<p>Kantor PT Timah di kawasan Gambir Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

PT Timah (TINS) Siapkan Capex Rp700 Miliar Tahun Ini

  • Belanja modal sebesar Rp700 miliar akan digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan alat kerja serta pengadaan alat-alat baru misalnya kapal.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS) melaporkan akan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sepanjang 2024 senilai Rp700 miliar. Capex ini bakal digunakan untuk mendongkrak kinerja keuangan perseroan yang tengah dirundung kerugian sepanjang 2023. 

Direktur Utama TINS Ahmad Dani mengatakan pihaknya menganggarkan belanja modal sebesar Rp700 miliar yang akan digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan alat kerja serta pengadaan alat-alat baru misalnya kapal. 

Namun, anggaran belanja modal tersebut, mengalami tren penurunan dalam dua tahun terakhir. Sebab, pada 2022 emiten bersandikan TINS tercatat menganggarkan capex sebesar Rp2 triliun dan alokasi pada 2023 sebanyak Rp950 miliar.“Capex Rp700 miliar, ada capex rutin untuk maintenance dan capex tidak rutin,” kata Ahmad kepada wartawan di Jakarta, dikutip Kamis, 4 April 2024. 

Ahmad belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai sumber-sumber dari mana komposisi capex tersebut akan diperoleh. Meskipun begitu, dia menegaskan bahwa TINS akan berusaha keras untuk memperoleh capex tersebut dari kas internal.

Kemungkinan pinjaman bank atau sumber pembiayaan lainnya juga akan dipertimbangkan. “Terlalu banyak dari kas juga tidak bagus, utang juga sebenarnya bagus. Kita pilih mana yang paling efisien lah. Kita akan melakukan perhitungan sendiri, sambil jalan,” lanjutnya. 

Di sisi lain, TINS menetapkan target produksi sebesar 30.000 ton sepanjang tahun 2024. Angka tersebut mengalami peningkatan sebanyak 100% dari produksi tahun 2023 yang mencapai 15.000 ton. Target ini didukung oleh optimisme terhadap permintaan global akan timah.

Ahmad menjelaskan bahwa mayoritas dari timah yang dihasilkan, yakni sekitar 95%, akan diekspor ke negara-negara Asia seperti Jepang, Taiwan, China, dan Korea, serta ke negara-negara Eropa dan Amerika. 

Menurutnya, permintaan akan timah yang digunakan dalam peralatan elektronik akan meningkat seiring dengan perkembangan kendaraan listrik (EV), perangkat elektronik seperti gadget, dan teknologi informasi.

Utang Bank Mencelat

Jika diperhatikan dari perspektif neraca keuangan TINS sepanjang 2023, telah terjadi peningkatan signifikan utang bank jangka pendek, yang melonjak lebih dari 200% secara tahunan dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya.

Asal tahu saja, utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan yang harus diselesaikan oleh perusahaan dengan jatuh tempo satu periode akuntansi. Kewajiban ini diharapkan untuk dilunasi dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Menyitir laporan keuangan perseroan per 31 Desember 2023 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada 28 Maret 2024, kemarin, emiten bersandikan TINS tercatat memiliki utang bank jangka pendek senilai Rp1,25 triliun. Angka ini mencelat signifikan dibandingkan dengan tahun buku 2022, yang tercatat sebesar Rp373 miliar. 

Lebih lanjut, TINS mengumpulkan utang bank jangka pendek dari tiga perbankan swasta, yakni PT Bank BTPN Tbk (BTPN) jadi yang terbesar dengan porsi Rp770 miliar. Selanjutnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Permata Tbk (BNLI), yang masing-masing memberikan kucuran dana Rp350 miliar dan Rp138 miliar. 

Suntikan dana yang diberikan kepada TINS untuk beberapa fasilitas antara lain fasilitas omnibus uncommitted dari BTPN, fasilitas pasar uang dan fasilitas layanan bayar, serta fasilitas revolving dari BNLI. Selain itu, TINS juga memperoleh fasilitas pinjaman waktu dan layanan pertukaran valuta asing dari BBCA. 

Apabila ditinjau dari liabilitas jangka pendek secara utuh yang terdiri dari utang usaha, utang bank jangka pendek, utang pajak, dll, emiten pertambangan ini juga mencatatkan kenaikan signifikan dari tahun buku 2022 sebesar Rp2,54 triliun menjadi Rp3,9 triliun. 

Sementara itu, liabilitas jangka panjang TINS sepanjang 2023 malah mengalami penurunan dari tahun buku 2022 sebesar Rp3,47 triliun menjadi Rp2,62 triliun. Penyusutan ini dikarenakan perseroan melakukan pelunasan utang obligasi dan sukuk ijarah sebesar Rp806 miliar. 

Meski telah membayarkan utang obligasi yang jumlahnya lumayan besar, total liabilitas TINS sepanjang 2023, tetap mengalami kenaikin tipis dari posisi tahun buku 2022 sebesar Rp6,02 triliun menjadi Rp6,61 triliun.  

Sebagaimana diketahui, TINS mencatatkan rapor merah terkait kinerja keuangan sepanjang 2023 yang jeblok dengan capaian rugi Rp450 miliar. Pencapaian ini terjun bebas dari posisi tahun buku 2021 yang berhasil membukukan laba bersih senilai Rp1,2 triliun.