Kapal tongkang batu bara terlihat mengantre untuk ditarik di sepanjang sungai Mahakam di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, 31 Agustus 2019.
Korporasi

Proyeksi Laba dan Target Saham Batu Bara LQ45 Ini Direvisi Naik

  • Sejumlah emiten tambang batu bara yang tergabung dalam Indeks LQ45 diperkirakan akan mendapat keuntungan besar seiring dengan stabilnya harga batu bara dan proyeksi penguatan harga emas hitam itu pada semester II-2024.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Sejumlah emiten tambang batu bara yang tergabung dalam Indeks LQ45 diperkirakan akan mendapat keuntungan besar seiring dengan stabilnya harga batu bara dan proyeksi penguatan harga emas hitam itu pada semester II-2024.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Christian Sitorus dan Erindra Krisnawan, dalam risetnya mengatakan kenaikan harga jual batu bara dipicu oleh peningkatan pemrintaan China dan India bersamaan dengan penurunan produksi di Indonesia. 

Dengan demikian, BRI Danareksa Sekuritas menaikkan rekomendasi emiten batu bara Indeks LQ45 dari netral menjadi overweight, dengan saham pilihan teratas adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

“Kami melihat peluang kenaikan harga batu bara akan makin pesat memasuki kuartal akhir tahun ini atau menjelang musim dingin,” tulis Christian Sitorus dan Erindra Krisnawan dalam riset yang dikutip pada Selasa, 23 Juli 2024.  

Alhasil perusahaan efek itu pun memperoyeksikan bahwa harga batu bara di pasar Newcastle diperkirakan naik dari US$125 per ton menjadi US$135 per ton. Kemudian, harga batu bara ICI3 juga direvisi naik dari US$72 menjadi US$79 per ton, dan harga ICI4 direvisi naik dari US$54 menjadi US$59 per ton.

Sementara Tim Riset Stockbit Sekuritas memperkirakan harga batu bara akan berada di kisaran US$118-126 per ton pada tahun 2024-2025, dengan rata-rata harga sepanjang tahun diperkirakan mencapai US$132 per ton. “Kami memproyeksikan harga batu bara cenderung resilient di kisaran US$130–135/ton,” jelas mereka dalam ulasannya. 

Dari sektor emiten, Stockbit memilih ADRO dan ITMG lantaran implied P/E hanya berada di kisaran 3-4 kali. “Kami menilai bahwa P/E 5 kali (di luar kas bersih) adalah valuasi yang wajar, memberikan potensi kenaikan sebesar 28–50% di luar potensi dividen minimal 10%,” jelasnya.

Di sisi lain, peningkatan kebutuhan listrik dari kendaraan listrik, pusat data, dan AI terjadi di tengah perlambatan transisi energi baru terbarukan (EBT). Oleh sebab itu, Stockbit meyakini sektor batu bara tetap relevan dalam jangka panjang. 

Proyeksi Laba 

Sementara itu, seiring dengan revisi naik rata-rata harga jual batu bara, BRI Danareksa Sekuritas juga menaikkan target pendapatan dan laba bersih dan saham untuk tiga emiten tambang batu bara Indeks LQ45 antara lain ITMG, PTBA, dan ADRO. 

Adapun proyeksi laba bersih ITMG tahun ini direvisi naik dari US$230 juta menjadi US$501 juta. Revisi ini juga mengerek target saham tambang batu bara ini menjadi Rp31.300 per saham, artinya investor berpeluang cuan 15%.

Kemudian, laba bersih emiten bersandikan PTBA sepanjang tahun ini juga direvisi naik, dari Rp5,01 triliun menjadi Rp5,58 triliun. Tidak hanya, target saham emiten batu bara plat merah juga direvisi naik ke level Rp3.100 per saham.

Sementara itu, laba bersih ADRO diperkirakan mencapai US$1,32 miliar tahun ini. Selain laba bersih yang kokoh, BRI Danareksa Sekuritas juga mengerek target saham ADRO ke level Rp3.770 per saham, yang artinya investor masih bisa cuan sekitar 17,81%.