Puncak Bonus Demografi di Depan Mata, akankah Jumlah Penduduk Indonesia Segera Anjlok?
Nasional

Puncak Bonus Demografi di Depan Mata, akankah Jumlah Penduduk Indonesia Segera Anjlok?

  • Semakin banyak Gen Z yang mempertimbangkan menunda pernikahan, atau bahkan tidak menikah sama sekali. Selain itu, banyak dari mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak, dengan alasan ingin mengejar karier, pendidikan lebih lanjut, atau karena kekhawatiran terhadap lingkungan dan overpopulasi.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami perlambatan dalam satu dekade terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan,dari tahun 2010 hingga 2020, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia hanya mencapai 1,25 persen per tahun, turun dibandingkan periode 2000 hingga 2010 yang mencatatkan angka sebesar 1,49 persen.

Indonesia tengah berada dalam masa bonus demografi yang telah dimulai sejak tahun 2015. Periode puncak bonus demografi diperkirakan akan terjadi antara tahun 2020 hingga 2035, kondisi ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memanfaatkan jumlah penduduk usia produktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif.

Pada tahun 2020, Indonesia tercatat sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Namun, seiring dengan perubahan demografi global, Indonesia diperkirakan akan turun ke peringkat keenam pada tahun 2045.

"Melimpahnya SDM yang produktif tidak akan bisa produktif apabila tidak ada lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan bidang yang dikuasai," terang Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, didepan anggota organisasi Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Kalimantan Barat,  Selasa, 3 September 2024.

 aka dari itu, pemerintah tengah mempersiapkan berbagai lapangan pekerjaan dan membuka keran investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri

Perubahan signifikan juga diprediksi akan terjadi dalam struktur usia penduduk Indonesia pada tahun 2045. Proporsi penduduk berusia 0-14 tahun diperkirakan akan menurun dari 24,56% menjadi 19,61%. Sebaliknya, proporsi penduduk yang berusia 65 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat tajam dari 6,16% menjadi 14,61%.

Selain itu, indikator kesehatan masyarakat menunjukkan perbaikan. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan signifikan, dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi 16,85 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2020. Penurunan AKB ini mencerminkan peningkatan kualitas layanan kesehatan dan akses terhadap fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

Gen Z Lebih Enggan Menikah dan Punya Anak

Generasi Z di Indonesia mulai menunjukkan tren, enggan untuk menikah dan memiliki anak. Perubahan pola pikir dan nilai-nilai hidup di kalangan generasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari meningkatnya fokus pada karier dan kebebasan pribadi, hingga kekhawatiran tentang biaya hidup dan ketidakpastian masa depan.

Semakin banyak Gen Z yang mempertimbangkan menunda pernikahan, atau bahkan tidak menikah sama sekali. Selain itu, banyak dari mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak, dengan alasan ingin mengejar karier, pendidikan lebih lanjut, atau karena kekhawatiran terhadap lingkungan dan overpopulasi.

Sikap ini mencerminkan perubahan sosial yang signifikan dalam masyarakat Indonesia, yang secara tradisional menempatkan nilai tinggi pada pernikahan dan keluarga. Dengan semakin terhubungnya dunia melalui teknologi, Gen Z Indonesia juga dipengaruhi oleh pandangan global yang lebih progresif, di mana kebebasan pribadi dan self-fulfillment menjadi prioritas.

Bonus Demografi Segera Berakhir

Seiring dengan menurunnya angka kelahiran, enam provinsi di Indonesia diperkirakan akan mengakhiri periode bonus demografi kurang dari 10 tahun ke depan. Berikut adalah daftar provinsi di Indonesia beserta tahun akhir periode bonus demografinya:

  • Sumatra Barat: berakhir tahun 2030
  • D.I. Yogyakarta: berakhir tahun 2033
  • Bali: berakhir tahun 2033
  • Sulawesi Barat: berakhir tahun 2033
  • Jawa Tengah: berakhir tahun 2034
  • Jawa Timur: berakhir tahun 2034
  • Aceh: berakhir tahun 2043
  • Sumatra Utara: berakhir tahun 2037
  • Riau: berakhir tahun 2044
  • Jambi: berakhir tahun 2041
  • Sumatra Selatan: berakhir tahun 2042
  • Bengkulu: berakhir tahun 2040
  • Lampung: berakhir tahun 2039
  • Kepulauan Bangka Belitung: berakhir tahun 2042
  • Kepulauan Riau: berakhir tahun 2043
  • DKI Jakarta: berakhir tahun 2039
  • Jawa Barat: berakhir tahun 2043
  • Banten: berakhir tahun 2046
  • NTB: berakhir tahun 2043
  • Kalimantan Barat: berakhir tahun 2045
  • Kalimantan Tengah: berakhir tahun 2044
  • Kalimantan Selatan: berakhir tahun 2039
  • Kalimantan Utara: berakhir tahun 2046
  • Sulawesi Utara: berakhir tahun 2035
  • Sulawesi Tengah: berakhir tahun 2045
  • Sulawesi Selatan: berakhir tahun 2039
  • Sulawesi Tenggara: berakhir tahun 2045
  • Gorontalo: berakhir tahun 2044
  • Maluku: berakhir tahun 2049
  • Maluku Utara: berakhir tahun 2048
  • Papua Barat: berakhir tahun 2048
  • Papua: berakhir tahun 2042
  • Nusa Tenggara Timur (NTT):  Tak emngalami bonus demografi.

“Bahkan ada satu provinsi yang tidak mengalami bonus demografi, sampai dengan 2050 yaitu NTT (Nusa Tenggara Timur),” terang Amalia dalam rapat bersama dengan komisi XI DPR RI, pada hari rabu 28 Agustus 2024 yang lalu.