Pelabuhan yang dikelola oleh BUMN PT Pelabuhan Indonesia I (Persero).
Industri

Punya Aset Merger Rp112 Triliun, Ternyata Ini yang Diincar Pelindo

  • Kementerian BUMN resmi mengagendakan penggabungan empat unit bisnis sentral angkutan laut pada 1 Oktober mendatang. Total aset mergerisasi BUMN Pelabuhan ini tembus Rp112 triliun.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - Kementerian BUMN resmi mengagendakan penggabungan empat unit bisnis sentral angkutan laut pada 1 Oktober mendatang. Total aset mergerisasi BUMN Pelabuhan ini tembus Rp112 triliun.

Juru Bicara Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan konsep dasar penggabungan PT Pelindo menjadi satu pemain tunggal telah lama dicetuskan.

Namun ketika pandemi merebak tahun lalu, Kementerian BUMN berpikir untuk mempercepat proses integrasi unit bisnis karena memang tekanan pandemi justru berpengaruh terhadap bisnis logistik.

"Memang kebutuhan kita untuk melakukan merger ini sangat penting. Kita tahu bahwa logistik adalah sesuatu hal yang sangat penting di masa pandemi. Kondisi logistik inilah yang mempercepat merger pelabuhan ini," ujar Arya dalam sebuah keterangan, Kamis, 2 September 2021.

Di menjelaskan bahwa penggabungan empat perusahaan angkutan laut BUMN yang terdiri dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) I, PT Pelindo II, PT Pelindo III dan PT Pelindo IV tidak hanya untuk efisiensi.

Satu hal yang diincar BUMN adalah memperbesar kapasitas angkutan yang terintegrasi, sehingga bisa memberikan dampak yang positif terhadap penerimaan negara dari sektor pelabuhan.

"Di samping itu, dengan penggabungan ini maka negara akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar lagi dari pada yang sebelumnya, baik dari sisi pajak maupun dividen," katanya.

Sementara itu, mengenai isu efisiensi, Arya menegaskan bahwa manajemen kepelabuhan Indonesia sejak lama memang telah membawa masalah yang cukup serius.

Arya mencontohkan, ketika sebuah peti kemas diangkut dari Aceh menuju Papua, maka dia akan melewati banyak pintu, antara lain di Jakarta, Surabaya dan Makassar. Ironisnya, setiap pengelola pelabuhan memiliki sistem atau manajemen yang berbeda-beda sehingga seringkali menghambat atau memperlambat distribusi logistik yang efisien ke seluruh tanah air.

Untuk itu, Kementerian BUMN memandang bahwa penggabungan bisnis pelabuhan bisa menjadi solusi yang tepat untuk memangkas waktu dan biaya logistik. Karena semuanya akan terpusat di dalam satu sistem yang dikelola secara terukur.

"Misalnya, dari Aceh ke Papua anda akan ketemu dengan banyak sistem dan manajemen pengelola yang berbeda-beda. Kita lihat penting adanya satu sistem dimana dari Aceh sampai ke Papua terhubung dalam satu sistem. Satu sistem adalah satu solusi kita untuk bisa membuat logistik dan hal-hal yang lain itu didapatkan juga," pungkas Arya.

Perusahaan Berskala Global

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dengan merger pada Oktober nanti, Pelindo akan menjadi salah satu perusahaan berskala global. Hal itu karena memiliki aset ratusan triliun.

Dia menyebut nantinya Pelindo II akan menjadi induk penggabungan seluruh unit bisnis Pelindo. Sedangkan Pelindo I, Pelindo III dan Pelindo IV akan bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.

"Penggabungan ini dilakukan dalam rangka mewujudkan industri kepelabuhanan nasional yang lebih kuat, dan meningkatkan konektivitas maritim di seluruh Indonesia, serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang kepelabuhanan," kata Kartika, dalam konferensi pers "Rancangan Penggabungan PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, IV (Persero)" yang berlangsung secara daring di Jakarta, 1 September 2021.

Sementara itu, Sekretaris PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) Sofyan Gumelar mengatakan proses merger BUMN Pelabuhan hanya terjadi pada induk Pelindo dan tidak berlaku pada anak, cucu, atau cicit masing-masing Pelindo. Nantinya entitas-entitas usaha tersebut akan disatukan berdasarkan klaster usaha.

Misalnya, dua anak usaha PT Pelindo II yakni IPCC dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) tidak digabungkan karena memiliki kegiatan bisnis yang berbeda.

"Kami jelaskan bahwa yang akan dilakukan penggabungan ialah Induk Usaha, yaitu Pelindo 1, 2, 3, dan 4 yang nantinya keempat perusahaan akan membentuk entitas baru berupa Holding Pelabuhan. Kemungkinan anak, cucu, dan cicit usaha maupun cabang tidak disatukan," katanya dalam keterbukaan informasi.

Dia menjelaskan, nantinya Pelindo Bersatu akan memiliki empat klaster operasi baru. Klaster I bergerak di bagian Peti Kemas; klaster II Non Peti Kemas; Klaster III Logistik & Hinterland Development, dan Klaster IV Marine, Equipment & Port Services.

Dengan fokus pada klaster-klaster bisnis, memberikan manfaat yang luar biasa bagi bisnis kepelabuhan Indonesia di masa depan. Terutama peningkatan efisiensi dalam sumber daya keuangan, aset, SDM, penguatan strategi bisnis yang berdampak pada peningkatan pangsa pasar.