Punya Jumlah Pengguna Terbanyak, WhatsApp dan Telegram Saling Sindir
- Dua aplikasi pesan singkat dunia, Telegram dan WhatsApp melakukan aksi paling sindir
Dunia
TEXAS - Dua aplikasi pesan singkat dunia, Telegram dan WhatsApp melakukan aksi saling sindir. Sindiran dilayangkan untuk mengkritik telah keamanan yang dimiliki oleh masing-masing aplikasi.
Tak sampai di situ. Kedua aplikasi ini bahkan sampai menyinggung masalah penggunaan data pribadi dan alat pengawasan dari rival terkait.
Aksi paling sindir bermula ketika pendiri Telegram, Pavel Durov menuduh WhatsApp telah menjadi alat pengawasan dalam jangkauan waktu 13 tahun belakangan. Tuduhan ini dilayangkan lantaran masalah keamanan pada WhatsApp selalu saja ada setiap tahun dan membahayakan data pengguna.
"Saya tidak meminta orang untuk pindah ke Telegram. Dengan 700 juta pengguna aktif dan kisaran 2 juta pendaftaran harian, Telegram tidak memerlukan promosi tambahan," tulis Durov di kanal Telegram, dikutip dari Bussiness Today Senin, 10 Oktober 2022.
Durov mengatakan bahwa setiap pengguna bebas untuk memilih aplikasi pesan. Tapi saat itu, ia merekomendasikan orang untuk menjauhi WhatsApp.
''Anda dapat menggunakan aplikasi perpesanan apa pun yang Anda suka," tetapi jauhi WhatsApp, itu sekarang menjadi alat pengawasan selama 13 tahun," tambahnya.
Tambahan lain, Durov mengatakan bahwa pada WhatsApp, peretas dapat memiliki akses penuh ke semua data yang ada di ponsel pengguna. Ini disebabkan lantaran adanya masalah keamanan.
"Yang harus dilakukan hacker untuk mengendalikan ponsel Anda adalah mengirim video berbahaya atau memulai panggilan video dengan Anda di WhatsApp," ucap Durov.
Ia melanjutkan, memperbarui WhatsApp ke versi terbaru tak akan membuat data mereka aman. Sebelumnya Durov pernah mengungkapkan masalah keamanan WhatsApp yang ditemukan pada 2017, 2018, 2019, dan 2020.
"Sebelum 2016, WhatsApp tidak punya enkripsi apa pun sama sekali," ucapnya.
Reaksi WhatsApp
Menanggapi Sindiran Durov, pimpinan WhatsApp Will Catchart membalas dengan membeberkan kelemahan Telegram.
Lewat akun Twitternya, Ia mengungkap kelemahan Telegram yang menurutnya tak memiliki enkripsi ujung-ke-ujung (end-to-end encryption).
"Saya tidak akan menggunakan Telegram untuk keperluan pribadi. Tak seperti WhatsApp, Telegram tidak memiliki enkripsi end-to-end default dan tidak ada cara untuk mengaktifkannya untuk grup. Itu berarti Telegram memiliki salinan pesan Anda, dan itu membuat saya risau," kicaunya.
Tak sampai di situ, Catchart bahkan menuding Durov senganya memanfaatkan disinformasi untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis Telegram.
"Saya juga tidak percaya sedetik pun bahwa Pavel membuat tudingan-tudingan ini tanpa niat untuk membesarkan aplikasinya. Sangat sedih melihat Telegram mencoba dan menggunakan disinformasi sebagai taktik untuk meningkatkan pertumbuhan mereka," tambahnya.