Nampak aktifitas sebuah pabrik pengolahan sampah plastik dan daur ulang di kawasan Tangerang Banten, Senin 7 November 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Punya Kualitas Tinggi, Barang Asal RI Ini Ditakuti Produk Lokal Negara Lain

  • Produk buatan RI yang diekspor ke luar negeri biasanya merupakan benda kelas satu, alias memiliki kualitas terbaik yang diakui dunia.
Nasional
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

JAKARTA- Produk buatan RI yang diekspor ke luar negeri biasanya merupakan benda kelas satu, alias memiliki kualitas terbaik yang diakui dunia. 

Selain kualitas, harga produk yang masih berada di bawah pasar juga jadi penyebab larisnya sejumlah baranhg buatan Indonesia di pasar luar negeri.

Selain komoditas, laris manisnya produk pabrik dan manufaktur dari Indonesia rupanya bikin ketar ketir pasar lokal di sejumlah negara. Alasannya, produk buatan Indonesia dijual lebih murah dan lebih bagus sehingga membahayakan pengerajin setempat.

Berikut adalah produk dan komoditas buatan Indonesia yang berhasil bikin ketar-ketir negara lain.

1. Plastik Polietilena Densitas Tinggi (HDPE) di Filipina

Produk plastik polietilena densitas tinggi (high-density polyethylene/HDPE) dilaporkan laris manis di Filipina. Alasannya, plastik HDPE produksi Indonesia dinilai pemerintah setelmpat telah memenuhi ketentuan Article 9.1 Agreement in Safeguard Organisasi Perdagangan Dunia.

Lantaran hal tersebut, plastik HDPE Indonesia di Filipina tak dikenakan tambahan bea masuk umum (BTMP) di negara ini.

2. Sabun di Madagaskar

Produk kebersihan berupa sabun asal Indonesia rupanya bukun ketar-ketir pasar madagaskar. Pasalanya produk dianggap memiliki potensi mengganggu kinerja industri produk serupa karena memiliki kualitas yang kompetitif dengan jangkauannya menyeluruh di Madagaskar.

Sebelumnya, Pemerintah Madagaskar menginisiasi penyelidikan safeguard produk sabun kepada semua negara, termasuk Indonesia pada 14 Agustus 2019. 
Kemudian pada 14 September 2020, Otoritas Investigasi Madagaskar (ANMCC) merekomendasikan penerapan safeguard measures terhadap produk soap noodle sebagai bahan dasar sabun asal Indonesia dengan kuota sebesar 6,5 ribu ton per tahun.

Untuk produk yang melebihi kuota akan dikenakan bea masuk tambahan sebesar34 persen dengan penurunan 2 persen setiap tahun hingga tahun keempat. Bea masuk tambahan tersebut juga akan diberlakukan untuk impor produk sabun jadi.

Namun, Pemerintah Madagaskar akhirnya memutuskan untuk tidak menerapkan tindakan safeguard meskipun ANMCC berpandangan industri produk sabun di Madagaskar mengalami kerugian material akibat impor produk serupa.

3. Peralatan makan dari kaca di Brazil

Ekspor produk peralatan makanan dan minuman dari kaca (glassware) di Brazil rupanya sempat membuat ketar ketir pasar Brazil. Hal ini ditunjukkan dengan penerapan Bea Masuk Antidumping  untuk produk Glassware di Brazil.

Namun baru-bari ini setelah adanya diskusi dan penyelidikan, Ekspor Produk Glassware for Table Indonesia ke Brasil akhirnya terbebas dari penerapan BMAD Brasil.

4. Tutup Panci di Turki

Produk tutup panci asal Indonesia telah masuk dalam daftar Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) selama kurang lebih 10 Tahun. ALasannya, tutup panci asal Indonesia bisa menganggu pengamanan perdagangan dari produk lokal.

Namun Tahun ini, produk tutup panci Indonesia tak lagi dikenakan BMAD di Turki. Dengan demikian, Indonesia kini bisa kembali mengekspor tutup panci ke Turki.