<p>Gedung Aneka Tambang (ANTAM) di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

Proyeksi Laba Antam 2024-2025 Naik, Target Harga Saham ANTM Terkerek

  • Kenaikan harga emas memberikan prospek positif bagi sebagian besar pelaku industri emas, termasuk Antam

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Proyeksi laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam pada tahun 2024 dan 2025 diperkirakan naik masing-masing 19% dan 10%. Seiring dengan itu, target harga saham ANTM juga mengalami penyesuaian.

Menurut riset RHB Sekuritas, kenaikan proyeksi laba bersih Antam didorong oleh beberapa faktor. Pertama, potensi peningkatan volume penjualan emas dan ekspektasi margin kilang yang lebih baik. Kedua, peningkatan produksi bijih nikel tahunan. Ketiga, tambahan pendapatan dari usaha patungan (joint venture).

“Kenaikan harga emas memberikan prospek positif bagi sebagian besar pelaku industri emas, termasuk Antam. Ke depan, efisiensi perusahaan akan dinilai untuk melihat kontribusinya terhadap stabilitas margin,” tulis RHB Sekuritas dalam laporannya dikutip Senin, 21 Oktober 2024.

Selain emas, penjualan bijih nikel Antam juga diproyeksikan meningkat, didukung oleh persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang sebelumnya tertunda. Permintaan bijih nikel dari smelter domestik tetap kuat, meski terhambat oleh infrastruktur yang kurang memadai, sehingga meningkatkan premi bagi pemilik tambang.

Produksi bijih nikel Antam diperkirakan mencapai 13-15 juta ton pada tahun 2025-2026, naik signifikan dari perkiraan 8 juta ton di 2024 yang turun 25% secara tahunan. Umur tambang ANTM diperkirakan lebih dari 30 tahun. “Dalam jangka panjang, ANTM berpotensi mencapai target produksi awal sebesar 20 juta ton, namun masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut,” tambah RHB.

Di sisi lain, volume penjualan emas Antam dari Januari hingga September 2024 telah mencapai 87% dari target tahunan. Antam juga tengah menunggu kesepakatan dengan PT Freeport Indonesia terkait pembelian anode slime sebagai pengganti bahan baku untuk pemurnian emas.

RHB Sekuritas mencatat sinergi ini berpotensi menekan harga pokok penjualan hingga 3-5%, karena sebagian besar bahan baku logam mulia yang digunakan masih diimpor.

Permintaan emas diperkirakan normal pada 2025, kurang dari 28 juta ton, namun penjualan emas Antam diproyeksikan tetap kuat berkat branding yang solid dan premi kecil dari sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA).

Untuk bisnis feronikel (FeNi), Antam diproyeksikan akan tetap konservatif, dengan produksi sekitar 20-22 ribu ton, sedikit di bawah level optimal 24 ribu ton. Meski prospek tetap menantang karena kekhawatiran kelebihan pasokan dan sentimen negatif dari stimulus China, Antam telah mengidentifikasi beberapa langkah efisiensi, termasuk memanfaatkan sumber daya dengan kadar nikel lebih rendah di sekitar fasilitas untuk menekan biaya transportasi.

Antam juga akan memanfaatkan jaringan listrik tambahan hasil kerja sama dengan PLN, yang akan menyediakan listrik lebih murah dibandingkan penggunaan tenaga diesel. Saat ini, 40% pasokan listrik baru Antam berasal dari sumber energi terbarukan di Sulawesi.

Dengan berbagai faktor tersebut, RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi "buy" untuk saham Antam dengan target harga baru sebesar Rp1.800 per saham, naik dari Rp1.500 per saham, termasuk diskon ESG sebesar 4%. Yield dividen Antam diperkirakan mencapai 4%.