Masjid Sriwedari
Industri

Proyek Masjid Sriwedari Solo Mangkrak hingga Nunggak Utang Rp86,4 Miliar ke WIKA

  • Utang yang belum kunjung dilunasi membuat proyek masjid di jantung Kota Solo itu molor hingga tiga tahun.
Industri
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

SOLO—Panitia pembangunan Masjid Sriwedari Kota Solo masih memiliki utang sekitar Rp86,4 miliar pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Utang yang belum kunjung dilunasi membuat proyek masjid di jantung Kota Solo itu molor hingga tiga tahun. 

Nominal utang tersebut diketahui dari laporan keuangan WIKA baru-baru ini. Sebagai informasi, Masjid Sriwedari mulai dibangun pertengahan 2018 dengan target penyelesaian pekerjaan dua tahun atau selesai sekitar 2020. Proyek tersebut direncanakan menelan dana hingga Rp165 miliar. 

Namun pembangunan masjid tersebut tak berjalan mulus menyusul adanya sengketa lahan Sriwedari antara ahli Waris Wiryodiningrat dengan Pemkot Solo. Pandemi Covid-19 yang menggejala di Indonesia awal 2020 juga membuat sejumlah donatur maupun pengusaha yang awalnya berkomitmen memberi bantuan mengurungkan niatnya. 

Informasi yang dihimpun TrenAsia, proyek Masjid Sriwedari mulai terkendala pada tahun 2020. Padahal pengerjaan proyek oleh WIKA saat itu sudah mencapai lebih dari 80%. Pembangunan pun berjalan sekadarnya hingga awal 2022 karena panitia masjid kehabisan dana. Pada Agustus 2022, WIKA memutuskan menarik sejumlah bahan bangunan karena panitia masjid belum menyelesaikan kewajiban pembayaran. Praktis tak ada kelanjutan pembangunan fisik yang berarti setahun terakhir. 

Turunnya putusan Mahkamah Agung yang membatalkan surat perintah sita eksekusi lahan Sriwedari pada akhir 2022 sempat membawa angin segar ihwal penyelesaian proyek masjid. Ketetapan hukum tersebut membuat Pemkot maupun pihak terkait lebih leluasa mencari dana, termasuk dari corporate social responsibility (CSR). 

Namun hal tersebut ternyata belum berdampak sesuai harapan. “Belum ada dana lagi yang masuk, dari CSR maupun yang lain,” ujar Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Achmad Purnomo, kepada TrenAsia, Rabu 29 Maret 2023. Hingga akhir 2022, panitia pembangunan masjid diketahui baru membayar Rp54 miliar pada WIKA. 

Padahal volume pekerjaan yang sudah diselesaikan mencapai 85% atau sekitar Rp140 miliar. Adapun sisa 15% pekerjaan diperkirakan memerlukan dana sekitar Rp24-25 miliar. Purnomo memperkirakan kebutuhan masjid kini bisa lebih dari Rp165 miliar karena sejumlah penambahan untuk penataan kawasan. “Sebenarnya tinggal 15%. Harapannya bisa segera terpenuhi melalui CSR atau APBD jika memungkinkan,” tutur mantan Wakil Wali Kota Solo itu. 

Profil Masjid Sriwedari

Disinggung mengenai utang panitia pada WIKA yang mencapai Rp86,4 miliar, Purnomo tak menampiknya. Pihaknya berkomitmen segera melunasi kewajiban tersebut apabila sudah ada dana yang masuk. “Hal ini menjadi perhatian panitia.” Beberapa waktu lalu WIKA sudah mengingatkan terkait kewajiban pembayaran dalam proyek Masjid Sriwedari. 

Manajer proyek Masjid Sriwedari dari PT WIKA, Agung Budiarto, mengatakan biaya proyek Rp165 miliar berpotensi membengkak karena pengerjaan yang terhambat. Pihaknya perlu menghitung ulang kebutuhan masjid menyusul molornya proyek. “Kami juga berharap pembangunan ini bisa segera selesai. Ini kan masjid untuk umat,” ujarnya.

Sejumlah utang dari pihak ketiga membuat WIKA harus merugi hingga Rp59,59 miliar pada 2022 setelah meraup laba pada 2021. Pada 2021, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang konstruksi ini membukukan laba bersih sebesar Rp117,66 miliar dengan penurunan 36,65% dari Rp185,76 miliar pada tahun 2020. Wijaya Karya mencatat kerugian pada tahun 2022 walaupun pendapatannya mengalami kenaikan 20,61% menjadi Rp21,48 triliun dari Rp17,8 triliun pada tahun sebelumnya.