Lahan sawah mengalami kekeringan pada musim kemarau. (Foto:DPRD Kulon Progo)
Nasional & Dunia

Puncak Kemarau, BMKG Ingatkan Ancaman Gagal Panen dan Karhutla

  • BMKG memprediksi puncak kemarau tahun 2023 akan terjadi pada bulan Agustus hingga September dan lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya.

Nasional & Dunia

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau tahun 2023 akan terjadi pada bulan Agustus hingga September. Menurutnya musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dengan adanya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif mengakibtakan curah hujan kemarau tahun ini sangat rendah. Situasi ini sangat mengancam kebakaran hutan & lahan, ancaman gagal panen yang menganggu stabilitas pangan nasional. 

"Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," ungkap Dwikorita dalam keterangan resmi dikutip TrenAsia.com, Senin 26 Juli 2023. 

Dwikorita menyebut, fenomena El Nino dan IOD Positif mampu menurunkan curah hujan signifikan. Pasalnya, curah hujan biasanya berkisar 20 mm per hari, turun menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

Kendati demikian, fenomena El Nino dan IOD positif akan menguntungkan para nelayan, , lantaran terjadi perubahan suhu dan pola arus laut. 

"Di sektor perikanan, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin, biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional," tambah dia.

Peningkatan El Nino dan IOD Positif

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada bulan Juli 2023 telah mencapai 1,01 dengan level moderate. Sedangkan untuk IOD telah memasuki level index yang positif.

Sebelumnya, pada Juni hingga tanggal 1 Juli, El Nino masih dalam level lemah sehingga dampaknya belum dirasakan. Setelah itu, El Nino dan IOD Positif yang sifatnya mulai menglobal dan skala waktu kejadiannya panjang. Ini diperkirakan akan terjadi di wilayah Indonesia beberapa bulan mendatang. 

"Dalam rentang waktu tersebut sebagian wilayah Indonesia masih ada yang diguyur hujan akibat adanya dinamika atmosfer regional yang bersifat singkat sehingga pengaruh El Nino belum dirasakan secara signifikan," imbuhnya.

Hemat Air

Sementara itu, Plt Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian akan dapat terdampak, terutama lahan pertanian tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional yang sangat bergantung pada iklim dan curah hujan.

Selain itu, kondisi kekeringan ini juga dapat menjadi kondisi yang berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang jika tidak terkendali dapat menimbulkan krisis kabut asap yang tidak hanya berdampak terhadap kualitas lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat.

"Belum lagi, di musim kemarau, udara akan menjadi lebih kering dan banyak debu sehingga juga sangat rentan terhadap penyebaran penyakit," ujarnya.

Lebih lanjut lagi, pihaknya mengingatkan semua pihak untuk menghemat penggunaan air di dalam maupun di luar rumah. Kemarau kering yang melanda akibat El Nino dan IOD Positif diperkirakan akan membuat debit air sungai maupun sumber mata air mengalami penurunan sehingga dapat berdampak pada ketersediaan dan pasokan air bersih.