan NVDA yang PBV-nya mencapai 36x,” ujar Teguh Hidayat melalui hasil risetnya, dikutip Selasa, 1 April 2025. 

Transformasi AMD ke Segmen AI dan Data Center

AMD awalnya dikenal sebagai produsen central processing unit (CPU) dan graphic processing unit (GPU). Namun, perusahaan ini telah berkembang menjadi penyedia solusi data center dan AI. Saat ini, AMD memiliki empat segmen utama bisnisnya:

  1. Data center untuk AI
  2. Produksi CPU untuk desktop dan laptop
  3. Produksi GPU untuk video game
  4. Produksi komponen embedded untuk berbagai industri

Yang menarik, segmen data center mengalami pertumbuhan paling pesat. Pada 2021, pendapatan dari divisi ini hanya US$3,7 miliar atau 22% dari total pendapatan AMD. Namun, pada 2024, pendapatan dari data center melonjak menjadi US$12,6 miliar atau hampir 50% dari total pendapatan perusahaan sebesar US$25,8 miliar.

“AMD sedang bertransformasi dari perusahaan CPU/GPU menjadi perusahaan AI dan data center, mengikuti jejak Nvidia,” jelas Teguh.

Faktor yang Menekan Laba AMD

Meski pendapatan terus meningkat, AMD mengalami tekanan dari sisi laba bersih. Pada 2024, laba bersihnya hanya US$1,6 miliar dengan return on equity (ROE) 2,9%, jauh di bawah NVDA yang memiliki ROE 119,2%.

Salah satu faktor utama yang menekan laba AMD adalah akuisisi Xilinx Inc. senilai US$48 miliar pada Februari 2022. Transaksi ini dilakukan melalui skema all-stock merger, yang menyebabkan ekuitas AMD melonjak tujuh kali lipat dari US$7,5 miliar di 2021 menjadi US$54,8 miliar pada 2022.

“Akibat merger ini, AMD harus mencatat beban amortisasi sebesar US$1–2 miliar per tahun, yang mengurangi laba bersih di laporan keuangan berbasis GAAP. Padahal, jika menggunakan laporan keuangan non-GAAP, laba AMD pada 2024 sebenarnya mencapai US$5,4 miliar,” kata Teguh.

Prospek AMD di Tahun 2025

Manajemen AMD memproyeksi pendapatan akan naik 30% pada 2025, terutama didorong oleh pertumbuhan pesat di segmen data center. Jika prediksi ini terealisasi, Teguh memperkirakan laba bersih AMD bisa mencapai US$3–4 miliar, meski masih terpengaruh amortisasi dari akuisisi Xilinx.

“Dengan laba bersih yang berpotensi naik dua kali lipat pada 2025, forward PER AMD bisa turun menjadi 23x, lebih rendah dibandingkan forward PER Nvidia yang saat ini sekitar 26x,” ujarnya.

Saatnya AMD Menyusul Nvidia?

Harga saham AMD telah stagnan di level US$100–110 sejak Juni 2021, sementara Nvidia terus melesat. Namun, jika AMD berhasil mencetak laba bersih yang lebih tinggi pada 2025, sahamnya berpotensi menyusul kenaikan seperti yang dialami Nvidia sebelumnya.

“Target harga AMD dalam setahun ke depan bisa mencapai US$150, atau lebih tinggi jika kinerja keuangannya melampaui ekspektasi,” pungkas Teguh.