Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Proyeksi IHSG Semester II-2024, Peluang Penguatan di Tangan Kabinet Baru

  • Menuju akhir semester I-2024, IHSG justru tergepoh-gopoh berbalik melorot 6,24% secara (year-to-date/ytd) pada perdagangan Kamis, 20 Juni 2024.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepertiga pertama tahun ini tampak moncer setelah mencatatkan rekor all time high (ATH) di level 7.435,58 pada 13 Maret 2024 lalu. Namun, menuju paruh akhir semester I-2024, IHSG justru tergepoh-gopoh berbalik melorot 6,24% secara (year-to-date/ytd).

Pelemahan IHSG diduga dipicu oleh berbagai sentimen, termasuk suku bunga acuan global dan domestik yang tetap tinggi, meningkatnya tensi geopolitik, serta aliran keluar dana asing yang signifikan. Pertanyaannya, apakah ada peluang bagi IHSG untuk menguat pada semester II-2024 di tengah transisi pemerintahan?

Head of Education and Literacy Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menjelaskan bahwa koreksi IHSG selama semester I-2024 disebabkan oleh ketidakpastian yang timbul dari suku bunga acuan yang tetap tinggi lebih lama dari perkiraan pasar sebelumnya.

Audi bilang investor cenderung melakukan perpindahan investasi ini menuju aset yang lebih low risk dan memberikan return yang lebih besar. "Hal ini menyebabkan banyaknya aliran investasi asing yang keluar, tercatat terjadi net sell sebesar Rp20,35 triliun di pasar reguler," tutur Audi dalam risetnya dikutip pada Jumat, 20 Juni 2024.

Data dari RTI Business menunjukkan bahwa dalam 20 hari perdagangan terakhir, saham-saham blue-chip khusus perbankan jumbo yang dikenal sebagai pendorong utama IHSG mengalami penjualan terbanyak oleh investor asing. 

Nah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin dengan total net sell sebesar Rp7,2 triliun, diikuti oleh saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang masing-masing mencatat net sell Rp2,30 triliun dan Rp2,0 triliun.

Untuk semester II-2024, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan IHSG akan dipengaruhi oleh beberapa momentum, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan dan peralihan pemerintahan presiden baru. "Pasar masih menantikan kebijakan presiden baru. Jika kebijakannya pro-pasar, hal ini akan mendorong IHSG kembali ke atas level 7.000," kata Audi.

Kiwoom Sekuritas memperkirakan IHSG akan mencapai 7.387 pada akhir 2024 dengan pertumbuhan PDB di atas 4,9% dan inflasi di bawah 3%. Nah, menjelang semester II-2024, perusahaan efek ini menyarankan kepada investor untuk memperhatikan sektor keuangan, telekomunikasi, energi, dan konsumer. 

Adapun saham-saham yang mereka rekomendasikan untuk dibeli adalah BMRI (target harga Rp7.350), EXCL (target harga Rp2.582), MEDC (target harga Rp1.895), HRUM (target harga Rp1.815), dan MYOR (target harga Rp3.160).

Kabinet Baru

Sementara itu, Head of Research InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas), Cheril Tanuwinaya, menjelaskan bahwa pelemahan IHSG di semester I-2024 disebabkan oleh faktor global maupun domestik.

Menurutnya, ketidakpastian dalam kebijakan moneter dari The Fed menjadi isu utama yang memicu efek domino, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah dan dampak suku bunga tinggi yang meningkatkan beban biaya bagi emiten-emiten di pasar modal.

"Dari domestik, sikap wait and see investor terhadap kebijakan dan susunan kabinet baru juga masih membayangi, selain juga adaptasi pelaku pasar terhadap penerapan mekanisme full call auction atau FCA," ujar Cheril dalam keterangannya.

Cheril menyatakan bahwa pihaknya melihat sentimen global di semester II-2024 dapat menjadi lebih optimis karena proyeksi penurunan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan terjadi dua kali tahun ini, yakni di bulan September dan Desember. 

InvestasiKu tetap optimis bahwa langkah penurunan suku bunga ini akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI). Dengan begitu, mereka meyakini bahwa IHSG dapat mencapai target akhir tahun di level 7.500.

Adalun saham-saham seperti MYOR, ICBP, SILO, dan MIKA layak disimak menjelang semester II-2024 ini. "Sektor-sektor pilihan yang utama dari sektor consumer staples dan kesehatan, karena keduanya cenderung defensif dan relatif minim pengaruhnya dari ketidakpastian suku bunga," tandas Cheril.