PSBB Makin Himpit Multifinance
JAKARTA – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali diterapkan dinilai akan memengaruhi kinerja bisnis perusahaan pembiayaan atau multifinance. President Director CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengakui, kebijakan tersebut akan berdampak terhadap lesunya geliat perekenomian di daerah yang dibatasi. “Harus diakui, kebijakan ini akan membuat perekonomian daerah tersebut menjadi lesu,” ungkapnya kepada TrenAsia. […]
Industri
JAKARTA – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali diterapkan dinilai akan memengaruhi kinerja bisnis perusahaan pembiayaan atau multifinance.
President Director CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengakui, kebijakan tersebut akan berdampak terhadap lesunya geliat perekenomian di daerah yang dibatasi.
“Harus diakui, kebijakan ini akan membuat perekonomian daerah tersebut menjadi lesu,” ungkapnya kepada TrenAsia.
Ia menyebut, per kuartal II 2020 realisasi kredit CNAF di DKI Jakarta mengalami penurunan lebih dari 30% dibandingkan kuartal sebelumnya. Menurutnya, hal ini merupakan dampak dari penerapan PSBB sejak Maret lalu.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pasalnya, lanjut Ristiawan, saat pembatasan diberlakukan, operasional dealer rekanan dan showroom otomatis berhenti sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Di samping itu, ia mengakui bahwa kondisi ekonomi masih lemah.
Ia pun berharap, penanganan pandemi COVID-19 segera menemui titik terang sehingga tidak ada lagi kebijakan PSBB.
“Supaya geliat ekonomi bisa segera berjalan sehingga CNAF pun sebagai salah satu pelaku usaha, dapat memberikan sumbangsih positif untuk bangkit dari tantangan ekonomi,” ungkapnya.
Meskipun demikian, pihaknya mendukung setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah terkait penanganan COVID-19.
“Kami yakin, keputusan tersebut sudah melalui kajian yang mendalam,” tuturnya.
Sependapat, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno juga menghargai kebijakan tersebut.
“Sudah hasil kompromi, ya kita memang harus menghormati dan menaati dengan tertib,” katanya.
Kinerja Merosot
Suwandi pun mengaku belum dapat memperkirakan dampak PSBB ke depan terhadap industri multifinance.
“Karena masih hari pertama, susah memprediksi dampaknya,” ujar Ketua APPI Suwandi Wiratno kepada TrenAsia.com, hari ini.
Ia menjelaskan, industri pembiayaan tetap berjalan seperti biasa pada PSBB kali ini. “Tidak seperti awal April 2020. Showroom juga masih buka dengan penerapan protokol kesehatan dan physical distancing,” tambahnya.
Diketahui, pertumbuhan industri pembiayaan sampai dengan Juni 2020 mengalami pemerosotan kurang lebih 8%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, sumber utang pembiayaan mencapai Rp88,29 triliun disumbang oleh DKI Jakarta. Jumlah tersebut setara 20,8% dari total penyaluran Rp423,84 triliun per Juli 2020.
Saat ini, industri pembiayaan tengah fokus melakukan restrukturisasi kredit. Masih berjalan, Suwandi menyampaikan terdapat kurang lebih 4,6 juta debitur yang sudah disetujui dari total 5 juta debitur yang mengajukan restrukturisasi kredit.