PTPN III akan Bentuk Dua Subholding Baru
- Pembentukan PalmCo berpotensi memberikan dampak positif pada industri sawit nasional.
BUMN
JAKARTA - PTPN III (Persero) akan membentuk dua subholding baru yaitu PalmCo dan SupportingCo, sebagai bagian dari transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN terhadap perusahaan-perusahaan di bawah naungannya.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani dalam keterangan resmi pada Kamis, 2 November 2023 menyampaikan pangan dan energi akan menjadi isu penting di masa depan. Hal tersebut merupakan akibat dari dinamika dan tantangan global seperti konflik Ukraina-Rusia, ketegangan geopolitik, dan perubahan iklim. Di sisi lain, Indonesia masih sangat bergantung pada impor pangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat serta menjaga stabilitas harga.
“Karena itu, impor harus terus dikurangi di masa yang akan datang. Potensi Indonesia untuk menenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan juga sangat besar dan perlu dioptimalkan. Kami meyakini, pembentukan subholding ini akan mampu mengatasi tantangan yang ada,” ujar Abdul Ghani pada Kamis, 2 November 2023 di Jakarta.
- PHK Sepihak 12 Jurnalis Jogja Dibawa ke Meja Hijau
- Liabilitas Jiwasraya Telah Dialihkan ke IFG Life, Nilainya Capai Rp31,14 Triliun
- Gagal Hentikan Genosida di Palestina, Direktur HAM PBB Mundur
Saat ini, PTPN Group memiliki luas lahan sawit yang mencapai 600 ribu hektar yang tersebar di sepuluh perusahaan PTPN. Sementara itu, luas lahan tebu mencapai 173 ribu hektare, dengan 53 ribu hektar berstatus HGU dan sisanya merupakan tebu rakyat yang dikelola oleh tujuh perusahaan PTPN.
Pembentukan subholding, menurut Ghani, bertujuan untuk mempercepat sinergi, lebih mudah mengoptimalkan sumber daya yang dapat diintegrasikan, serta meningkatkan daya saing PTPN sebagai instrumen negara.
“Holdingisasi sawit (PalmCo) bukan semata merger. Ada program lanjutan, yaitu hilirisasi untuk menghadirkan minyak goreng 1,8 juta ton pada 2026 sehingga bisa memenuhi 40 persen kebutuhan minyak goreng domestik,” tutur Ghani.
Ghani menegaskan sebagai salah satu BUMN, PTPN memiliki tanggung jawab yang mencakup pengambilan tindakan di pasar apabila diperlukan demi kepentingan negara. Ghani menjelaskan berbagai aksi korporasi yang dilakukan oleh holding perusahaan di sektor perkebunan dan kehutanan tetap berada di bawah pengawasan dan komando pemerintah.
Banyak pihak menyebutkan pembentukan subholding PalmCo oleh PTPN Group merupakan langkah penting. Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Profesor Suryo Wiyono berpendapat pembentukan PalmCo berpotensi memberikan dampak positif pada industri sawit nasional serta mendukung perkembangan industri sawit di Indonesia. Menurutnya, hadirnya PalmCo akan membantu menjaga stabilitas harga minyak goreng domestik yang dalam beberapa tahun terakhir sering mengalami keterbatasan pasokan dan lonjakan harga.
“PalmCo dibentuk, salah satunya karena arahan presiden tentang ketahanan pangan nasional, khususnya terkait pemenuhan minyak goreng dalam negeri dan ini adalah fokus utama dari PalmCo. Kita berharap, PalmCo mampu meningkatkan produksi minyak goreng curah dalam negeri dan meningkatkan produksi CPO,” sebut Suryo.
Suryo memperkirakan, pembentukan PalmCo akan membantu meningkatkan produksi minyak menjadi 1,8 juta ton/tahun pada 2026 dari sebelumnya pada 2023 hanya 460.000 ton/tahun.
“Untuk dapat menyeimbangkan bisnis dan melayani kebutuhan masyarakat, maka caranya adalah dengan meningkatkan produktivitas kebun sendiri, meningkatkan produktivitas kebun rakyat, dan hilirisasi komoditas dalam minyak goreng,” ujar Suryo.
Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., juga menyatakan pembentukan PalmCo berpotensi memberikan dampak pembangunan yang signifikan bagi Indonesia, terutama dalam industri kelapa sawit. Jaka menekankan PalmCo berpotensi membuat Indonesia menjadi produsen terkait kelapa sawit terbesar di dunia yang akan berkontribusi pada pemerataan hasil perekonomian yang berkelanjutan.
“Karena PalmCo berkomitmen mengembangkan wilayah, mengurangi kesenjangan, dan menjamin pemerataan melalui program peremajaan sawit yang akan berdampak pada sekitar 120 ribu petani plasma beserta keluarga yang didukung melalui program replanting,” ujar Jaka.