<p>ilustrasi// Foto: Ismail Pohan &#8211; Tren Asia</p>
Industri

PSBB DKI Longgar dan Respons Pidato Jokowi Bikin Rupiah Menguat ke Rp14.880 per Dolar AS

  • Pelemahan rupiah tersebut diprediksi akan berlanjut ke level Rp14.950 per dolar AS hingga Rp15.000 per dolar AS.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat seiring respons positif pasar terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo terkait kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Rupiah Senin sore, 14 September 2020, ditutup menguat 10 poin atau 0,07% menjadi Rp14.880 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.890 per dolar AS.

“Hari ini pasar sudah mendapat jawaban positif dari Presiden Jokowi dalam sidang kabinet di Istana Merdeka, yang pada intinya kepala daerah jangan terburu-buru dalam memutuskan menutup wilayahnya untuk mencegah penyebaran COVID-19,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin, 14 September 2020.

Ibrahim menuturkan sepertinya investor masih memilih wait and see dan menunggu dampak nyata dari pemberlakuan PSBB di DKI Jakarta.

“Sembari menunggu dampak tersebut, investor memilih menahan diri. Pelaku pasar, terutama asing, masih akan memantau sejauh mana PSBB di Jakarta mempengaruhi kinerja perekonomian nasional. Sebab, Jakarta adalah pemain kunci, penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,” kata Ibrahim.

Dari eksternal, pasar juga menunggu pertemuan bank sentral AS The Federal Reserve pada tengah pekan ini dimana pelonggaran moneter lebih lanjut diharapkan secara luas.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.855 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.855 per dolar AS hingga Rp14.930 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.974 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.979 per dolar AS.

Sentimen Beragam

Terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics (Indef) Bhima Yudhistira menilai kekhawatiran pasar keuangan terhadap perlambatan ekonomi dinilai memicu tekanan terhadap rupiah. PSBB DKI Jakarta juga menjadi sentimen yang diawasi para pelaku pasar.

“Reaksi pasar keuangan terhadap PSBB membuat sentimen beragam,” kata dia.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 11 September 2020 ditutup melemah ke level Rp14.890 per dolar Amerika Serikat (AS). Bloomberg melaporkan, nilai tersebut terkoreksi 0,24% atau melemah 35 poin.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berada di level Rp14.979 per dolar AS pada akhir pekan lalu, melemah dibandingkan hari sebelumnya, Kamis, 10 September 2020 sebesar Rp14.871 per dolar AS.

Pelemahan rupiah tersebut diprediksi Bhima akan berlanjut ke level Rp14.950 per dolar AS hingga Rp15.000 per dolar AS.

Menurutnya, pelemahan tersebut disebabkan oleh aksi jual asing di bursa saham yang cukup deras. “Asing masih melakukan net sell sebesar Rp2,26 triliun,” katanya.

Senada dengan Bhima, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah juga mengatakan, investor asing yang melepas investasi di Indonesia menyebabkan rupiah melemah terhadap dolar AS.

“Investor asing yang melepas investasinya di Indonesia, menyebabkan rupiah melemah terhadap dolar AS,” kata Piter.

Di samping itu, uji klinis vaksin Astrazeneca dan Oxford yang terhenti, juga menjadi sentimen pelemahan rupiah. Padahal, uji vaksin tersebut diharapkan dapat diproduksi secara massal. Penundaan tersebut, lanjutnya, membuat prospek pemulihan ekonomi ikut terganggu di masa pandemi.

Kemudian, turunnya permintaan global terhadap minyak mentah membuat tren pelemahan harga minyak di dunia. Terlebih, kata Bhima, stok minyak di AS dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) masih cukup besar. (SKO)