Presiden Direktur PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Devin Ridwan (kedua kanan) berbincang bersama Presiden Direktur PT Indo Premier Sekuritas Moleonoto The (kanan), Direktur PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk David Agus (kedua kiri), dan  Sekretaris Perusahaan PT Merdeka Battery Materials Tbk Deny Greviartana Wijaya (kiri) usai konferensi pers Paparan Publik di Jakarta, Kamis 30 Maret 2023. Foto Pnaji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Prospek Saham MBMA Usai Berbalik Raih Laba di Kuartal I-2024

  • Prospek saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) semakin menarik setelah perseroan berhasil mencatatkan laba bersih senilai US$3,66 juta pada kuartal I-2024.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Prospek saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) semakin menarik setelah perseroan berhasil mencatatkan laba bersih senilai US$3,66 juta pada kuartal I-2024. Angka ini menunjukkan kinerja positif, sebab, pada periode yang sama tahun lalu, emiten nikel itu mencatat rugi bersih sebesar US$7 juta.

Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan lonjakan pendapatan, di mana MBMA meraih pendapatan usaha sebesar US$444,22 juta pada kuartal I-2024. Angka ini melonjak 211,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 142,73 juta.

Pendapatan usaha MBMA bersumber dari penjualan Nickel Pig Iron (NPI) sebesar US$ 239,02 juta, yang meningkat 67,46% dibandingkan US$142,73 juta pada Maret 2023. Selain itu, MBMA mulai mencatatkan pendapatan dari nikel matte sebesar US$ 196,94 juta dan bijih nikel limonit senilai US$8,24 juta pada kuartal I-2024.

Namun, kata analis BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya, kendati MBMA berhasil membalikkan kerugian secara tahunan, perolehan laba tersebut tetap meleset dari perkiraan. Menurutnya, laba yang dicatatkan hanya mencapai 7,7% dari estimasi BRI Danareksa Sekuritas dan 2,7% dari konsensus tahun ini.

“Meski demikian, kami memperkirakan laba Merdeka Battery Materials meningkat pada kuartal II-2024 dan seterusnya. Sebab harga di London Metal Exchange (LME) telah naik 14% (qtd),” tulis Timothy dalam risetnya dikutip Kamis, 6 Juni 2024. 

Timothy bilang ini akan meningkatkan margin tunai nikel matte untuk mengimbangi kemungkinan biaya tunai NPI yang lebih tinggi, yang hanya naik sebesar 2% secara kuartalan (qtd).

Prospek Bisnis dan Saham

Sementara itu, dalam earnings call, manajemen Merdeka Battery Materials memberikan panduan bahwa proyek Acid Iron Metal (AIM) akan mulai memproduksi spons tembaga pada kuartal III-2024 dan katoda pada kuartal IV-2024. “Ke depan, proyek AIM diharapkan akan memproduksi 15-18 ribu ton tembaga per tahun, setara dengan output tambang tembaga Wetar,” bebernya. 

Namun, kata dia, karena sebagian besar pabrik baru bakal beroperasi pada semester II-2024, manajemen MBMA memperkirakan kontribusi EBITDA positif yang signifikan mulai kuartal IV-2024. “Targetnya sebesar US$160-180 juta per tahun,” tambahnya. 

Timothy juga memperkirakan tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) akan menggandakan penjualan bijih pada tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan ESG HPAL (high pressure acid leach) dan pabrik HPAL lain yang terkait dengan GEM Co Ltd, yang diproyeksikan membutuhkan tambahan 11 juta ton limonit per tahun pada pertengahan 2025.

Sehingga total penjualan bijih MBMA dapat meningkat menjadi 20 juta ton per tahun dalam bentuk limonit. Di sisi lain biaya tunai diprediksi akan sedikit turun menjadi US$8 per ton karena skala ekonomi, dibandingkan dengan biaya saat ini yang sebesar US$10 per ton.

“Namun, saat ini, kami mempertahankan proyeksi sebanyak 15 juta ton untuk 2024-2025, karena menggandakan kapasitas dalam setahun bisa jadi menantang,” sebut Timothy.

Mengacu berbagai proyeksi kinerja tersebut, BRI Danareksa Sekuritas pun mempertahankan rating beli untuk saham MBMA. Target harga saham MBMA tetap dipatok sebesar Rp700 per saham. Perusahaan efek itu memperkirakan kinerja MBMA pada kuartal II-2024 akan meningkat, didukung oleh margin tunai yang lebih kuat.

“Kami mempertahankan rating beli MBMA karena potensi peningkatan nilai yang atraktif dari sejumlah proyek pertumbuhan dan kami lebih memilih saham tersebut dibandingkan induk usahanya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yang membukukan rugi bersih pada kuartal I-2024 karena beban bunga lebih tinggi dari perkiraan,” pungkas Timothy.