ajaran direksi PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance).
IKNB

Proyeksi Pertumbuhan Multifinance 2025: Tantangan dan Peluang

  • Salah satu peluang besar di sektor multifinance berasal dari program pemerintah yang menargetkan pembangunan 3 juta rumah. Agusman menyebutkan bahwa sektor perumahan memiliki potensi pertumbuhan yang besar.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Industri multifinance di Indonesia diperkirakan menghadapi tantangan berat pada tahun 2025. Menurut Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), pertumbuhan industri diproyeksi hanya mencapai 7-8% akibat sejumlah kebijakan baru dan kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih.

Dalam menanggapi proyeksi tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Agusman, mengungkapkan bahwa OJK tetap optimistis terhadap pertumbuhan industri multifinance. 

“Kami akan terus melakukan monitoring terhadap pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance di tahun 2025. Salah satu fokus kami adalah pembiayaan dengan skema Buy Now Pay Later (BNPL) dan pembiayaan sektor perumahan,” jelasnya melalui jawaban tertulis, dikutip Senin, 13 Januari 2025. 

Program Pemerintah Dorong Pembiayaan Sektor Perumahan

Salah satu peluang besar di sektor multifinance berasal dari program pemerintah yang menargetkan pembangunan 3 juta rumah. Agusman menyebutkan bahwa sektor perumahan memiliki potensi pertumbuhan yang besar. 

“Dengan adanya program ini, pembiayaan sektor perumahan diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada tahun 2025,” katanya.

Selain perumahan, pembiayaan alat berat juga menunjukkan tren positif. Berdasarkan data per November 2024, outstanding pembiayaan alat berat meningkat sebesar 5,43% year-on-year (yoy) menjadi Rp44,49 triliun. 

Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan alat berat di berbagai sektor, seperti konstruksi dan pertambangan.

Tantangan di Industri Otomotif dan Potensi Pembiayaan Kendaraan Listrik

Sementara itu, industri otomotif menghadapi tantangan akibat lesunya penjualan kendaraan baru sepanjang 2024. 

Data menunjukkan outstanding pembiayaan kendaraan bermotor per November 2024 mencapai Rp347,87 triliun, di mana 68,28% atau Rp237,52 triliun di antaranya merupakan pembiayaan kendaraan baru. Meski begitu, prospek pembiayaan kendaraan bekas diperkirakan tetap tumbuh positif pada 2025.

Di sisi lain, pembiayaan kendaraan listrik menunjukkan potensi yang menjanjikan. Penyaluran pembiayaan kendaraan listrik per November 2024 mencapai Rp16,69 triliun atau 1,81% dari total piutang pembiayaan. Agusman menyebutkan bahwa dukungan pemerintah melalui berbagai insentif akan mendorong pertumbuhan kendaraan listrik. 

“Pembiayaan kendaraan listrik diperkirakan akan terus meningkat, sejalan dengan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga: OJK Optimis Kinerja Multifinance Tetap Positif Saat Penjualan Otomotif Lesu, Ini Alasannya

Dampak Kebijakan Pajak pada Pembiayaan Kendaraan

Kebijakan baru terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% untuk barang mewah dan opsen pajak kendaraan juga menjadi perhatian. 

“OJK akan terus memantau dampak kebijakan ini terhadap permintaan kredit kendaraan. Mengingat hampir 70% pangsa pasar perusahaan pembiayaan bergantung pada sektor otomotif, kebijakan ini dapat memengaruhi kinerja industri,” kata Agusman.

Pendanaan Multifinance Meningkat, Sumber Didominasi Bank Dalam Negeri

Dari sisi pendanaan, industri multifinance menunjukkan peningkatan positif. Pendanaan yang diterima perusahaan pembiayaan per November 2024 meningkat 8,91% yoy menjadi Rp379,76 triliun. Sumber pendanaan terbesar berasal dari pinjaman bank dalam negeri, yang mencapai Rp244,82 triliun atau 64,47% dari total pendanaan.

Piutang Pembiayaan Multifinance: Fokus pada Multiguna

Piutang pembiayaan multifinance per November 2024 tercatat tumbuh 7,27% yoy menjadi Rp501,37 triliun. Porsi pembiayaan didominasi oleh segmen multiguna sebesar 50,42%, diikuti oleh pembiayaan investasi sebesar 34,11%, dan modal kerja sebesar 9,79%.

Namun, masih ada tantangan dari sisi permodalan. Saat ini, 6 dari 146 perusahaan pembiayaan belum memenuhi ketentuan ekuitas minimum sebesar Rp100 miliar. Agusman menjelaskan, “Hal ini disebabkan oleh belum dilakukannya penyuntikan modal atau proses peningkatan permodalan yang belum sesuai ketentuan.”

Akuisisi oleh Investor Asing

Industri multifinance juga menarik perhatian investor asing. Hingga saat ini, terdapat satu perusahaan pembiayaan yang telah mendapatkan persetujuan akuisisi oleh investor asal Jepang. Namun, proses realisasi akuisisi tersebut masih berlangsung.

Kesimpulan dan Prospek 2025

Industri multifinance pada 2025 diproyeksikan tumbuh moderat di tengah tantangan ekonomi global dan kebijakan domestik. Dengan dukungan program pemerintah, pembiayaan sektor perumahan dan kendaraan listrik diharapkan menjadi motor pertumbuhan. Namun, sektor otomotif tetap menjadi segmen yang perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama terkait dampak kebijakan pajak baru.

OJK berkomitmen untuk terus memantau perkembangan industri ini dan mendorong keberlanjutan sektor multifinance sebagai bagian penting dari perekonomian nasional.