
Pulau yang Dihuni Penguin, Heard Island dan McDonald Island Juga Kena Tarif oleh Trump
- Sekelompok pulau vulkanik yang tandus dan tidak berpenghuni dekat Antartika, yang tertutup oleh gletser dan menjadi rumah bagi penguin, terjerat dalam perang dagang Donald Trump, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) mengenakan tarif 10% untuk barang-barang dari pulau-pulau tersebut.
Dunia
JAKARTA – Sekelompok pulau vulkanik yang tandus dan tidak berpenghuni dekat Antartika, yang tertutup oleh gletser dan menjadi rumah bagi penguin, terjerat dalam perang dagang Donald Trump, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) mengenakan tarif 10% untuk barang-barang dari pulau-pulau tersebut.
Heard Island dan McDonald Island atau Pulau Heard dan Pulau McDonald, yang merupakan wilayah luar Australia, termasuk di antara tempat-tempat paling terpencil di bumi, yang hanya dapat diakses melalui perjalanan kapal selama dua minggu dari Perth di pantai barat Australia.
Dilansir dari The Guardian, pulau-pulau ini benar-benar tidak berpenghuni, dengan kunjungan terakhir oleh manusia diyakini hampir 10 tahun lalu.
- 5 Rekomendasi Tempat Belanja Oleh-Oleh di Salatiga
- DJP Targetkan Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Mencapai 81,92 Persen di 2025
- Angka Kecelakaan Turun Signifikan saat Mudik Lebaran 2025
Namun demikian, pulau-pulau Heard dan McDonald tercatat dalam daftar yang dirilis oleh Gedung Putih yang mencantumkan “negara-negara” yang akan dikenakan tarif perdagangan baru.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, mengatakan pada Kamis, “Tidak ada tempat di bumi yang aman.”
Pulau Heard dan Pulau McDonald termasuk di antara beberapa wilayah luar Australia yang terdaftar secara terpisah dalam daftar tarif untuk Australia, yang akan dikenakan tarif 10% pada barang-barangnya.
Wilayah luar adalah bagian dari Australia yang tidak memiliki pemerintahan sendiri tetapi memiliki hubungan khusus dengan pemerintah federal. Wilayah-wilayah tersebut yang tercantum dalam daftar Gedung Putih termasuk Pulau Cocos (Keeling), Pulau Natal, dan Pulau Norfolk.
Pulau Norfolk, yang memiliki populasi 2.188 orang dan terletak 1.600 km (1.000 mil) timur laut Sydney, dikenakan tarif sebesar 29% – 19 poin persentase lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lain dari Australia.
Pada tahun 2023, Pulau Norfolk mengekspor barang senilai US$655.000 ke AS, dengan ekspor utamanya berupa sepatu kulit senilai US$413.000, menurut data dari Observatory of Economic Complexity.
Administrator Pulau Norfolk George Plant membantah data tersebut. “Tidak ada produk ekspor yang diketahui dari Pulau Norfolk ke Amerika Serikat dan tidak ada tarif atau hambatan perdagangan non-tarif yang diketahui pada barang yang masuk ke Pulau Norfolk,” katanya.
“Pulau Norfolk dikenakan tarif 29%. Saya tidak begitu yakin bahwa Pulau Norfolk, dengan segala hormat, bersaing dalam perdagangan dengan ekonomi besar Amerika Serikat, tetapi ini hanya menunjukkan dan menggambarkan fakta bahwa tidak ada tempat di bumi yang aman dari ini,” kata Albanese.
Angka ekspor dari Pulau Heard dan Pulau McDonald bahkan lebih membingungkan. Wilayah tersebut memang memiliki industri perikanan, tetapi tidak ada bangunan atau pemukiman manusia sama sekali.
Meski demikian, menurut data ekspor dari Bank Dunia, AS mengimpor produk senilai US$1,4 juta dari Pulau Heard dan Pulau McDonald pada tahun 2022, yang hampir seluruhnya berupa impor mesin dan peralatan listrik. Tidak segera jelas barang apa itu.
Dalam lima tahun sebelumnya, impor dari Pulau Heard dan Pulau McDonald berkisar antara US$15.000 hingga US$325.000 per tahun.
Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia, serta Divisi Antartika Australia telah dihubungi untuk memberikan komentar.
Dilansir dari Sky News, berita itu disambut dengan kebingungan oleh sebagian dari 2.188 penduduk Pulau Norfolk.
“Pulau Norfolk adalah titik kecil di dunia,” kata Richard Cottle, pemilik bisnis pencampuran beton di pulau tersebut, pada Kamis.
“Kami tidak mengekspor apa-apa. Itu hanya kesalahan.”
Meski pulau ini mengirim sejumlah kecil biji kelapa sawit Kentia ke luar negeri, nilai ekspornya biasanya kurang dari US$1 juta per tahun, dengan produk tersebut sebagian besar dikirim ke Eropa.
Menurut data pemerintah AS, Amerika telah mencatat defisit perdagangan dengan Pulau Norfolk selama tiga tahun terakhir.
- Jumlah Pemudik Menurun, Kebijakan Mudik Lebaran 2025 Dinilai Berlebihan
- Terowongan Modern di Samarinda: Bagaimana Parallel NATM Memangkas Waktu Pengerjaan?
- 6 Rekomendasi Film Ghibli untuk Temani Libur Lebaran
Negara-negara dan wilayah kecil lainnya juga dikenakan tarif 10%, termasuk Tokelau, wilayah dependent Selandia Baru dengan populasi sekitar 1.600 orang, dan Pulau Cocos, wilayah lain Australia dengan populasi sekitar 600 orang.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak memiliki penjelasan untuk tarif tersebut, dan menyebutnya “tidak terduga” dan “agak aneh.”