<p>Boeing 737-500 Sriwijaya Air/Istimewa</p>
Korporasi

Punya Utang Rp7,3 Triliun, Siapa Mau Beli Saham IPO Sriwijaya Air?

  • Rencana IPO menjadi salah strategi bisnis baru untuk mendapatkan pendanaan.

Korporasi

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - Sriwijaya Air berencana melakukan penawaran perdana atau Initial Public Offering (IPO) dalam waktu dekat. Rencana tersebut muncul tak lama setelah proses sidang penundaan kewajiban pembayaran utag (PKPU) maskapai berakhir damai.

Diketahui, Sriwijaya Air memiliki utang pada para kreditur mencapai Rp7,3 triliun. Meski demikian, perusahaan optimistis dapat menyelesaikan kewajiban pembayaran utang tersebut. Keyakinan itu didasari pada membaiknya kondisi industri penerbangan di Indonesia pasca-pandemi 

Rencana IPO menjadi salah strategi bisnis baru untuk mendapatkan pendanaan. "Memang niatan dari awal Sriwijaya Air harus lebih baik dari sebelum PKPU. Jadi, langit ini mau dipenuhi sama biru putih merah lagi. Salah satu rencana bisnis adalah adanya IPO," tutur Lead Restructuring Counsel dan Kuasa Hukum Sriwijaya Air, Hamonangan Syahdan Hutabarat, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat 14 Juli 2023.

Rencana IPO tersebut telah diketahui para kreditur Sriwijaya Air. Dalam proposal perdamaian yang diajukan kepada para kreditur, telah tercatat mengenai rencana IPO yang hendak dilakukan maskapai sebagai salah satu rencana bisnis. Selain itu, rencananya juga akan masuk investor sebagai mitra strategis baru dalam pendanaan.

Saat ini Sriwijaya Air memiliki jumlah total utang kepada kreditur sebesar Rp7,3 triliun. Dengan jumlah yang begitu besar, perusahaan maskapai penerbangan ini telah mendapat persetujuan dari para krediturnya untuk melakukan restrukturisasi utang. Adanya restrukturisasi utang tersebut akan memperbaiki kinerja keuangan maskapai.

Kurangi Beban Keuangan

Beban keuangan maskapai akan dapat berkurang hingga 80% dengan adanya proses restrukturisasi. Seiring dengan berjalannya waktu, beban tersebut akan terus berkurang sehingga dapat membuat ekuitas yang awalnya negatif berubah menjadi positif.

Dalam sidang yang digelar di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 12 Juli lalu, Sriwijaya Air berhasil meyakinkan para krediturnya terkait penyelesaian pembayaran utang yang akan dilakukan. Dalam sidang yang berakhir dengan damai tersebut, seluruh kreditur separatis dari perusahaan ini sepakat menerima perdamaian yang diajukan. 

Sementara dari total 76 kreditur konkuren, terdapat enam kreditur yang menolak perdamaian. Ihwal pembayaran kewajiban utang yang hendak dilakukan Sriwijaya Air, perusahaan ini akan melakukan penyelesaian dengan tenggang waktu yang berbeda tiap kreditunya. Adapun tenggang waktu tersebut bervariasi antara 8 hingga maksimal 15 tahun.